Sorry baru update sekarang, aku bener-bener minta maaf. Ini chapter 14 nya.
Enjoy!
Aku pasti sudah gila karena sebanyak apapun rasa benciku pada Harry, rasa cintaku tetap dapat meredam rasa benci itu walau kalah jumlah. Hanya dengan melihatnya tertawa lepas pun dapat meredam rasa benci itu. Aku benci padanya karena melupakanku, aku benci padanya karena dia selalu mengejekku, aku benci padanya karena dia mengataiku jalang, aku benci padanya karena dia membuatku jatuh cinta padanya, dan aku benci padanya karena dia sangat tampan.
Ya, saat ini aku tengah duduk di kursi tinggi dan menyenderkan tubuhku di mini bar sambil meminum milkshake coklatku, dan melihat Harry tertawa lepas bersama teman-teman satu band nya. Yah, katakan aku stalker, tapi kau harus tau rasanya jadi aku.
"Hey, dreamer. Berhentilah melamun dan berfantasi liar tentang Harry Styles." Aku yang hampir tersedak langsung saja mendelik ke arah kiri dan mendapati Jace sedang berusaha menahan tawanya.
"Ha ha, tertawalah sesuka hatimu troll." Jawabku sambil memutar bola mataku.
"Hey! Jangan panggil aku begitu!" Aku menyeringai.
"Maksudmu troll? Memang kenapa? Troll terdengar cocok untukmu." Aku menyeringai lebih lebar lagi melihat wajahnya memerah.
"Terserah saja. Dasar dirty dreamer." Aku tertawa dan Jace berjalan ke kamar sementaranya sambil menghentakkan kakinya sesekali.
Jika kalian bertanya, mengapa aku memanggil Jace troll, itu karena hidungnya —yang menabrak pintu lokerku cukup keras beberapa hari yang lalu masih membengkak membuat hidungnya terlihat besar, dan agak ungu. Kalian bayangkan saja sendiri jika bisa.
"Aku bosan! Kita ke Nando's saja!" Tidak perlu kuberitahu pun kalian pasti sudah tau siapa itu.
"Aku bosan karena terlalu sering pergi ke Nando's! kenapa kita tidak ke Hyde Park saja?" Ujar Liz yang disambut antusiasme semua orang.
"Tapi aku ingin ke Nando's!" Rengek Niall seperti anak kecil.
"Bosan!" Balas kami semua —dengan mengejutkan secara bersamaan.
"Argh! Baiklah kita ke Hyde Park." Ucap Niall menyerah, membuat kami bersorak senang. Siapa sangka hari ini Niall sangat mudah dikalahkan?
"Jace! Ikut tidak?" Teriakku pada Jace.
"Berisik!" Dia masih marah. Lucu sekali.
"Terserah, aku akan menguncimu di dalam rumah kalau begitu." Aku merendahkan suaraku sedikit. Beberapa detik kemudian pintu kamar Jace terbuka lebar dan sekarang Kami semua dalam perjalanan menuju Hyde Park.
Dan betapa beruntungnya aku, karena aku duduk di kursi penumpang dengan si brokoli —Maksudku Harry di sampingku sedang menyetir dan Niall di kursi belakang sedang mengoceh ria. Itu sarkasme, informasi saja.
"Berhentilah memasang ekspresi cemberut, kau jadi makin jelek dari biasanya." Aku mendelik ke arah dia-yang-sudah-pasti-kau-tau-siapa, dan mendengus kesal.
"Diam saja dan fokus menyetir dasar brokoli mennyebalkan." Aku melempar pandanganku keluar jendela sambil memutar mataku kesal.
"Dan kau berhentilah membuat ekspresi jelek yang membuatmu makin jelek, wajahmu sangat mengganggu asal kau tau." Rasanya aku ingin meremas wajahnya dan membuat rambutnya lurus sekarang juga.
Sekali lagi, aku mendengus kesal menahan keinginanku untuk melemparnya keluar dari mobil dan memeluknya saat itu juga.
"Kalian tunggu di mobil." Ucap Harry lalu segera keluar dari mobil.
Tunggu di mobil? Aku segera melihat keluar jendela. Kami berhenti di depan sebuah rumah berwarna coklat berlantai 2. Rumah siapa ini? Saat aku ingin bertanya pada Niall, pintu rumah itu terbuka dan keluarlah seorang gadis berambut pirang. Gadis itu memeluk Harry dan Harry mencium bibirnya.
Aku mengalihkan pandanganku dari sepasang kekasih itu dan berusaha meredam rasa sakit yang bergejolak. Kalian salah jika bilang aku pasti menangis. Aku memang ingin menangis, tetapi tidak akan ada yang keluar dari pelupuk mataku. Tiba-tiba saja, jendela mobil diketuk, mengejutkanku. Aku menoleh dan melihat Harry dengan gadis itu.
Mengetahui maksud Harry, aku segera membuka pintu mobil dan pindah ke kursi belakang. Selama perjalanan, Harry dan gadis itu terus melontarkan kata-kata manis satu sama lain. Aku yang tidak tahan mengambil Ipod dan earphone, lalu memutar lagu dengan volume keras sambil memandang keluar jendela.
Kenapa aku harus jatuh cinta padanya? Aku kembali mengingat masa kecilku dengan Harry dulu. Pertemuan pertama kami memang kurang mengenakkan, saat itu aku masih berumur 7 tahun dan Harry 8. Kami bertemu di kedai es krim, Harry dengan sengaja menjatuhkan es krimku hingga menodai sepatu kesukaanku, alhasil, aku memukul wajahnya hingga memar, lalu dia menangis. Ibuku adalah seorang pelatih bela diri, jadi ibuku mengajarkan bela diri padaku.
Saat aku tersadar sari lamunanku, kami sudah sampai di Hyde Park, bertepatan dengan ponselku yang berdering menandakan pesan masuk.
From: Jace Troll
Aku punya kejutan untukmu, bersiaplah Kitty Kat. Xx
-Prince charming Jace.
Aku memutar bola mataku membaca kalimat terakhir yang mencantumkan namanya itu. Mengapa dia memanggilku 'Kitty Kat'? Itu karena dia tahu aku sangat menyukai coklat Kit Kat.
Aku segera turun dari mobil dan mencari keberadaan Jace. Tetapi aku tidak melihat kepalanya sama sekali.
"Liz, lihat Jace tidak?" Tanyaku pada Liz. Dia melihat kesekitar dan menggeleng.
Aku Melihat ke sekitar lagi, dan tetap tidak menemukan Jace, jadi, aku masuk ke dalam Hyde Park. Sebelum benar-benar masuk, aku kembali mencari Jace dan mendapati mobilnya baru saja berhenti di area parkir. Jace berjalan keluar sambil menyeringai ke arahku, lalu berjalan ke pintu belakang dan membukanya. Aku yang tidak sabar berjalan ke arah Jace.
"Surprise!" Astaga.
*****
Hai! Maaf banget ya baru update sekarang, maaf maaf maaf banget! Aku kehabisan ide, jadi ya gitu, maaf banget ya! Ini chapter 14. Thanks yaa!
Ngomong-ngomong cover barunya gimana menurut kalian?
Thanks for reading! Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...