27

3.4K 166 3
                                    

Ini IG garjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini IG garjin. Jangan lupa di follow ya teman², thank you❤️🙏

•••

"Raina~"

"I'm always by your side."

"You're mine and I own you."

"The love in my heart is burning for you."

"We will always be together forever."

"Just me and you, Raina my love."

Raina menutup selembar kertas yang baru saja ia temukan di atas meja. Selembar kertas yang berisi tulisan tangan seorang Zevan dengan kalimat kalimat yang menggelikan menurutnya.

Kalimat kalimat yang penuh obsesi kepadanya juga membuat Raina merinding. Pria itu memang menyebalkan sekaligus menyeramkan. Aura yang dikeluarkan oleh pria itu pun terasa menakutkan baginya.

Beruntungnya hari ini dan besok, Zevan sedang tak berada di mansion. Ia terbang ke luar kota untuk urusan pekerjaannya. Walaupun hanya dua hari, rasanya Raina begitu lega karena tak ada Zevan di mansion ini yang selalu berada disampingnya.

Tadi pagi sebelum berangkat, Zevan membolehkan Raina untuk berada di luar kamar selama ia dalam perjalanan bisnis. Tentunya dengan Raina yang memohon mohon dan mengeluh karena merasa jenuh jika terus menerus hanya berada di dalam kamar.

Jadi saat ini Raina menghabiskan waktunya di luar kamar. Tadi ia pergi ke dapur, kolam renang, bahkan taman. Ia berkeliling di temani oleh seorang pelayan, hingga Raina menemukan sebuah ruangan alat musik yang berada di lantai bawah.

"Bolehkah aku masuk?" Raina menoleh kearah pelayan yang berada di belakangnya. Pelayan itu mengangguk.

"Tentu boleh, Nona."

Raina berjalan masuk kedalam ruangan alat musik milik Zevan. Banyak sekali alat musik di sana membuat Raina penasaran dan ingin mencoba memainkannya. Tatapannya tertuju pada sebuah piano di sudut ruangan.

Raina duduk dan mencoba memainkan pianonya. Ia mulai menekan tuts dan mencoba memainkan piano itu sebisanya. Hal itu tak luput dari pandangan seorang pelayan yang menunggu Raina bermain piano di belakangnya.

Pelayan itu mengambil ponselnya dan mengarahkannya kearah Raina dan memotret gadis itu. Raina menoleh, membuat pelayan itu segera mengantongi ponselnya kembali dan menghampiri gadis itu.

"Sudah selesai bermain pianonya, Nona?"

Raina mengangguk, tetapi terlihat sedikit raut kesedihan dari wajahnya. Pelayan yang melihat itu pun, berinisiatif bertanya kepada Raina agar ia bisa tau mengapa gadis itu terlihat sedih.

"Ada apa, Nona?" Raina melihat kearah wajah pelayan paruh baya itu. Suara yang di keluarkannya terdengar lembut, mengingatkan Raina dengan mendiang ibunya.

S E L E C T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang