Mapple's POV
Aku membawa Harry ke ruang kesehatan. Dan ya, tangan kami masih saling menggenggam. Kami berjalan sambil terus bergenggaman tangan, tetapi tidak satupun dari kami yang berniat membuka suara.
Tapi ini semacam keheningan yang nyaman, seperti kami sedang menikmati momen singkat ini. Setidaknya aku menikmati momen ini.
Kami sampai di ruang ke sehatan, dan Harry berjalan ke arah kasur di ruangan ini, dan duduk di atasnya, sedangkan aku, aku berjalan ke arah rak kecil dan mengambil kotak P3K.
"Seharusnya kau tidak perlu datang." Ucapku, membuat Harry mengalihkan matanya, dan menatapku. Tepat di mata.
Harry's POV
"Seharusnya kau tidak perlu datang." Ucap Mapple.
Aku mengalihkan mataku dari lantai, dan menatap gadis di smpingku ini, tepat di mata.
Demi Tuhan, bagaimana bisa gadis ini mekiliki mata yang begitu memikat? Untuk sesaat aku tenggelam dalam pesonanya.
"Terakhir aku periksa, aku punya hak untuk menginjakkan kakiku di bangunan ini." Ucapku.
Mapple menghela napas dan menuangkan antiseptik di atas kapas, dan berjalan ke hadapanku.
"Jangan mulai. Jangan paksa aku untuk melakukan perbuatan bodoh untuk membunuhmu." Jawabnya lembut. Bahkan suaranya memikat hati.
Astaga Harry, apa yang kau pikirkan?! Kau punya Cara! Berhentilah memikirkan gadis ini!
"Terserah." Jawabku.
"Kenapa kau ke sini?" Tanya Mapple
"Memangnya tidak boleh?" Balasku bertanya, membuat Mapple menekan kapas di tangannya dengan keras.
"Aw!" Jeritku kaget, dan menyingkirkan tangan Mapple Dari wajahku.
"Itu peringatan pertama. Aku serius bertanya. Kenapa kau ke sini?" Mapple kembali membersihkan lukaku.
"Uh, hanya ingin, um.. Aku hanya lewat." Jawabku bohong.
"Ya, kau hanya lewat melalui pintu masuk kampus dan berjalan dengan sangat santai." Balas gadis di hadapanku sambil memutar matanya.
Sassy.
Aku hanya mengangkat kedua bahuku.
"Aku heran, mengapa gadis-gadis sangat menggilaimu."
"Karena aku tampan," Mapple mengangkat sebelah alisnya.
"Dan hot." Lanjutku, dan Mapple memutar matanya, namun tersenyum kecil.
"Andai mereka tahu kau itu sangat menyebalkan." Kini giliranku yang memutar mata.
"Mereka akan tetap tergila-gila padaku." Ucapku
"Mereka semua gila kalau begitu." Balas Mapple, membuatku tertawa. Namun aku langsung meringis kecil karena luka di bibirku kembali terbuka karena tertawa.
"Shh." Ringisku. Mapple terkekeh.
"Jangan banyak bicara." Mapple membuang kapas di tangannya dan mengambil kapas baru dari kotak untuk menyeka darah dari bibirku.
"Sebenarnya bukan aku yang memulai pembicaraan ini sih." Ucapku menyindir gadis itu.
"Diam." Mapple memukul lenganku pelan.
"Kau kasar sekali." Ucapku sambil berpura-pura kesakitan, dan mengelus lenganku.
"Kau berlebihan." Ucap Mapple sambil tersenyum kecil.
"Ya, ketampananku memang berlebihan, Dan aku bersyukur akan itu." Ucapku sambil memainkan alisku.
"Astaga, kau itu bisa diam tidak sih?" Tanya Mapple sambil tertawa.
Aku hanya tersenyum kecil melihatnya tertawa. Dia benar-benar menawan.
Yaampun, ada apa sih denganku?! Ini benar-benar aneh. Seharusnya aku tidak tertarik padanya.
Aku menghela napas pelan.
"Harry, kau sebaiknya pulang." Kata Mapple sambil membereskan kotak P3K, dan mengembalikannya ke lemari.
"Kau mengusirku?" Tanyaku. Mapple menatapku.
"Memangnya ada tanda-tanda mengusir dalam kalimatku?" Tanya Mapple sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Mungkin iya, mungkin tidak." Aku mengangkat bahuku.
"Kau absurd sekali. Aku serius."
"Aku Harry."
"Harry!"
"Mapple!"
Mapple menghela napasnya.
"Aku serius kali ini. Kau sebaiknya pulang. Kau kan sibuk." Ucap Mapple serius.
"Aku sedang tidak sibuk." Ucapku acuh.
"Terserah kau saja." Ucap Mapple sambil mengambil tasnya dan berjalan pergi.
"Mapple" panggilku. Dia tidak menjawab.
"Mapple" Panggilku sekali lagi, namun dia tetap berjalan keluar dari ruang kesehatan.
"Mapple." Aku turun dari ranjang dan mengikuti Mapple.
"Hey, jangan marah... Mapple." Ucapku sambil mencolek lengannya.
Aku terus mencolek lengan Mapple sampai akhirnya dia berhenti berjalan dan memutar tubuhnya sembilan puluh derajat menghadapku.
"Apa sih maumu?" Tanyanya jengkel.
"Jangan mengabaikanku." Jawabku sambil tersenyum manis.
"Kalau begitu berhenti menggangguku dan pulanglah." Jawabnya ketus dan kembali berjalan dengan cepat.
"Kau yakin ingin aku pergi?" Tanyaku.
"Pergilah!" Ucap Mapple.
"Kau akan merindukanku kalau aku pergi!" Seruku pada Mapple, dan gadis itu hanya mengangkat jari tengahnya sebagai balasan. Aku hanya terkekeh, dan berjalan menuju pintu keluar kampus.
Gadis itu benar-benar menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...