6

4.7K 453 2
                                    

"Mapple?" Merasa terpanggil, aku mencari pemilik suara itu dan menoleh ke asal suara itu di sebelah kananku, tapi tak ada siapapun.

"Hey, aku disini sayang." Seseorang menepuk pundak kiriku dan aku melihat Anna berdiri di sampingku.

"Oh, hai Anna. Ada apa?" Anna memperhatikan anak-anak yang sedang bermain, begitu juga aku.

"Sekali lagi, terimakasih sudah mengantar Rochelle. Kami benar-benar panik." Aku tersenyum dan mengangguk kecil sambil memperhatikan Ellie dan Ello yang sedang bermain bersama anak lainnya.

"Ah, tidak masalah, aku senang bisa membantu. Aku juga bersyukur bisa bertemu dengan Ellie." Jawabku sambil memperhatikan Ellie dan Ello yang sedang tertawa. Mereka begitu manis, Ellie dan Ello memang kembar, tapi tidak identik. Ellie dengan rambut medium brown dan sepasang mata berwarna abu-abu terang, dan Ello dengan rambut chestnut dan sepasang mata biru yang indah.

"Mereka manis kan? Mereka tinggal disini sejak berumur 4 tahun. Orang tua mereka meninggal karena penyakit yang mereka derita," Aku menatap Anna yang sedang tersenyum sedih sambil memandang Ellie dan Ello.

"Mereka anak yang kuat." Lanjut Anna sambil menatapku.

"Ya. Mereka sangat manis dan kuat. Orang tuaku juga meninggal beberapa tahun lalu, hanya saja, aku tidak semuda mereka saat itu." Aku menghela napas sebelum melanjutkan kalimatku.

"Rasanya sangat sepi bila tinggal sendiri di rumah yang sangat besar." Lanjutku sambil memandang sepasang anak kembar yang sedang berlarian dengan sendu.

"Yah, mau bagaimana lagi, hidup dan mati ada di tangan Tuhan, tidak ada yang bisa mengaturnya selain Dia sendiri." Aku mengangguk setuju dan melihat jam di Ipod.

"Aku harus pulang. Aku akan sering-sering kesini." Anna menatapku dan mengangguk pelan.

"Baiklah. Rochelle! Raffael! Kemarilah!" Merasa terpanggil, 2 anak kembar yang tadinya sedang berlarian berhenti dan berjalan menghampiri kami.

"Ada apa?" Tanya Ello sambil menatapku dan Anna bergantian.

"Begini, aku harus pulang sekarang, tapi aku janji, besok aku akan datang lagi dan bermain dengan kalian." Aku berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengan Ellie dan Ello.

"Secepat itu? Tapi aku tidak ingin kau pergi." Ellie memegang tanganku dan aku membelai rambutnya.

"Tenang saja, aku pasti datang lagi besok. Aku akan sering-sering datang dan bermain dengan kalian. Denganmu. Jangan sedih ya? Ini bukan perpisahan." Kataku sambil mengangkat dagu Ellie.

"Janji ya? Pinky promise?" Ello menyodorkan jari kelingking kecilnya, begitu pula Ellie.

"Pinky promise." Aku tersenyum dan mengaitkan kedua jari kelingkingku di jari kelingking mereka.

"Nah, sekarang aku harus pulang. Sampai jumpa." Ellie dan Ello melambaikan tangan ke arahku dan aku membalasnya.

"Sampai jumpa Mapple!" Aku tersenyum dan berjalan pulang.

*****

"Darimana saja? Katanya hanya lari pagi, tapi kenapa sampai lama sekali?" Liz berdiri dari sofa begitu aku membuka pintu.

"Ada urusan. Lagipula aku hanya pergi 2 jam." Ucapku pada Liz yang sedang menatapku sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hai Mapple! Terimakasih sarapannya! Lezat sekali! Tapi aku masih lapar. Ayo ke Nando's!" Tiba-tiba Niall datang menghampiri kami.

"Apa? Kau baru saja makan Niall." Liz menatap Niall di sampingnya.

"Babe, kau lupa? Dia kan perut karet, mungkin gajah saja bisa masuk kedalam perutnya." Ucap Louis yang sedang bermain Xbox-ku di ruang tamu dengan Liam.

"Shut up, dasar pria tua." Ejek Niall dengan wajah cemberut.

"Kau yang diam Niall." Liz yang tidak terima kekasihnya di ejek memukul lengan Niall.

"Kau!"

"Kau!"

"Kau!"

"Kau!"

"Oh, shut up you two! Aku bisa kalah jika kalian tidak diam!" Liam menggerutu dengan pandangan tetap ke TV.

"Kalian dengar? Diamlah. Aku akan mandi. Nanti kita ke Nando's." Ucapku dan Niall langsung bersorak senang sambil memelukku.

"Kau dengar Lou? Mapple akan membawa kita ke Nando's!"

"Yeah, sama-sama Niall, tak perlu berterimakasih." Ucapku sarkastik dan membuat Niall menyengir.

Aku melangkahkan kakiku ke dalam kamarku yang bernuansa putih dan coklat muda yang menimbulkan kesan vintage di kamarku. Ayahku sendiri yang mendesain kamarku, dengan beberapa jendela dan pintu kaca berbingkai kayu berwarna putih menghadap ke taman yang mengelilingi bagian samping dan belakang rumahku menimbulkan kesan segar karena banyaknya tanaman hijau. Keluargaku memang suka berkebun, kami sering menanam bunga dan pohon bersama saat aku kecil. Sebagian besar rumahku didesain sendiri oleh ayahku.

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan menanggalkan pakaianku, lalu masuk ke bilik dengan shower di dalamnya. Aku mulai membasuh tubuhku dengan air dan sabun beraroma mawar.

*****

Setelah selesai mandi aku mengambil shorts jeans pendek, crop tee pink, dan sepatu vans kesayanganku. Hari ini tidak ada jadwal kuliah, jadi aku bebas. Aku mengambil kunci mobilku di nakas dan kacamata hitam juga dompetku, lalu keluar dari kamar.

Niall, Louis, dan Liam masih bermain xbox dan Liz bersorak menyemangati Louis, kekasihnya dengan begitu semangat. Aku berjalan ke dapur untuk mengambil susu coklat. Dan begitu sampai di dapur, aku agak terkejut karena hampir menabrak orang lain di depanku.

*****

Oke, aku tau chapter ini pendek banget, but once again, i'm trying. Jadi, kalo misalnya menurut kalian chapter ini absurd banget, tolong jangan jelek-jelekkin hasil karya aku, kalo mau, ngomong langsung ke aku, soalnya aku juga perlu kritik.

So, intinya, makasih buat 300+ readers, aku bener-bener kaget ngeliat readersnya banyak. Beneran. Jadi, makasih banyak udah baca cerita absurd ini.

Oh ya, di multimedia ada foto kamarnya Mapple ya. Thanks.

Thanks for reading!

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang