Beberapa menit berkendara, kami sampai di butik milik ibu Liz. Percaya atau tidak, aku benar-benar hanya diam selama perjalanan. Yah, tidak selalu diam, aku hanya berbicara seperlunya di mobil tadi.
"Baiklah, ayo keluar. Kalian bisa jemput kami lagi kan nanti?" Ucap Liz sambil membuka pintu mobil dan bersiap keluar.
"Tentu saja, bersenang-senanglah gadis-gadis." Kata Louis sambil melambakan tangannya pada kami.
"Kalian juga!" Seru Liz saat mobil Harry mulai melaju.
"Nah, sekarang, ayo bekerja." Aku dan Liz masuk ke dalam butik dan langsung disambut oleh ibu Liz dan Lassie.
"Ah, akhirnya kalian datang! Ayo, aku punya beberapa koleksi baru, kau harus melihatnya Mapple, aku yakin kau pasti suka!" Kata Jean —ibu Liz, sambil membawa kami ke ruang ganti.
"Nah, ini dia. Cantik bukan?" Aku terperangah melihat gaun-gaun yang ada di tangan Jean. Gaun-gaun itu benar-benar cantik! Simple, tapi elegan dan anggun.
"Aku membuat semua gaun ini khusus untukmu. Dan semua gaun ini, terinspirasi dari namamu." Jean memperlihatkan 6 gaun pendek yang simple namun elegan.
"Namaku? Kenapa?" Aku benar-benar kagum. Gaun-gaun ini sangat indah. Aku mengambil salah satu gaun berwarna merah maroon berbahan lace.
"Karena daun mapple melambangkan kelembutan dan keanggunan, juga simple dan elegan. Oh, aku membuat satu gaun lagi yang seperti ini, warnanya krem." Kata Jean sambil menunjukkan gaun yang bermodel sama dengan gaun merah maroon yang sedang kupegang.
"Astaga, Jean, gaun-gaun ini benar-benar cantik. Terima kasih banyak." Kataku sambil menatap gaun-gaun di hadapanku.
"Tak masalah, sayang. Aku senang kau menyukainya. Lagipula kau sudah ku anggap anakku sendiri." Kata Jean sambil memegang kedua lenganku.
"Terima kasih banyak Jean." Ucapku lalu memeluknya.
"Nah, sekarang, ayo bekerja. Banyak yang harus kalian kerjakan gadis muda." Jean menarik lenganku dan Liz menuju kamar pas untuk mengganti pakaian pertama kami untuk pemotretan.
"Oh, aku baru ingat. Hari ini kita mendapat fotografer baru. Dia sangat handal, dan tampan." Ucap Jean sambil menunjuk seorang pria berambut coklat gelap yang membelakangi kami.
"Memangnya kemana Carl?" Carl —Nama lengkapnya Charles Reese adalah fotografer terbaik yang Mitchell's miliki, dan kami —Aku dan Liz sudah mengenalnya sejak kami masih di high school.
"Well, Carl akan menikah, jadi dia mengambil cuti untuk beberapa bulan kedepan." Aku mengangguk dan Jean memanggil fotografer baru itu.
"Jace?" Ucapku dan Liz bersamaan. Sulit dipercaya. Dunia ini memang sangat sempit.
"Hai Mapple, senang bertemu lagi." Ya, dia Jace Creighton. Lelaki populer di universitas yang hidungnya terluka karena menabrak pintu lokerku.
"Tunggu, kalian saling mengenal? Mapple, kau mengenal most wanted guy di universitas dan kau tidak memberitahuku?" Liz menaruh kedua tangannya di pinggang dan aku memutar mata.
"Liz sayang, mana mungkin aku memberitahumu bahwa aku mengenalnya disaat kau telah memiliki kekasih?" Ucapku sassy sambil melipat tanganku di dada.
"Yeah, fine. You win." Salah satu kelemahan Liz: Dia benar-benar mengagumi cowok tampan.
"Baguslah jika kalian saling mengenal. Sekarang ayo mulai bekerja." Ucap Jean sambil menepuk tangannya.
"Oh, anyway Jace, ini Liz." Liz tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Jace.
"Charlize, tapi kau bisa panggil aku Liz." Jace menyambut uluran tangannya dan tersenyum ramah.
"Jace Creighton. Mohon kerjasamanya." Katanya sambil tetap tersenyum.
"Santai saja." Liz mengibaskan tangannya dan berjalan ke tengah studio bersamaku.
"Baiklah, ayo mulai!" Jean berseru, dan kami mulai berpose.
*****
2 jam kemudian pemotretan telah selesai dan aku beserta Liz telah berada di lift ke lantai bawah. Bunyi dentingan khas lift terdengar dan pintu bergeser terbuka. Aku dan Liz keluar dari lift dan berjalan menuju pintu depan butik. Dari luar, kami sudah bisa melihat mobil Harry terparkir rapi.
"Bagaimana pemotretannya?" Tanya Louis yang langsung keluar dan menyambut Liz begitu melihat kami. Tentu saja menyambut Liz, dia kan pacarnya.
"Menyenangkan, dan fotografer baru kami adalah teman satu kampus kami." Ucap Liz, lalu Louis mengecup bibir Liz singkat. Aku hanya memutar mata.
"Jangan begitu Mapple, kau nanti akan merasakan rasanya punya pacar." Aku hanya mengangkat bahuku tidak peduli. Tapi aneh, Harry tidak terlihat. Kemana dia?
"Mencari Harry?" Liz berkata sambil tersenyum miring.
"Tidak juga." Kataku sambil menyelipkan beberapa helai rambutku ke belakang telinga.
"Harry sedang ke toilet, mungkin sebentar lagi keluar." Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar dan teringat bahwa panti asuhan McGreene hanya memerlukan waktu 10 menit dengan berjalan kaki dari butik.
"Kalian bertiga duluan saja, aku masih ada urusan." Kataku dan mulai berjalan.
"Kemana?" Tanya Liz, dan aku berbalik menghadapnya.
"Bertemu teman. Sudah ya, aku duluan." Ucapku sambil tersenyum dan kembali berjalan.
Aku berjalan sambil menikmati musik yang berputar dari Ipod-ku. Aku terus berjalan pelan sambil bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang berdendang memasuki telingaku. Lama-kelamaan aku merasa seseorang mengikutiku. Jalanan hari ini memang tidak terlalu ramai, karena ini sudah lewat 2 jam sejak makan siang kantor. Aku menoleh kebelakang beberapa kali dan tidak mendapatkan orang yang mencurigakan, jadi aku hanya mengangkat bahuku dan kembali berjalan dengan santai.
Cuaca yang cukup panas berhasil membuatku singgah di starbucks untuk membeli minuman dingin untuk menyegarkan tenggorokanku.
"Hai, aku ingin caramel ribbon crunch. Coffee. Ukuran grande" Ucapku saat tiba di kasir.
"Take away?" Tanya pegawai itu dan aku mengangguk.
"Atas nama?" Tanya pegawai itu lagi sambil memegang cup plastik berlogo statbucks.
"Mapple Humes." Setelah membayar pesananku, aku berjalan ke meja kosong dengan dua kursi di bagian agak pojok.
Aku mengambil Iphone silverku dari tas dan membuka pesan singkat lalu membaca pesan dari Liz sebelum membaca pesan dari pamanku, namun pesananku telah selesai dibuat saat aku hendak membuka pesan dari paman.
"Mapple Humes!" Mendengar namaku dipanggil, aku segera mengambil minumanku dan berjalan keluar dari starbucks. Namun, saat aku membuka pintu, hal tak terduga terjadi.
"Ah!" Ya, aku menabrak orang lain, lagi. Dan parahnya, sedikit minumanku tumpah ke kaos putih orang itu. Untungnya hanya sedikit.
"Dasar gadis bodoh!" Tunggu dulu. Aku sepertinya mengenal suara ini.
*****
Astaga! Thanks banget buat 1K readers! Yaampun aku nggak nyangka banget! Makasih juga buat kalian yang udah vote dan comment! Aku bener-bener berterima kasih banget! Makasih banyak udah bersedia baca ceritaku, apalagi sampe ngasih feedback, aku berterima kasih banget!
Ngomong-ngomong, di multimedia itu ada gambar gaun-gaun yang di kasih Ibunya Liz buat Mapple.
Thanks for reading guys!xx
![](https://img.wattpad.com/cover/33838965-288-k737083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...