25

3.3K 344 10
                                    

Harry's POV

Aku tidak tahu apa yang merasukiku. Tiba-tiba saja, muncul keinginan untuk mencium Mapple. Saat dia bilang bahwa kami tidak bisa, hatiku terasa hancur. Setelah kejadian itu, aku tersadar ini benar-benar salah, tapi seluruh jiwa ragaku mendukungku. Rasanya seperti aku dan Mapple ditakdirkan untuk bersama.

Aku tau aku punya Cara, tapi, aku tidak bisa menahannya. Aku mencintai Cara, tapi aku juga tertarik pada Mapple. Aku benar-benar bingung.

"Harry?" Aku terkaget.

"Huh?" Aku menolehkan kepalaku ke arah Mapple

"Kau melamun." Ucapnya. Ya, Tuhan.

"Eh? Apa?" Ucapku kaget. Mapple menghela napasnya pelan.

"Sebaiknya kau pulang. Sebentar lagi hujan badai." Ucap Mapple. Memang benar, langit terlihat sangat gelap saat ini.

"Baiklah. Aku pulang dulu." Ucapku pelan.

"Berhati-hatilah." Ucap Mapple sambil tersenyum kecil. Aku mengangguk dan menyalakan mobilku. Aku menginjak pedal gas dan mlajukan mobilku ke rumah Cara.

Aku tau aku benar-benar bajingan, setelah mencium Mapple, aku pergi menemui Cara. Tapi Mapple dan Cara adalah dua gadis penting bagiku. Aku tidak tahu harus memilih yang mana. Aku tidak bisa memilih, mereka benar-benar penting bagiku.

Aku sangat ingin memilih Mapple, dia cinta pertamaku. Mapple mengenalku lebih dari aku mengenal diriku sendiri, begitu juga sebaliknya. Mapple sangat mengerti aku dan sifat-sifatku. Mapple tau saat aku sedih dan kesal, dia tau cara membuatku senang.

Cara, dia sangat cantik, dia memiliki daya tarik tersendiri yang membuatku tidak bisa jauh darinya. Dia sangat manis dan anggun. Senyumnya menawan, dia telah menemaniku setahun terakhir ini. Cara juga baik dan setia.

Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras membuatku kaget. Untung saja aku hampir sampai ke rumah Cara. Aku menyetir lebih pelan, tidak ingin mengambil resiko kecelakaan karena jalanan sangat licin saat hujan.

Beberapa menit kemudian aku sampai di rumah Cara. Namun, di depan pagarnya, terparkir sebuah mobil BMW hitam. Aku menyipitkan mataku, penasaran siapa yang mampir ke rumah Cara.

Aku mengambil payung dari kursi belakang dan membuka pintu mobil. Aku menbuka payungku dan keluar dari mobil, lalu menutup dan mengunci mobilku. Jantungku berdebar seiring langkahku ke pintu rumah Cara. Perasaanku tidak enak.

Aku membuka pintu rumah Cara yang tidak tertutup rapat. Aku mengernyit. Cara tidak pernah seceroboh ini, membiarkan pintu tidak tertutup rapat. Ada yang aneh.

Aku membuka pintu rumah Cara dan masuk, lalu melepas sepatuku dan menaruh payungku di keranjang khusus untuk payung. Aku berjalan ke ruang tamu.

"Babe?" Panggilku.

"Babe, ini aku, Harry." Ucapku agak keras.

"Cara, kau dimana?" Ucapku sambil berjalan ke kamar Cara. Tiba-tiba aku mendengar suara tawa kecil di lorong kamar. Jantungku berdebar kencang.

"Cara?" Panggilku lagi.

Suara kikikkan semakin terdengar begitu aku mendekati kamar Cara. Baru aku menyentuh pintu kamar Cara, tedengar suara erangan.

"Babe, kau yakin ingin melakukan ini? Kau kan sedang menjalin hubungan dengan si bajingan Styles." Suara seorang lelaki terdengar. Darahku mendidih mendengarnya.

"Ayolah Rick, jangan begitu, jangan pikirkan itu, kita harus bersenang-senang dan merayakannya." Suara seorang gadis terdengar lagi. Tapi itu bukan Cara.

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang