30

2.7K 171 14
                                    

"Sesuai yang kau mau, sayang. Kita akan mengunjungi sahabatmu"

"Benarkah?"

Raina menatap Zevan dengan tatapan bertanya. Dia berusaha mencerna apa yang baru saja di ucapkan oleh Zevan. Mata Raina beberapa kali mengerjap pelan, dan hal itu tak luput dari pandangan Zevan. Pria itu tersenyum tipis melihat reaksi lucu dari Raina.

Sedangkan Raina masih tidak percaya dengan Zevan yang ingin mempertemukannya dengan Vio. Apakah ini sungguhan? Zevan tidak akan membohonginya kan? Raina menunduk, menyembunyikan senyum tipisnya karena merasa bahagia akan bertemu dengan sahabatnya.

Tetapi lagi lagi, Raina tidak bisa percaya begitu saja dengan pria di sampingnya ini. Rasanya mustahil Zevan mau menuruti permintaannya yang satu ini. Apa jangan jangan Zevan hanya bergurau saja. Ia tidak benar benar serius ingin mempertemukannya dengan Vio.

"Kau tidak membohongiku kan?"

Zevan tertawa melihat wajah penuh selidik dari gadis cantik di sampingnya. Astaga, sepertinya Raina meragukan ucapannya. Padahal jelas jelas ia tak pernah membohongi gadis pujaannya itu.

"Kenapa kau tidak percaya dengan ucapan ku, Raina?"

"Karena kau penculikku. Siapa pun yang menjadi korban penculikan pasti akan merasa tak percaya seperti ku jika penculiknya secara tiba-tiba akan membebaskannya."

Zevan mengangkat kedua alisnya mendengar ujaran Raina, sejak kapan ia memiliki keinginan untuk membebaskan gadis itu. Sampai kapan pun Raina tetap menjadi miliknya seorang. "Sejak kapan aku mengatakan bahwa aku akan membebaskanmu?"

Zevan mencondongkan tubuhnya kepada Raina. Membuat gadis itu sedikit memundurkan tubuhnya. Raina yang merasa terdesak pun, mendorong tubuh Zevan agar menjauh darinya. Hal itu di jadikan kesempatan oleh Zevan. Dia mengambil kedua tangan Raina yang bertengger di kedua pundaknya. Membawa kedua tangan lentik itu dan menciumnya.

Raina dengan cepat langsung menarik tangannya dari genggaman Zevan yang menyeringai dan masih menatapnya. Manusia berjenis kelamin laki-laki ini tak pernah berhenti untuk membuatnya kesal. Raina hanya merespon pria itu dengan tatapan ketusnya.

Setelahnya mereka berdua sama sama tak mengeluarkan sepatah kata pun. Raina yang fokus melihat jalan yang masih banyak pohon pohon besar di sekitarnya, sedangkan Zevan membuka ponselnya tatkala seorang bawahannya melaporkan suatu informasi padanya.

Pria itu kembali menyimpan ponselnya dan kini fokusnya kepada gadis belahan jiwanya yang berada di sampingnya ini. Sebentar lagi ia akan mempertemukan gadis itu dengan sahabatnya. Tentu hal itu sudah ia rencanakan sejak kemarin agar semuanya berjalan sesuai yang ia inginkan.

Semuanya akan berjalan dengan lancar. Ya! Zevan yakin dengan tindakan yang di ambilnya tak akan menjadi masalah. Pria itu tak akan membiarkan Vio membawa Raina pergi meninggalkannya.

"Aku benar-benar akan mempertemukanmu dengan Vio. Tetapi kau perlu mengetahui dan harus mematuhi beberapa peraturan yang ku buat jika kau tak ingin aku berubah pikiran."

Zevan memulai percakapan lebih dulu. Hal itu membuat Raina menoleh kearah pria itu. Tunggu, apa katanya? Beberapa peraturan? Ya Tuhan, Zevan memang merepotkan sekali. Ia hanya ingin bertemu dengan sahabatnya saja, pria itu sudah membuat beberapa peraturan. Pria menyebalkan memang gelar yang cocok untuk manusia seperti Zevan.

"Aku hanya ingin bertemu dengan sahabatku. Mengapa harus ada peratur—"

"Jadi kau tak ingin mematuhi peraturan yang ku buat?" Zevan menyela dengan cepat. Tak lupa dengan raut wajah tak mengenakkannya terlihat jelas di pandangan Raina. "Baik, memang seharusnya aku tak mempertemukan mu dengannya."

S E L E C T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang