Epilog

4.8K 242 16
                                    

Song:
1. Stone by Alessia Cara
2. Kiss Me by Ed Sheeran
3. Give Me Love by Ed Sheeran

Sudah sebulan setelah pertemuan terakhir Harry dengan terapis. Harry sudah jauh lebih dari baik sekarang. Mereka bilang Harry sudah dapat mengontrol amarahnya dengan baik. Hubungan kami juga semakin membaik. Tidak, kami tidak bersama. Menyakitkan memang, aku masih belum bisa melupakan perasaanku pada Harry. Tapi itu semua tidak apa-apa, itu semua cukup. Yang terpenting, Harry sudah jauh lebih baik, dan kami masih dekat seperti dulu, jadi aku akan menikmati setiap momen yang kami miliki, walaupun bukan sebagai kekasih Harry, yang terpenting aku bersamanya, dan itu sudah cukup bagiku.

Terkadang, kau tidak bisa memiliki orang yang kau cintai, tapi mereka bilang, cinta tidak harus memiliki. Kurasa kata-kata itu ada benarnya. Terkadang kau tidak harus memiliki orang yang kau cintai untuk bahagia, hanya dengan berada di dekatnya saja kau akan merasa bahagia, dan itu cukup. Terkadang cinta membuatmu terobsesi, membuatmu berhenti berputar, membuatmu hanya terfokus kepada satu tujuan, satu orang, dan kau mengabaikan bahwa di luar sana ada orang yang dapat mencintaimu lebih baik. Aku tidak ingin membiarkan cinta membutakan mataku.

Aku menoleh ke sebelah kanan, di mana Harry rebah sambil menutup matanya dengan nyaman. Aku tersenyum kecil.

"Orang bilang kau bisa merasakannya saat orang lain menatapmu tanpa sepengetahuanmu, kau tahu?" Ucap Harry sambil berusaha menahan senyum. Aku dapat melihat sudut bibirnya berkedut dan lesung pipinya yang terlihat.

Aku tertawa kecil, "Benarkah? Aku tidak pernah tahu." Harry membuka matanya dan menatapku.

"Bohong. Kau kan tahu segalanya." Aku tertawa mendengarnya.

"Kau benar tentang itu." Sibuk tertawa, aku tidak menyadari Harry telah bangkit dari posisinya dan mendekat kepadaku. Saat aku selesai tertawa dan membuka mataku, wajah Harry telah berada beberapa inci tepat di hadapanku, membuatku menarik napas kaget. Jantungku berdegup kencang, dan seluruh galaksi meledak di perutku.

"Kalau begitu, apa kau tahu betapa cantiknya dirimu?" Aku menelan ludahku.

"Apa kau tahu betapa kecantikanmu membuatku tercengang setiap saat?" Aku membuka mulutku untuk menjawab, namun tidak satupun suara yang keluar.

"Apa kau tahu betapa bahagia dan leganya aku ketika kau memutuskan untuk berhenti menjadi model untuk Mrs. Mitchell?" Aku mengernyitkan dahiku. Apa?

"Apa kau tahu betapa takutnya aku saat aku memukulmu?" Aku terbelalak, ini pertama kalinya Harry bicara tentang insiden itu setelah lama sekali.

"Apa kau tahu betapa takutnya aku saat menjalani terapi itu?" Aku meletakkan tanganku di dada Harry, mencoba mendorongnya menjauh. Ia tetap pada posisinya, tidak bergerak.

"Apa kau tahu bahwa aku melakukan semua itu demi dirimu?" Aku mencoba mendorong Harry lebih kuat, tapi gagal.

"Harry hentikan." Ia tidak menghiraukannya.

"Apa kau tahu betapa menyesalnya aku setelah memukulmu?" Mata hijaunya bersinar dengan penyesalan dan rasa malu, serta amarah.

"Apa kau tahu betapa sakitnya hatiku saat melihatmu tersakiti, terutama karena aku?" Air mata mulai menggenang di mataku.

"Haz, aku bilang hentikan." Suaraku bergetar, aku benci melihatnya menyiksa dirinya sendiri. Wajah Harry melembut.

"Apa kau tahu betapa inginnya aku mencium bibirmu?" Dengan itu, aku berhenti mendorong Harry menjauh, dan menatapnya kaget.

"A-apa?" Pertanyaanya membuatku tercengang. Aku tidak salah dengar bukan?

"Aku sangat ingin meciummu." Bisiknya pelan, ia menggenggam tanganku yang ada di tengah dadanya, dan menggesernya ke kiri. Aku dapat merasakan degup jantungnya, keras, cepat, menenangkan. Aku menutup mataku, menikmati degup hantung Harry di bawah telapak tanganku.

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang