39. Mode Paparazi

184 25 1
                                    

Erza Kembali guys..
Udah tanggal 11 ya?.. ga kerasa cepet amat ternyata.. Gimana nih udah lama nunggu ya atau jangan-jangan udah ada yang lupa sama alur ceritanya?

Sesuai janji Erza bakalan Up 5 part hari ini. Tapi bertahap ya guys, jangan khawatir di tuntaskan bari ini kok..

Happy Reading

°°°D∆ND€LION°°°

Adel merupakan tipekal anak yang sangat gampang akrab dengan siapapun itu, buktinya sekarang ini dengan supir taksi pun ia bisa bercengkrama ria. Tapi jangan salah gadis itu bukan tipe orang yang ingin membuka obrolan terlebih dahulu jika tidak di mulai gadis itu juga tidak akan memulai.

Adel yang super aktif menanyakan semua perihal apapun itu, mulai dari perkenalan kecil-kecilan sampai menanyakan seluk beluk perusahaan taksi tempat sang supir bekerja ikut di tanyakan, banyak sekali ocehan yang di lontarkan Adel sehingga perjalanan tiga puluh menit tanpa di sadari sangatlah singkat.

"Lachessis yang mana nih neng?" Supir itu bertanya seperti sudah akrab. 

"Lah emang ada berapa sih kafe nya pak?"

"Ada dua neng. Ke kanan satu ke kiri satu" Supir itu berhenti di lampu merah perempatan jalan.

"Eee.. Bentar pak Adel cek dulu"

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan mengecek lokasi sesuai titik. Karena taksi yang di tumpangi nya saat ini bukan taksi online jadi Adel harus memastikan lagi.

"De Lachessis pak" sahutnya

"Oohh, berati ke kiri itu neng" Pak supir membelokan stir mobil ke arah yang sama.

Berjarak kisaran seratus meter akhirnya sampai. Adel turun dan tak lupa mengucapakan terimakasih kepada sang supir. Jika saja saat ini Adel menaiki taksi online dirinya akan memberikan bintang lima untuk jasa pelayanan sang supir sangking ramah nya pada customer.

"Selamat datang, Ada yang bisa di bantu"

Sambutan ramah Adel dapatkan saat memasuki restauran mewah bernuansa klasik. Gadis itu ikut tersenyum membalas hal itu.

"Meja atas nama tuan Anthony, dimana ya?" Tanya Adel sembari memberikan sebuah kartu

"Mari saya antar nona" Pelayan pria itu mempersilakan Adel untuk mengikutinya dengan elegan.

Sepertinya gadis itu datang lebih awal tampak dari kejauhan belum ada siapapun di meja yang akan mereka tuju.

Kini Adel sudah duduk anteng dengan hamparan lilin dan buket mawar putih di hadapannya. Gadis itu menoleh ke kiri dan ke kanan melihat setiap sudut ruangan yang begitu aesthetic dimatanya.

"Fiks gue harus ke sini lagi lain kali" Gumam Adel mengingat ke empat sahabat nya.

Melihat seseorang dari kejauhan seketika debaran jantung Adel memacu "Kok deg-degan sih" Gadis itu berusaha setenang mungkin.

"Hai" Sapa pemuda dengan balutan jas hitam "Udah lama nunggu?" Tanya nya saat pandangan mereka bertemu.

"E--ngak kok" Adel tersenyum membalas senyuman yang begitu menawan di matanya saat ini.

Pemuda itu Adalah Elio untuk beberapa saat Adel di buat terbungkam dengan ketampanan nya.

"Sorry tadi keluar bentar" Elio memberikan sebuah paper bag pada Adel "Nih buat lo"

Entah apa isi paper bag itu Adel pun tak tau. Dengan senang hati Adel menerimanya "Makasih"

Gadis itu menerima semua perlakuan manis pemuda di hadapannya ini. Jujur sangat lah aneh bagi Adel saat Elio bersikap manis seperti sekarang ini tapi entah mengapa dirinya merasa senang.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang