9

4.1K 390 6
                                    

"Hah, aku kenyang sekali." Kata Niall sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa di rumahku.

"Kupikir kau tidak akan pernah bisa kenyang." Aku duduk di sofa single dan menaruh tasku di atas meja.

"Hey, perutku juga punya limit tau." Kata Niall lagi sambil mengelus perutnya seperti wanita hamil.

"Tentu saja kau kenyang. Kau memesan hampir seluruh hidangan yang ada di Nando's!" Ucap Louis sambil beranjak dari sofa dan berjalan ke kamar mandi.

Bayangkan saja, Niall memesan hampir seluruh makanan yang ada di menu. Astaga, seberapa besar sih kapasitas perut Niall? Padahal porsi makanan Niall sangat banyak, tapi di tidak pernah bertambah gemuk! Benar-benar membuat iri.

"Mapple, kita ada jadwal jam 12 siang nanti." Kata Liz sambil melihat pesan singkat di Iphone miliknya.

"Jadwal apa? Jam berapa sekarang?" Tanyaku sambil menatap Liz dengan malas.

"Photo shoot. Sekarang jam 11. Kita masih punya satu jam untuk siap-siap." Ah, aku hampir melupakan fakta bahwa aku dan Liz adalah model sekarang.

"Tunggu, kita tak akan lama kan?" Aku yang teringat janjiku pada kakak beradik Ellie dan Ello untuk mengunjungi mereka langsung bangun dari sofa.

"Kurasa tidak. Kenapa?" Liz menatapku bingung sambil menuangkan air putih ke gelasnya.

"Tidak, hanya saja aku ada janji hari ini." Aku mengambil tasku dan berjalan menuju kamarku.

Karena masih punya satu jam untuk bersiap-siap, aku pergi ke kamar mandi untuk menikmati sensasi air hangat dan aroma sabun mawarku di bath tub. Aku memutar keran air hangat pada bath tub dan menuangkan sabun aroma mawar dan sedikit sabun beraroma mint. Aku menanggalkan pakaianku dan masuk ke dalam bath tub. Ah, berendam di air hangat memang membuat rileks. Rasanya otot-otot yang terasa kebas menjadi sangat rileks dan pikiranku benar-bebar tenang. Memang tidak sepenuhnya tenang sih, si gila Harry Styles masih saja berlarian di kepalaku dengan sangat menyebalkan. Belum lagi Zayn dengan matanya yang indah. Astaga, aku benar-benar terdengar menggelikan. Aku menggelengkan kepalaku pelan seakan dengan begitu, Harry dan Zayn akan menghilang tanpa jejak dari pikiranku.

Merasa sudah cukup lama berendam, aku beranjak dari bath tub dan berjalan ke shower untuk keramas dengan shampoo beraroma lemon dan mint favoritku.

*****

Aku segera mengambil celana jeans pendek, crop tee dan juga sepatu vans kesayanganku, lalu memakai semua itu dengan cepat.

"Mapple! Cepat!" Teriak Liz sambil mengetuk pintu kamarku tidak sabar.

"Iya, aku sudah selesai!" Teriakku sambil memperbaiki letak sepatu di kaki kiriku dan mengambil tas serta kacamata hitamku.

"Sabar sedikit dong." Ucapku begitu membuka pintu kamarku dan menatap Liz dihadapanku.

"Terserah. Ayo cepat, kita bisa terlambat nanti." Liz menarik tanganku keluar ke teras dan menemukan mobil Harry telah terparkir sempurna di halaman rumahku.

"Apa yang dia lakukan?" Tanyaku pada Liz sambil menunjuk mobilnya dan memandang manusia di dalamnya dengan pandangan tidak suka.

"Harry dan Louis akan mengantar kita. Mereka ingin pergi katanya, dan jalurnya satu arah dengan butik ibuku." Aku memutar bola mata kesal karena si manusia itu ikut mengantar kami.

"Kenapa sih cemberut sekali?" Liz bertanya sambil kami berjalan santai.

"Kenapa sih, brokoli mesum itu ikut?" Liz tertawa seketika mendengarku menyebut Harry 'brokoli mesum' yah, jangan salahkan aku karena dia memang terlihat seperti itu dengan rambut keriting dan tampang mesummya.

"Serius? Dia kan teman lamamu. Jangan begitu." Aku memutar bola mata jengah. Ha. Teman lama. Teman lama giginya.

"Ya, dan dia pura-pura amnesia dan berlagak dingin dan sok keren mengatakan bahwa aku hanya mengaku-ngaku dan sedang menggodanya." jawabku sambil memasang ekspresi jijik dan membuat Liz tertawa terbahak-bahak.

"Yaampun, aku sampai menangis." Liz menghapus air matanya dan membuka pintu mobil dan hendak masuk.

"Kau di depan saja dengan Harry." Aku melirik Harry dan mendengus kesal.

"Tidak. Kau saja." Liz memutar bola matanya.

"Aku punya kekasih. Dia bisa cemburu." Ah, aku baru ingat bahwa Louis juga ikut.

"Ya sudah, itu bukan masalahku kan? Ayolah Liz, aku tidak mau bersebelahan dengan makhluk itu." Ucapku memohon sambil menunjuk Harry dengan daguku dan Liz menghembuskan nafas beratnya.

"Baiklah. Biar Louis saja yang di depan." Liz masuk dan duduk di kursi tengah, begitu juga denganku.

"Thanks, Liz." Ucapku sambil tersenyum manis yang dibalas dengan anggukan dan senyum manis Liz.

"Sudah siap?" Tanya Louis begitu lelaki itu mendaratkan bokongnya di kursi penumpang.

"Ya. Ayo jalan." Hanya Liz yang menjawab, dan dengan begitu si brokoli mesum alias Harry melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumahku.

Ya, tentu saja suasana di mobil canggung -Yah, mungkin hanya aku, karena sedari tadi 3 orang lainnya di mobil ini bercanda terus- dan hanya Louis dan Liz yang paling heboh. Aku benar-benar tidak tau kapan rasa canggung ini akan menghilang total.

*****

Jadi, gimana menurut kalian sejauh ini? Kaku banget nggak? Ada kurang atau mungkin ada yang salah dari cerita ini? Kasih tau aku yaa. Xx

Thanks for reading!

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang