40. Pov

173 23 0
                                    

Lanjut yukk..

°°°D∆ND€LION°°°

--Pov Adel--

"

Huaaa cape juga ternyata "

Gue merebahkan diri di kasur, enggan untuk melakukan aktivitas lain. Sejujurnya malem ini jatung gue ga aman sih. Kalau aja punya riwayat penyakit jantung mungkin sekarang ini gue ga bakalan ada di rumah.

Perlakuan kak Elio malam ini super-duper aneh banget bagi gue, bagaimana tidak bayangin aja nih mulai dari dia dateng sampai kita pulang tadi. Perlakuan nya maniiissss bwanget. Sangking manisnya nih

"gula aja lewat cok!"
______________________________

Lebai deh.. (Author)
Apa sih Thor sirik ae lo jadi penulis (Adel)
Ni anak lama-lama ngeselin ya (Author)
Ini itu ranah gue. Sesuai kesepakatan ini Pov gue!! (Adel)
______________________________

"Boleh baper ga sih?"

Ga bisa di pungkiri gue sedikit baper untuk malem ini dan sempat berfikiran untuk ngebuka hati lagi, mengingat perlakuan dia malam ini. Tapi lagi-lagi pikiran itu di dorong mundur oleh overthinking yang ngak pernah pergi dari hidup gue.

"Kok di B aja ya tadi? Apa mungkin dia udah sering candle light dinner ama cewe lain?"

Kalimat itu sukses bikin gue overthinking.

Tatapanya mungkin beda dan perlakuan nya juga. Tapi kenapa dia ga ngomong apa-apa dan dia juga ga gerogi atau nervous sedikit pun.

lah gue pribadi mungkin ketara banget kalau gue lagi nervous akut malem ini. Secara beberapa kali gue ngelakuin hal bodoh yang ngebuat gue ngerutuki diri gue sendiri.

--Flashback On--

"Perfect". Itu kata pertama yang terlintas di benak gue saat melihat dekorasi meja yang sangat bagus dan aesthetic.

Andai saja tadi gue dateng bareng Novi, Febby, Dini dan Dinda. Mungkin setiap sudut ruangan dan pastinya meja ini sudah gue abadikan melalui kamera handphone gue.

"Cakep juga seleranya" Gue melihat setiap sudut ruangan. Nuansa klasik sangat kental menghiasi dekorasi Restoran ini. 

"Kok gue bisa ga tau sih kalau ada tempat sebagus ini?"

Sedang enak menikmati lantunan musik tiba-tiba dari kejauhan gue melihat seseorang berjalan menghampiri di tangan nya ada sebuah paper bag berwarna putih. Dari perawakannya sih gue kenal siapa orang itu.

Makin lama objek itu mulai mendekat, dan benar saja orang itu adalah partner dinner gue malem ini.

'Janji buat ga baper' Gue membatin menekankan kalimat itu dalam diri gue.

Gue udah bertekad untuk bersikap angunly dan sesuai pesan bik Nur 'Harus menyesuaikan dengan keadaan' .

Mengingat itu gue berusaha untuk ga malu-maluin. Itu kenapa gue ga ingin ngeabadiin apapun itu untuk malam ini. Beda cerita kalau gue pergi bareng bestie gue, camkan itu.

"Hai" Sapanya saat mata gue dan mata dia bertatapan. "Udah nunggu lama?"

Di posisi itu gue ikut tersenyum melihat senyum kak Elio yang manis banget "E--ngak kok". Sialnya gue nervous grogi akut anjir.

Untuk beberapa saat gue di buat terbungkam oleh senyumannya yang sangat jarang terpublikasikan di muka umum. Gue pribadi baru pertama kali ngeliat kak Elio senyum se manis dan se ramah itu.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang