Mapple's POV
Aku menghela napas perlahan. Tepat saat lagu berakhir, Harry teridur pulas. Aku sungguh sedih melihatnya seperti ini. Harry sangat mencintai Cara, lebih dari apapun. Aku memang sakit hati mendengarnya, tapi aku bisa apa? Aku hanya sahabatnya.
Ya, dia hampir menciumku tadi sore, tapi itu pasti karena terbawa suasana. Teganya Cara melakukan itu pada Harry, dia pria yang sangat baik.
Aku sahabatnya pun tidak berani menyakitinya. Cara? Aku tidak percaya dia berkata dan berbuat begitu. Cara sungguh baik pertama kali kami bertemu. Tapi, dia menyakiti Harry. Kenapa? Hanya untuk kepopuleran? Itu tindakan bodoh. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Harry jika aku adalah Cara.
Aku menatap wajah Harry dengan kagum. Pria setampan dan sebaik dirinya, ada saja yang ingin memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Dia memang seorang selebriti, tetapi dia sangat rendah hati, bahkan di saat-saat tertentu dia tidak berperilaku sebagai seorang selebriti.
Harry memang seorang selebriti, terkenal, tapi aku bahkan selalu lupa siapa dirinya di mata dunia. Aku hanya dapat melihatnya sebagai manusia biasa, tanpa kepopuleran ataupun kekayaan, sahabatku, pujaan hatiku.
Aku menyingkirkan rambut Harry dari wajahnya. Tubuhnya masih agak hangat. Aku akan mengompres dahinya lagi nanti.
Kau tau, rasanya saat kau sangat ingin melupakan persaanmu terhadap sahabatmu, tapj di saat yang sama kau tidak ingin melupakannya. Sangat rumit.
Menghela napas, aku kembali mengambil cangkirku yang sudah kosong dan menuangkan coklat panas ke dalamnya, lalu meminumnya oerlahan, menikmati setiap tetesnya, sambil memandang perapian, memikirkan apa yang akan terjadi denganku dan Harry setelah ini.
Tuhan, aku benar-benar mencintainya. Aku kembali memandang Harry.
Aku berdiri untuk mengambil baskom dan kompres dari kamarku, lalu kembali untuk mengompres dahi Harry.
Setelah selesai mengurus Harry, aku membawa cangkir dan teko ke dapur, lalu kembali ke ruang tamu dan berbaring.
"I love you, Harry." Ucapku, lalu mengecup pelipisnya, dan segera terlelap.
***
Sinar matahari menyelip di antara tirai, berhasil meloloskan diri melalui celah-celah, dan menyengat kedua mataku dengan sinarnya yang terang, memaksa kedua mataku untuk terbuka.
Sinar matahari lagi seakan berkata "Bagunlah pemalas!" Dan akhirnya aku membuka mataku walau enggan.
Melihat ke kiri, Harry masih tertidur pulas. Dia pasti sangat lelah, jadi aku membiarkannya tidur. Sebelum bangkit berdiri, aku memeriksa kembali suhu tubuh Harry.
Semalam suhu tubuh Harry sempat naik, aku masih dapat merasakan tubuh panas Harry bahkan saat aku sedang tertidur. Ya, bisa kau tebak, suhu tubuhnya sepanas itu hingga dapat membangunkanku.
Aku berdiri dan pergi ke kamarku untuk mandi. Seluruh tubuhku pegal karena aku tidak cukup tidur akhir-akhir ini, jadi aku ke ruang tamu dan menonton TV hingga terlelap di sofa. Dan percaya padaku, kau tidak ingin merasakan tidur di sofa.
Aku seperti biasa memakai sabun beraroma bunga. Setelah selesai mandi, aku menggosok gigi, lalu memak memakai body lotion. Rambutku yang setengah basah kubiarkan terurai.
Setelah akhirnya selesai, aku mengambil sweatpants abu-abu, dan sweater putih, lalu mengenakannya. Cuaca di Inggris memang selalu dingin, jadi aku memakai kaus kaki abu-abu polosku untuk melindungi kakiku dari dingin. Terakhir, aku mengoleskan pelembab bibir ke bibirku yang kering. Kemudian, aku keluar dari kamar untuk membuat sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...