20

3.7K 372 11
                                    

Mapple's POV

"Harry?" Aku terkejut melihat Harry berdiri di depan pintu rumahku.

"Kau tidak kelihatan senang." Ucapnya.

"A-apa?" Tanyaku bingung.

"Boleh aku masuk?" Aku mengedipkan mataku, mengira ini adalah mimpi, dan setelah aku mengedip sekali, Harry akan hilang. Tapi itu tidak terjadi. Harry tidak menghilang, dia masih di sana, menatapku bingung, mungkin sedikit jengkel.

"Y-ya. Masuklah." Aku menggeser tubuhku kesamping agar dia bisa masuk.

Aku menutup pintu, dan berbalik, hanya untuk mendapatkan diriku menabrak punggung keras Harry yang mematung.

"Kenapa sih?" Tanyaku sedikit kesal sambil mengelus hidungku.

Untung saja punggungnya tidak sekeras tembok bata. Kalau punggungnya sampai sama kerasnya dengan tembok bata, aku yakin hidungku pasti sudah memar atau patah sekarang.

Karena dia tidak menjawab, aku akhirnya berjalan ke sampingnya, dan mengikuti arah pandangannya. Dan, coba tebak. Dia menatap Jace dengan emosi terpendam, dan seperti dia akan menerkam Jace dan memakannya hidup-hidup detik itu juga. Aku menghela napas.

"Kau mau duduk atau terus memandangi Jace?" Tanyaku tanpa bisa menahan diri untuk tidak memutar mataku.

"Sepertinya kalian sedang sibuk. Aku pulang saja." Dia menekankan kata 'sibuk', dan aku menatapnya tak percaya.

Yang benar saja? Dia baru saja menekan bel rumahku pada pukul 10 di malam hari, dan setelah aku dengan penuh perjuangan –oke, mungkin itu berlebihan- bangkit dari sofa untuk membukakan pintu untuknya, dan memperbolehkannya masuk, lalu dia berhenti tiba-tiba hingga membuat hidungku sakit karena menabrak punggungnya, dia hanya berkata dengan jengkel bahwa sepertinya kami 'sibuk' –dengan penekanan pada kata sibuk-, dan bahwa dia akan pulang saja?! Yang benar saja! Posisi dudukku tadi sangat amat nyaman!

"Apa? Maksudku terserah, maksudku- Argh! Sudah pulang saja sana! Kau benar-benar menyebalkan. Pergi sana!" Wajahku terasa panas oleh marah. Yah, jangan salahkan aku jika aku marah karen posisi dudukku tadi sangat amat nyaman.

"Bitch." Gumamnya tidak cukup pelan.

"Hey! Dasar kau! Bastard! Aku akan- Hmph!" Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku dan berlari mengejarnya, tangan –yang kuyakini adalah tangan kanan Jace membekap mulutku dan tangan lainnya menahan –atau memeluk pinggang dan kedua tanganku, sementara kaki kirinya menutup pintu pelan. Teriakanku teredam karena tangannya.

Akhirnya aku menggigit tangannya karena tampaknya, Jace tidak berniat melepaskanku.

"Ouch!" Jace memekik kaget dan sakit, lalu menarik diri dariku. Kemudian, aku menginjak kakinya keras, membuatnya berteriak.

"For fudge's sake, Mapple! What the hell was that for?!"

"Itu untuk menahanku mengejar tumbuhan berjalan itu! Dia baru saja mengataiku!" Teriakku. Jace kembali membawa tangan kanannya ke mulutku, namun aku menepisnya, dan menghindar.

"Kecilkan suaramu! Kau bisa membuat bumi ini retak karena teriakanmu yang seperti banshee!" Aku menatapnya garang, dan dia mengangkat kedua tangannya menyerah.

"Oh ya, Mapple. Aku mau menginap. Boleh kan?" Tanya Jace.

"Semamumu saja. Aku mau tidur." Aku berjalan menghentakkan kakiku kesal ke kamarku, dan membanting pintu kamarku.

Aku mengambil tank top, dan celana piyama pendek, lalu berjalan menuju kamar mandi. Aku menatap pantuan diriku di cermin, dan melihat seorang gadis, dengan rambut coklat bergelombangnya yang tergerai sampai ke pinggang, dan sepasang mata biru yang terihat marah. Aku menghela napas kesal, dan mengganti pakaianku dengan tank top dan celana piyama yang tadi kuambil dari walk in closetku, kemudian aku melaksanakan ritual sebelum tidurku. Setelah selesai, aku kembali ke kamarku untuk segera tidur.

Aku sudah hampir berbaring di ranjangku sampai ketukan di pintu kamarku menginterupsi. Aku mengerang kesal, dan beranjak dari ranjangku.

"Sebaiknya niatmu mengetuk pintu kamarku benar-benar berguna, atau aku akan melindasmu dengan mobilku." Ucapku kesal sambi berjalan ke pintu.

Tidak ada jawaban.

Aku membuka pintu kamarku, namun tidak ada Jace di depan pintu kamarku. Aku menoleh ke pintu kamar Jace dan berdecak kesal. Aku berniat berjalan ke kamarnya untuk menariknya keluar agar aku bisa melindasnya dengan mobilku, namun terhenti ketika aku menendang sebuah kotak berwarna biru muda, warna kesukaanku. Aku melirik pintu kamar Jace, lalu kembali ke kotak itu.

Aku sangat yakin, ekspresiku saat ini pasti aneh sekali. Mungkin campuran antara ekspresi bingug, kesal, dan mengantuk. Dan, sekedar informasi saja, aku merasa seperti orang idiot yang merasa kesal, bingung, penasaran, dan mengantuk, yang sedang tersenyum idiot karena melihat sebuah kotak besar berwarna kesukaannya di depan pintu kamarnya. Tolong jangan tahan dirimu untuk mengatakan bahwa aku aneh, karena aku memang aneh. Oke, kembali ke persoalan.

Aku mengangkat kotak itu dari lantai.

Berat.

Sebenarnya apa sih isinya? Ini tidak mungin bom kan? Apa iya Jace berniat membunuhku? Astaga! Aku harus berhenti mengimajinasikan hal-hal aneh! Akhirnya aku membawa kotak itu masuk ke dalam kamar.

Kalau sampai isi kotak ini tidak berguna... Jace akan tau akibatnya.

Aku membuka kotak itu. Dan kau tau apa isi kotak itu? Tentu tidak, kalian kan tidak bisa melihatnya. Baik, isi kotak itu adalah berbagai jenis coklat seperti Kit Kat, Hershey, Ritter Sport, Cadbury, dan coklat favorit baruku, yaitu Toblerone. Ya, aku tidak terlalu menyukai Kit Kat lagi sekarang. hampir semua jenis coklat ada di dalam kotak ini. Coklat Kit Kat dengan berbagai rasa, dan juga coklat Ritter Sport dengan berbagai rasa pula.

Aku tersenyum. Kotak itu hampir penuh dengan coklat berbagai ukuran, dan juga, ada Hershey Kisses dengan berbagai warna. Aku tersenyum lebar dari teinga ke telinga seperti kucing dalam film Alice In Wonderland yang bisa menghilang.

Disaat aku sedang sibuk mengagumi coklat-coklat itu, aku melihat sesuatu terselip di antara semua coklat itu. Itu adalah sebuah kartu berwarna putih. Aku mengambilnya, dan membaca isinya.

Maaf karena membuatmu kesal, dan mengataimu banshee. Tapi teriakanmu memang hampir mirip dengan banshee.

Anyway, semua coklat ini untukmu, sebagai permintaan maaf, dan tanda bahwa aku teah memaafkanmu karena telah menyakitiku, dan juga berencana membunuhku dengan ban mobilmu.

Makanlah coklat itu, tapi jangan semua, ini sudah malam, nanti kau sakit gigi.

Aku tidak ingin kau tidur dengan perasaan kesal, jadi makanlah sedikit.

-Jace Creighton ;)xx

Aku tersenyum. Ini adalah hal termanis yang pernah aku dapat dari siapapun. Dia benar-benar tau cara memperlakukan seorang wanita. Tidak perlu memakan coklat pun suasana hatiku sudah membaik. Tapi akhirnya aku memakan beberapa coklat Hershey Kisses.

Dan malam itu, aku tidur dengan perasaan bahagia.

*****

Hai! Chater ini lumayan panjang kan? Sorry updatenya lama! Thanks banget buat 3K readers! Love you all!

Thanks for reading! Xx

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang