Peringatan aja, di chapter ini ada beberapa kata kasar.
Happy reading. Xx
Setelah makan malam selesai, Liz dan Louis mencuci piring kotor sedangkan Zayn, Niall, Harry, dan Liam menonton film di ruang tamu. Aku? Tentu saja aku cepat-cepat masuk ke kamar tempat Jace kutinggalkan tadi. Saat aku masuk, dia sedang membaca buku.
"Aku mengganggu?" Aku bertanya sambil menyenderkan punggungku di pintu.
"Tentu saja tidak. Ingin mengobrol?" Aku tersenyum dan berjalan ke tempat tidur dan duduk di sebelah Jace.
"Aku senang mengetahui aku masih memiliki keluarga lain selain keluarga Paman Luke." Kami merapatkan tubuh kami dan jace merangkul tubuhku protektif.
"Aku juga senang mengetahuinya. Yah, walaupun agak kaget." Kami terkekeh dan mulai bercerita tentang banyak hal.
"Mapple- Astaga! Apa ini?!" Kami terlonjak kaget mendengar lengkingan suara perempuan di ambang pintu.
"Liz! Kau bisa membuat orang-orang tuli!" Jawabku sambil memutar bola mataku.
"Ada apa Liz?" Tanya Louis yang datang dengan 4 temannya. Mereka semua masuk ke dalam kamar Jace dengan mulut terbuka. Aku cepat-cepat mengambil ponsel Jace dan mengambil gambar mereka.
"Hey!" Oh sial, aku lupa mematikan blitz nya. Aku segera mengirim fotonya ke ponselku dan segera menghapusnya dari ponsel Jace
"Thanks." Kataku dan Jace hanya mengangguk dan menatapku sambil menahan tawa.
"Hey! Kenapa kalian berpelukan begitu?!" Aku dan Jace bangkit dari ranjang dan berdiri berdampingan dengan tangan Jace masih di bahuku.
"Memang tidak boleh?" Tanyaku sambil menatap 6 orang di hadapanku bergantian.
Semuanya menunjukkan tatapan kaget dan bingung. Kecuali dua orang, Zayn dan Harry. Tatapan mereka berbeda dari yang lainnya. Seperti ada yang lain selain kaget dan bingung. Aku tidak mengerti.
"Kalian pacaran?" Tanya Liz menuduh. Aku dan Jace tertawa.
"Apa? Tentu saja tidak. Sudahlah, nanti kami jelaskan." Aku berjalan melewati mereka menuju dapur.
"Bitch." Langkahku terhenti di ambang pintu dapur. Kau pun pasti sudah bisa menebak siapa itu kan?
"Excuse me?" Aku menoleh ke arah kiri dan melihat si brokoli kurang ajar alias Harry berdiri santai besandar di dapur.
"Bitch. Apalagi kalau bukan itu? Jalang? Mengundang seorang cowok asing ke rumahmu, lalu masuk ke kamar dan berangkulan dengan cowok itu." Rasanya darahku sudah naik ke kepala sampai rasanya mau pecah. Wajahku pasti sudah merah sekarang.
"Masalahmu apa sih?! Menyebalkan sekali!" Aku meletakkan tanganku di pinggulku dan menatapnya dengan kesal.
"Masalahku? Tidak ada sih, tapi harusnya kau tidak usah memaksa Liz mengenalkanku padamu." Aku ternganga. Yang benar saja?
"Aku tidak pernah meminta Liz untuk mengenalkanmu padaku! Aku hanya meminta Liz mengenalkan pacarnya!" Aku menaikkan satu oktaf suaraku.
"Sama saja tuh bagiku." Katanya dengan sangat santai.
"Itu jelas berbeda! Apanya yang sama?!" Hentakku membuatnya tersenyum miring.
"Argh! Terserahlah! Menyebalkan!" Aku berjalan dengan kesal ke kamarku dan membanting pintu kamarku, tidak peduli dangan Liz dan yang lainnya.
Aku menyembunyikan wajahku di bantal dan berteriak sekeras-kerasnya berkali-kali sampai wajahku benar-benar merah dan napasku memburu. Persetan dengan Harry. Kenapa juga aku harus jatuh cinta dengannya?
*****
Setelah rasa kesalku mereda, aku keluar dari kamar dan menghempaskan tubuhku di samping Jace sampai kepalaku hampir mengenai hidungnya yang masih agak membengkak.
"Maaf." Ucapku sambil menyengir padanya.
"Jadi, kau pacaran dengan dia?" Tanya Louis mewakili Liz sambil menunjuk Jace.
"Yang benar saja, aku tak mungkin jatuh cinta kepada sepupuku sendiri. Aku pasti sudah gila kalau iya." Aku terkekeh bersama Jace.
"Ngomong-ngomong, aku Jace Creighton. Sepupu Mapple." Kata Jace akhirnya.
"SEPUPU?!" Pekik Liz lebih keras.
"Astaga, Liz! Berhentilah berteriak!" Aku menatapnya jengkel.
"Tapi bagaimana bisa?" Tanya Liz masih tak percaya.
"Kami juga baru tahu hal ini tadi siang. Paman Luke yang memberitahu. Oh, besok Paman Luke dan keluarganya akan berkunjung. Mau bertemu dengannya?" Tanyaku pada Liz yang di sambut anggukan semangat darinya. Liz sangat menyukai sepupuku, mereka benar-benar asik.
"Kau tidak bertanya padaku?" Tanya Jace sambil memasang wajah cemberutya.
"Ih, kau menjijikkan. Kau sih sudah pasti harus bertemu dengannya." Kataku sambil mengambil keripik dari mangkuk besar di meja dan memakannya.
Aku melirik Zayn, tatapannya tidak lagi seperti tadi saat di kamar Jace. Sekarang tatapan matanya lebih santai dan tenang. Harry? Ih, aku tidak mau menatap matanya. Well, ingin sih menatap matanya, aku benar-benar merindukan mata hijau emerald itu. Dulu, mata itu selalu menatapku dengan keceriaan, dan rasa sayang. Tapi, Harry hanya menganggapku sebagai temannya, atau adik. Namun, sekarang? Mata itu dingin sekali.
"Besok mau main dengan anak-anak lagi?" Bisikan Jace menyadarkanku dari lamunan.
"Tentu saja, tidak mungkin aku menolak." Aku tersenyum senang mengingat Ellie dan Ello.
*****
Oke, aku tau ini pendek dan nggak jelas banget, aku emang nggak berbakat nulis kali ya, tapi thanks banget buat 1.3K readers aku seneng banget liat yang baca banyak.
Di mulmed ada foto kamarnya Jace.
Thanks for reading! Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
أدب الهواةMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...