Aku terbangun dari tidur lelapku. Sekarang pukul 6 pagi. Wow, aku bangun pagi sekali. Aku berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigiku, lalu mengambil jaket putihku dan mengikat rambutku menjadi pony tail.
Aku berjalan keluar dari kamar menuju dapur untuk memasak sarapan untuk kami. Aku memutuskan untuk membuat bacon, telur goreng, dan roti panggang sebagai menu sarapan.
Masih terpikirkan olehku mengenai Harry yang tidak mengingatku. Sebenarnya aku kurang yakin dia tidak mengingatku, aku masih ingat tatapan terkejutnya saat melihatku semalam.
Tetapi tatapannya berubah menjadi tajam dan dingin, sepertinya dia membenciku, tapi kenapa? Kenapa dia membenciku? Memangnya apa yang aku lakukan padanya sampai dia membenciku?
Aku yang telah selesai memasak langsung meletakkan sarapan di atas meja dan menulis sebuah catatan dan menempelkannya di pintu kulkas. Setelah itu aku kembali ke kamar untuk mengambil Ipod dan earphone, lalu pergi keluar untuk olahraga.
Walaupun lagu terus berputar dari Ipod-ku, pikiranku terus mengarah pada satu nama. Ya, Harry Styles. Astaga, aku sudah lama sekali tidak bertemu dengannya dan aku sangat merindukannya. Ingin sekali aku memeluknya erat, tapi melihat tatapannya kepadaku semalam membuatku takut dan bingung.
Tapi aku tidak menyangka, Harry adalah seorang penyanyi terkenal sekarang! Dan aku hanya gadis biasa. Dunia kami benar-benar berbeda jauh. Sangat jauh. Harry yang sekarang dan Harry yang lama sama saja menurutku. Sejak kecil Harry memang ingin menjadi penyanyi, bahkan dia pernah punya sebuah band. Aku tidak akan meragukan suaranya lagi.
Terakhir aku berbicara dengannya saat dia bilang padaku ingin mengikuti ajang pencarian bakat namun dia ragu, jadi aku meyakinkannya. Setelah hari itu, aku tidak pernah lagi berbicara dengannya. Kami kehilangan kontak begitu saja. Aku selalu mencoba untuk menghubungi nomornya, tapi tidak pernah diangkat, kadang salurannya sibuk.
Aku duduk sementara di bangku taman dan memperhatikan orang-orang berlalu lalang. Ada yang sedang membawa anjingnya jalan-jalan, menemani anak-anaknya bermain, dan ada yang sedang berlari. Aku memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain di taman. Dan tatapanku jatuh pada seorang gadis kecil yang duduk di pinggir danau sendirian. Bahunya terlihat berguncang dan kepalanya menunduk. Aku berjalan ke arah gadis kecil itu dan bisa ku dengar isakan kecil.
"Hey, gadis kecil." Dia menoleh dan menatapku ketakutan dan sontak beringsut mundur.
"Hey, tak apa, aku tidak bermaksud jahat. Aku tidak akan menyakitimu, percayalah." Gadis kecil itu berhenti bergerak mundur dan menatapku ragu dan masih ketakutan.
"Aku tidak akan menyakitimu, aku janji." Aku tersenyum kecil padanya.
"K-Kau si-siapa?" Aku tersenyum manis dan bergerak maju ke arahnya.
"Hey, tidak perlu takut, aku orang baik. Kemarilah. Namaku Mapple. Siapa namamu?" Dia berjalan maju dengan ragu dan aku berlutut menyamakan tinggiku dengannya begitu dia sampai di hadapanku.
"Ro-rochelle. Tapi panggil saja Rose atau Ellie." Gadis itu mengulurkan tangannya dan aku menjabatnya.
"Baiklah, Ellie. Mengapa gadis kecil cantik sepertimu menangis sendirian di sini?" Air mata kembali jatuh di pipinya.
"A-aku tersesat, aku tidak tau dimana Raffa." Rochelle kembali terisak dan menutup wajahnya dengan kedua tangan munglinya.
"Hey, sayang, jangan menangis. Sshh.... Aku akan membantumu oke? Dimana kau tinggal? Aku akan mengantarkanmu." Aku memegang tangannya dan mengusap air matanya dengan ibu jariku.
"Aku tinggal di Panti Asuhan McGreene." Aku tersenyum dan mengusap pipi kirinya.
"Aku akan mengantarmu ke sana. Percayalah padaku." Dia mengangguk dan aku menggenggam tangannya erat.
"Jangan takut ya? Aku tidak akan menyakitimu. Kau mau es krim?" Dia mengangguk dan tersenyum lebar.
"Mau!" Lalu kami berjalan menuju penjual es krim di pintu gerbang taman.
"Kau ingin rasa apa?" Rochelle menaruh telunjuknya di dagu dan berpikir.
"Vanilla! Aku mau rasa vanilla!" Aku mengeluarkan dompetku dan berbicara kepada penjual es krim.
"Tolong 2 es krim vanilla, tuan." Penjual itu tersenyum dan memberikan 2 es krim vanilla kepada kami.
"Ini 2 es krim vanilla untuk 2 gadis cantik. Nikmatilah." Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih begitu juga dengan Rochelle, lalu kami berjalan ke panti asuhan yang dimaksud Rochelle.
Kami banyak mengobrol dalam perjalanan kami. Rochelle dengan semangat menceritakan tentang dirinya dan kakak kembarnya, Raffaello, juga tentang panti asuhan tempatnya dan kakak kembarnya tinggal. Rochelle adalah tipe gadis yang periang, mudah bergaul, ramah, dan sopan. Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Panti Asuhan St. Mary.
"Rochelle!" Seorang anak lelaki berlari keluar begitu kami memasuki teras.
"Raffaello!" Rochelle berlari memeluk anak lelaki itu yang sudah pasti kakak kembarnya.
"Oh Tuhan, Rochelle! Kau dari mana saja? Kami sangat khawatir sayang! Oh terimakasih Tuhan." Seorang wanita paruh baya berjalan cepat ke arah Rochelle dan kakak kembarnya dan memeluk Rochelle.
"Maaf membuat kalian khawatir. Aku tersesat di taman dan Mapple menemukanku dan mengantarku pulang." Raffaello dan wanita itu melihat kearahku.
"Ah, nona, terimakasih karena sudah mengantar Rochelle pulang. Kami sangat berterimakasih. Oh, aku Annastacia, kau bisa panggil aku Anna." Aku tersenyum dan mengangguk.
"Sama-sama. Dan aku Mapple. Aku senang bisa membantu." Anna tersenyum lembut yang menampakkan denfan jelas sifat ke-ibuannya
"Mapple, ini kakak kembarku, Raffaello. Raffa, ini Mapple, dia sangat baik." Rochelle memperkenalkan aku kepada Raffaello.
"Hai Mapple, aku Raffaello, kau bisa memanggilku apa saja. Terimakasih sudah mengantar adikku." Raffaello mengulurkan tangannya dan aku menjabat tangannya.
"Hai Ello, aku Mapple, dan sama-sama."
"Masuklah, anak-anak pasti senang bertemu denganmu. Sepertinya kau menyukai anak-anak kecil." Astaga, bagaimana dia tau? Tapi tak ada salahnya mampir sebentar.
"Tentu, terimakasih, aku akan sangat senang." Kami masuk ke dalam panti asuhan bersama-sama.
"Anak-anak, ini Mapple, dia adalah tamu kita." Anak-anak yang tadinya sedang bermain berhenti dan menatapku, lalu sesaat kemudian berteriak senang.
"Hi Mapple! Welcome to McGreene Orphanage!" Setelah mereka meneriakkan sambutan, mereka semua berlari memelukku begitu juga Ellie dan Ello. Aku tersenyum lebar melihat sambutan mereka untukku.
"Hi, aku Mapple, senang bertemu kalian semua. Terimakasih sambutannya, aku sangat senang." Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat mereka bermain, berlari kesana kemari, dan tertawa dengan ceria.
Bermain bersama mereka dan memperhatikan tingkah mereka bisa membuatku melupakan Harry sejenak. Yah, walaupun sebentar tapi ini sangat membantu menghilangkan stress. Setidaknya untukku.
"Mapple?" Merasa terpanggil, aku mencari pemilik suara itu.
*****
Hai! Gimana sejauh ini? Aku tau cerita ini absurd banget, bahakan kelewat absurd. But i'm trying to do my best, so.... i hope you like it!
Thanks for reading! :D

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...