Kemungkinan, chapter ini bakal special!
Happy reading! Xx
-netta-
***
-Recap-
Mapple's POV
"Kenapa kau tidak naik?" Aku menghela napas pelan.
"Aku juga agak takut naik itu, sama sepertimu," jawabku sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga dan memainkan jemariku.
"Dan aku ingin bersamamu seperti ini." Kali ini aku menatap tepat di mata hijau emeraldnya.
***
Harry's POV
"Kenapa kau tidak naik?" Tanyaku pada gadis di samlingku ini, yang tak lain adalah Mapple.
"Aku juga agak takut naik itu, sama sepertimu," jawabnya sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan memainkan jemarinya.
"Dan aku ingin bersamamu seperti ini." Kali ini dia menatap tepat di mata hijau emeraldku, dan mataku bertemu dengan mata biru samudra miliknya. Indah.
"Kenapa?" Tanyaku masih tetap memandang bola matanya yang indah.
"Ka-karena aku, uh," ucapnya terputus karena gugup.
"Karena kita dulu sahabat." Jawabnya memalingkan wajahnya dan memandang tangannya yang tiba-tiba menjadi sangat menarik baginya.
Aku menghela napas. Tentu saja. Tentu saja aku tahu dulu kami sahabat dekat, sangat dekat. Tapi itu sebelum aku mengikuti X-Factor dan menjadi terkenal. Kami terdiam selama beberapa menit sampai akhirnya Mapple membuka suara.
"Kenapa?" Aku menoleh padanya.
"Apa?" Tanyaku tidak mengerti.
"Kenapa kau menjauhiku dan bertingkah seperti tidak pernah mengenalku?" Tanyanya sendu. Aku dapat melihat gurat kesedihan pada mukanya. Aku dapat melihat gambaran berbagai ekspresi di matanya. Sedih, kecewa, senang, marah, dan... rasa sayang dan rindu.
"A-aku..." aku tidak bisa berkata-kata, mata birunya membuatku tidak bisa berpikir, membuatku kehilangan kata-kata, matanya benar-benar membuatku terhipnotis, bahkan sejak dulu. Hanya dengan memandang matanya, aku merasa berbeda.
"Itu tadi benar-benar menyenangkan!" Seru Ellie dan Ello bersama sambil naik ke pangkuan Mapple.
"Ya, Kalian benar-benar akan menyesal karena tidak ikut naik!" Ujar Liz ceria sambil tertawa, begitu pula yang lainnya.
"Benarkah? Kalian bersenang senang?" Tanya Mapple kepada Ellie dan Ello, mereka mengangguk senang. Aku memandangi Mapple. Dia begitu pandai menyembunyikan perasaannya. Masih sama seperti dulu.
"Ayo naik London Eye! Matahari hampir tenggelam!" Seru Louis, dan Cara menyelipkan jemarinya di sela-sela jemariku. Membuatku tersenyum. Aku mengecup bibirnya, membuat pipinya bersemu merah.
"Ayo cepat!" Seru Jace. Aku menoleh ke arah Mapple, tepat saat dia mengalihkan wajahnya. Aku dapat melihat kesedihan di wajahnya sekilas, lalu Mapple mengangkat Ellie dan menggendongnya, membiarkan Ello naik ke punggung Jace.
Jika boleh aku berpendapat, Jace lebih terlihat seperti suaminya daripada sepupunya. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia, keluarga idaman. Saat kami sampai di antrian, aku masih memperhatikan Jace dan Mapple yang bercanda dengan Ellie dan Ello. Mereka terlihat bahagia.
Aku masih saja memperhatikan Mapple sampai dia masuk ke dalam salah satu kapsul bersama Jace, Ellie, dan Ello. Pandangan kami bertemu, namun Mapple segera membuang pandangannya dariku. Aku menghela napas begitu masuk ke dalam kapsul dengan Cara. Diikuti dengan Louis dan Liz di kapsul selanjutnya, dan Zayn, Liam, dan Niall di kapsul lainnya.
Kuakui, aku benar-benar senang bertemu kembali dengan Mapple, kuakui, aku benar-benar merindukannya, aku ingin memeluknya erat, dan mengatakan padanya betapa aku sangat merindukannya dan senang bisa bertemu dengannya kembali pada malam itu di rumahnya. Tapi, aku malah memberikannya pandangan dingin dan menusuk, mengatainya, membuatnya kesal, berpura-pura tidak mengenalnya, dan mungkin membuatnya membenciku. Aku menghela napas berat sekali lagi.
Aku memandang matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Biasanya, aku dan Mapple akan duduk bersama di atap rumahnya, dan melihat matahari tenggelam bersama sambil bercanda dan bercerita tentang hari kami. Aku kembali mengingat masa kecil kami. Pertemuan pertama kami, saat dimana kami masih saling membenci, lalu berteman karena suatu hal konyol, saat dimana kami menjadi lebih dekat seperti kakak beradik, kami selalu berdua kemana saja, lalu aku memgingat pertengkaran pertama kami yang membuat kami tidak saling berbicara lebih dari 2 minggu, lalu akhirnya berbaikan, dan kembali berteman dekat, bahkan lebih dekat dari sebelumnya. Lama kelamaan, dia membuatku jatuh cinta, tapi itu hanya cinta monyet. Tidak dihitung cinta pertama kan? Lalu aku mendaftar di X-Factor, aku memberitahunya aku akan mengikuti ajang pencarian bakat, tapi aku lupa memberitahu nama acara itu, lalu, aku menjadi semakin sibuk karena aku ingin meraih cita-citaku. Akhirnya kami kehilangan kontak, aku terus memikirkannya setiap hari, bahkan saat aku telah terkenal bersama dengan bandmates ku, aku masih sering memikirkannya. Lalu aku bertemu kembali dengannya saat makan malam itu. Untuk kesekian kalinya aku menghela napas.
Aku menoleh ke samping kananku dan melihat gadis cantik di sampingku. Cara Delevigne. Dia membuatku jatuh cinta. Aku mencium bibirnya dengan lembut. Aku menutup mataku, dan wajah Mapple muncul di benakku seketika, membuatku terkejut dan menghentikan ciuman kami.
"I love you." Ujar Cara, namun yang muncul di benakku Mapple.
"I love you too." Ucapku, dan sekali lagi, Wajah sedih Mapple yang muncul di benakku.
*****
Triple update! Yay! Special Harry's POV nih, gimana menurut kalian? Bagus gak?
Thanks for reading! Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
Fiksi PenggemarMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...