Bebersih Draft Cek!!
_______________________
"Terlahir ke dunia adalah kehendak tuhan dan di jadikan sebagai investasi?. Tidak ada yang menginginkan hal itu"
-Atadella Dandelion----------DANDELION---------
Dugaan yang sangat tepat sasaran. Overthinking nya terhadap perihal masalah se sepele apapun itu tak pernah sia-sia.
"Keluyuran terus Mau jadi apa kamu? Mau kamu balas dengan apa usaha saya?" Sebuah pernyataan dengan nada rendah tapi sangatlah mengintimidasi bagi pendengar nya.
Gadis yang baru saja memijakkan kaki di ruang tamu menghentikan langkah nya, dan menarik nafas panjang mengumpulkan segenap tenaga beserta keberanian.
"Papa udah pulang?" Berusaha tersenyum meskipun raut wajah ketakutan sangat terpampang nyata di wajah Adel.
Bagaimana tidak takut. Terakhir kali gadis itu bercengkrama dengan sang ayah berujung jahitan di pelipis kanannya, tapi itu hal yang bisa.
Bukan hal itu yang di takuti oleh Adel, tapi ruangan lembab, sempit, penuh dengan sarang Laba-laba nan gelap itu yang di takutnya. Tempat dimana dirinya kerap kurung oleh sang ayah ruangan itu sudah seperti penjara bagi gadis bernetra hitam.
"Menurut kamu kalau saya sudah ada di sini tandanya apa?"
'Ga boleh nangis Adel' Batinnya sembari mengatur nafas yang semakin tak beraturan.
Terlihat lemah bukanlah hal yang diinginkan Adel saat ini. Tidak tau apa sebab yang membuat dirinya selalu terlihat lemah dan rapuh di depan pria yang memiliki ikatan darah dengannya itu.
Ingin rasanya berlari dan memeluk pria di hadapannya itu layaknya seorang putri kecil yang tengah melepas rindu dengan sang ayah tercinta, dan menceritakan semua keleluh kesah selama ini.
Tapi apa boleh buat keinginan nya itu hanya bisa di kubur sedalam-dalamnya. Karena hal itu tidak akan pernah terwujud lagi.
"Malah diam! Kalau orang tua ngomong itu di jawab ATADELLA!" Sembari menghempaskan majalah ke meja
Adel yang kaget spontan menunduk "Ma-maaf pa" Suaranya mulai bergetar
"Saya kerja banting tulang buat ngebiayain kamu" Tanpa rasa belas kasihan pria itu menoyor kening Adel kuat.
"Lah kamu malah ga tau di untung. Bukannya belajar malah keluyuran kaya jalang!"
Bukan hal yang mengejutkan lagi bagi Adel, jika kata-kata tak senonoh itu kerap kali keluar dari mulut sang Ayah.
"A-adel abis--"
"Habis pacaran? Ngapain aja kamu sama pacar kamu sampe jam segini baru pulang" Potong pria paruh baya itu
Spontan Adel menggeleng "Nggak pa. Adel seharian bareng Novi"
"Novi?.. Pengaruh buruk dari mana lagi itu. Sekalian aja semua temen sekolah kamu itu, kamu jadiin kambing hitam buat nutupin kenakalan kamu"
"Ternyata benar apa yang dikatakan mama kamu, kalau kamu itu ga pernah bisa di atur. Wajar kalau dia mukulin kamu biar kamu tau diri, tapi seperti nya hal itu ga berpengaruh buat kamu.. Harus pakai cara apa lagi saya ngedidik kamu. HAH!?"
"Ma-maaf pa." Lisannya sangat lah bertolak belakang dengan keinginan hatinya.
"Seharusnya kamu itu mikirin gimana caranya supaya kamu bisa ngebalas semua jasa yang saya kasih ke kamu saat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionDILARANG PLAGIAT.🚫🚫🚫 [FOLOW SEBELUM MEMBACA!] USAHAKAN MENJADI PEMBACA YANG BAIK, HARGAI AUTHOR DENGAN CARA FOLLOW, VOTE, COMENT!!!! -AREA BANYAK TYPO!!- Follow Coment Vote -Usahakan menghargai karya seseorang ya guys, Jadilah pembaca yan...