26

4.4K 211 12
                                    

Suasana saat ini terasa mencekam bagi Raina. Bagaimana tidak, dia di hadapkan dengan dua orang pria yang memiliki rupa yang sama tetapi berbeda. Gelas berisi air yang tadi ia ambil sama sekali belum tersentuh olehnya.

Kini mereka bertiga berada di ruang tamu. Zevan yang tadi berada di kamar langsung terbangun karena seorang pelayan memanggilnya untuk turun ke ruang tamu. Di situ ia mendapati pria tua yang tak lain adalah papahnya yang sudah duduk berhadapan dengan Raina.

Zevan menatap heran kepada pria itu. Untuk apa dia datang ke mansion nya tanpa tujuan yang jelas. Pasti ada sesuatu yang membuat pria itu mau untuk datang ke sini. Apa yang papahnya rencanakan, Zevan tidak bisa menebak.

Sedangkan pria tua yang di tatap oleh Zevan hanya menyeringai. Terlihat jelas putranya terheran-heran dengan kedatangannya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di mansion ini. Pria tua itu juga heran dengan dirinya sendiri. Mengapa tiba-tiba ingin menemui putranya, di saat ia selalu sombong dan menolak untuk mendatangi mansion anak tunggalnya itu.

Berbeda dengan Raina yang duduk dengan raut wajah yang kaku serta kebingungannya yang masih melanda pikirannya. Raina melihat dua pria berbeda usia itu masih saja bertatap tatapan dengan Zevan yang sedikit sinis menatap pria itu. Apakah hubungan mereka memang tidak akur? batin Raina.

"Apa yang membuat papah datang ke mansion ku?" Zevan memulai percakapan diantara mereka bertiga. Zevan juga duduk di samping Raina dengan tangan kanannya yang menggenggam tangan kiri gadis itu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa kecanggungan yang hinggap padanya.

Pria tua itu belum menjawab pertanyaan putranya. Dia memilih untuk melihat tingkah putranya yang menggenggam tangan gadis di hadapannya. Astaga, momen ini mengingatkan dia saat menenangkan istrinya yang saat itu juga terlihat kikuk saat bertemu kakek dari putranya, alias papah kandungnya.

Thomas. Yaitu nama dari seorang pria tua yang duduk berhadapan dengan Raina dan Zevan. Pria tua itu merupakan papah kandung Zevan yang masih terlihat sehat hingga sekarang walaupun kerutan di wajahnya sudah terlihat jelas menggambarkan jika usianya sudah tak muda lagi.

"Aku hanya ingin mengunjungi putraku yang sedang bersama kekasihnya. Apa hal itu sebuah kesalahan?"

Raina menunduk malu mendengar kata kekasih yang di ucapkan oleh Thomas. Ya tuhan, apa pria itu tak tahu bahwa dia saat ini merupakan korban penculikan yang di lakukan oleh putranya yang sinting itu. Tak terbesit sedikit pun di pikirannya untuk menjadi kekasih Zevan pria gila tak bermoral itu.

Zevan yang tadi diam, kini berujar. "Jelas itu kesalahan. Kau mengganggu waktu ku dengan Raina, pah." Zevan menatap malas Thomas. Bisa bisanya pria itu bertanya apakah kedatangannya adalah sebuah kesalahan. Ya tentu saja kedatangannya mengacaukan waktunya dengan Raina.

Thomas mengangguk. Dia memusatkan pandangannya kepada Raina. Tentu Raina terlihat gelagapan saat ini. "Apa benar begitu, Raina? Apa aku mengganggu waktu mu dengan putraku?" Thomas mengangkat alisnya bertanya kepada Raina yang sangat jelas terlihat bingung ingin merespon seperti apa.

"Ehm ... aku-... aku tak merasa terganggu dengan kehadiran mu, Tuan."

Raina menjawab dengan sangat hati-hati. Takut membuat pria tua itu tersinggung dengan ucapannya. Gadis itu juga menjawab dengan jujur. Memang betul dia tidak merasa terganggu dengan kehadiran Thomas. Tak seperti Zevan yang tak senang dengan kehadiran papahnya sendiri.

Thomas mengangguk, "Lihat. Kekasih mu pun tak merasa terganggu dengan kehadiran ku." Zevan semakin menatap ketus kepada Thomas yang menyeringai.

"Sekarang beri tahu aku apa tujuan mu datang ke mansion ku?" Zevan bertanya to the point, sungguh malas berbasa-basi dengan pria tua di depannya yang gemar sekali memancing emosinya.

S E L E C T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang