Aku segera masuk ke butik begitu sampai, dan aku langsung menaiki lift ke lantai tiga. Aku menganggukkan kepalaku seiring dengan irama musik yang sedang kudengarkan.
Lift berbunyi dan pintunya terbuka tepat di lantai tiga, aku segera keluar dan melihat Lassie yang berjalan ke arahku. Aku melepas earphone di telingaku dan memasukkannya ke dalam tas.
"Mapple! Sudah lama tidak bertemu, kau semakin cantik saja." Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih dan memujinya juga.
"Terima kasih, kau juga semakin menawan saja." Dia tertawa kecil dan membawaku ke ruang rias.
Begitu aku sampai di ruang rias, aku melihat Liz yang sedang dirias sedang duduk tenang di kursi. Aku pikir gadis itu tidak akan datang.
"Aku pikir kau tidak akan datang." Liz menoleh ke arahku dan menyengir.
"Aku tidak akan melewatkan hari pertama pemotretan dan membiarkanmu bersenang-senang sendirian." Dia kembali menatap pantulan dirinya di cermin.
"Bagaimana kencannya? Menyenangkan tidak?" Liz langsung saja menoleh padaku dengan wajahnya yang merona.
"Apa? Itu bukan kencan!" Aku menahan tawa melihat wajahnya.
"Apa dia menyatakan cintanya padamu?" Wajahnya semakin merona merah.
"Mapple.." Aku terus saja menggodanya.
"Apa dia romantis? Pasti dia yang mengantarmu ke sini. Dia tidak menunggumu?" Aku melihat wajahnya yang telah berubah merah semerah tomat.
"Mapple, temanku yang cantik, kami tidak berkencan. Lagipula dia sibuk." Aku memutar mataku mendengar jawabannya.
"Itu bukan jawaban yang aku harapkan. Kau pasti bohong. Nanti malam kalau kau tidak mengenalkan lelaki itu padaku, kau tidak akan boleh menginap di rumahku lagi." Aku melihat Lassie yang mulai memoles wajahku dengan foundation.
"Apa?! Kau benar-benar licik Mapple! Baiklah, baiklah! Akan aku bawa dia nanti malam." Dia memutar matanya jengkel dan aku terkekeh.
Liz berdiri untuk memakai gaun pertama untuk pemotretan, dan beberapa saat kemudian, Lassie telah selesai memoles wajahku dengan makeup dan aku berjalan menuju bagian kostum.
"Hey Mapple, ini gaunnya." Aku menerima gaun yang diberikan Jean dan membawanya ke ruang pas.
"Thanks Jean." Aku berjalan ke ruang pas untuk memakai gaun ini.
"Wah, kau terlihat sangat menawan." Ucap Jean begitu aku keluar dari ruang pas.
"Thanks. Kupikir Liz tidak akan datang." Aku berjalan ke arah cermin dan melihat pantulan diriku.
"Ya, tadinya kupikir juga begitu, tadi temannya mengantarnya tapi langsung pulang, katanya sibuk. Ah, aku keluar dulu ya." Aku mengangguk dan Jean berjalan keluar ke studio. Aku melihat pantulan diriku di cermin dan menarik nafas pelan, lalu berjalan keluar ke studio.
Saat aku sudah di studio, aku dapat melihat Liz sedang berpose sesuai dengan arahan Jean. Dia benar-benar berbakat sebagai model. Dia melakukan beberapa pose lalu setelah itu giliranku.
"Nah, Mapple, sekarang giliran kau. Jangan gugup, semangat!" Liz menghampiriku dan menyemangatiku.
Pemotretan berlangsung selama dua jam, dan sekarang jam 5 siang. Aku berjalan ke lobby bersama Liz. Sepertinya sebentar lagi hujan.
"Kau dijemput kekasihmu?" Liz memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah menghubungi kekasihnya.
"Ya, kami akan menghabiskan waktu sebentar di rumahnya lalu baru makan malam di rumahmu." Aku mengangguk dan pamit pulang.
Aku berjalan menuju mobil Liz dan masuk, lalu menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan mobil Liz ke supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan yang sudah hampir habis, camilan, susu kotak, dan beberapa kotak teh dan coklat panas.
Setelah memarkirkan mobil di area parkir, aku segera masuk ke supermarket dan mengambil semua barang yang kubutuhkan lalu pergi membayar. Aku harus pulang sebelum hujan turun.
Aku berjalan cepat menuju mobil Liz dan masuk. Sebelum pulang aku mengirim pesan kepada Liz untuk memastikan jam berapa dia akan pulang.
Aku menyalakan mesin mobil dan menyetir pulang. Perjalanan ke rumahku hanya memakan waktu 5 menit. Setelah memarkirkan mobil Liz di sebelah mibilku di garasi, aku segera menutup pintu garasi dan masuk ke dalam rumah lalu berjalan menuju dapur untuk menaruh belanjaan di atas counter.
Hari pertama sebagai model tidak terlalu buruk. Aku berjalan menuju kamarku untuk menaruh barang-barangku dan membuka pesan balasan dari Liz yang mengatakan bahwa dia akan pulang sekitar jam 6.30 dan 4 orang teman kekasihnya akan ikut makan malam.
Baiklah, ini akan jadi makan malam yang meriah sepertinya. Aku berjalan ke dapur dan mengeluarkan bahan-bahan makanan lalu mencucinya. Aku berencana untuk memasak sup jagung dengan jamur, spagetti dan kentang tumbuk. Aku mulai memasak makan malam kami dengan porsi besar.
Setelah satu setengah jam memasak, akhirnya aku selesai. Aku mematikan kompor dan pergi ke kamar untuk mandi. Aku punya 30 menit sebelum Liz pulang.
Aku mengambil handuk dan mengisi bak mandi dengan air hangat dan menuangkan sabun berarima mawar. Aku memejamkan mata merasakan sensasi air hangat yang menyentuh kulitku begitu mencelupkan tubuhku ke dalam bak mandi.
Berendam dengan air hangat memang yang terbaik untuk menghabiskan waktu. Setelah 25 menit mandi, aku keluar dari kamar mandi dan mengambil short sweat pants abu-abu, tank top hitam dan sweater rajut hitam, lalu memakainya.
Kemudian aku menyisir rambutku yang hampir kering dan keluar dari kamar untuk menata meja makan dan meletakkan makan malam di meja.
Saat aku sedang meletakkan makanan di meja makan, bel berbunyi. Pasti Liz. Aku berjalan ke pintu depan dan membukakan pintu untuk mereka.
"Hai Liz. Kau sudah mandi?" Liz mengangguk dan 4 orang di belakangnya mengikuti.
"Oh, kenalkan, ini Mapple, sahabat baikku. Mapple, ini Zayn, Liam, Niall dan kekasihku Louis." Liz menunjuk satu persatu teman-temannya.
"Hai, aku Mapple Humes. Senang bertemu kalian." Aku tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka duduk.
"Sepertinya masih kurang satu orang." Liam berbicara sambil mengamati satu persatu temannya.
"Ah, pasti Harry ya?" Liz duduk di antara Louis dan Niall setelah menaruh minuman dan kue di meja.
Tunggu. Namanya Harry?! Apa dia Harry teman masa kecilku? Tetapi banyak bukan orang yang bernama Harry? Tapi kenapa firasatku sangat yakin?
"Hei, lebih baik kita makan sekarang, nanti makanannya dingin." Liz beranjak dan kami semua berjalan menuju ruang makan. Setelah kami semua duduk, Niall memimpin doa, lalu kami mulai makan.
Namun, saat kami baru akan mengambil makanan dari tempatnya, bel berbunyi dan jantungku berdetak kencang.
"Biar aku yang buka." Liz berdiri dan berlari kecil ke pintu depan.
"Harry, kami baru akan mulai. Ayo cepat." Jantungku berdetak semakin kencang seiring langkah kaki mereka ke ruang makan dan aku menundukkan kepalaku.
"Harry sudah disini." Aku mengangkat kepalaku dan melihatnya.
Aku melihatnya, dan tubuhku melemas. Dia disini. Harry Styles. Dia ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...