29

3.4K 324 11
                                    

Mapple's POV

Kurang dari 5 menit setelah aku membaca pesan dari Liam, akhirnya Liam dan yang lainnya tiba di rumahku. Mereka semua menyerbu masuk ke dalam rumahku ke ruang tamu.

"Mapple, oh Tuhan, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis?" Liz segera menghampiriku dan memelukku erat. Aku bahkan tidak sadar aku menangis hingga Liz memelukku dan membuat tangisku pecah.

"Suhu tubuhnya sangat tinggi, aku takut, Liz." Ucapku masih menangis.

"Shhh... Tidak apa-apa Maps, dia hanya demam tinggi, kita akan membawanya ke rumah sakit ok?" Aku mengangguk dan menghapus air mataku.

"Li, cepat bawa Harry ke rumah sakit." Perintah Liz. Saat Liam akan mengucapkam sesuatu, Liz langsung berkata tegas. "Sekarang." Liam langsung mengangguk, dan bersama Louis mengangkat Harry ke mobil.

"Tunggu. Aku memasak bubur tadi. Ada di atas kompor." Aku hendak berjalan ke dapur, Liz menghentikanku.

"Tidak, kau kelelahan. Niall yang akan mengambilnya." Niall dengan segera pergi ke dapur.

"Tenang saja, aku yakin aku bisa menemukan beberapa kotak bekal di lemarimu." Aku mengangguk lemas, dan Liz menuntunku keluar.

Liz berhenti seketika. Dan saat aku mengangkat kepalaku, Liz mencegahku dan memberikan kacamata hitam miliknya.

"Pakai. Para paparazzi  tidak boleh melihat wajahmu. Keadaan bisa tambah kacau." Ucap Liz agak panik. Aku hanya diam dan memakai kacamata hitam itu. Tiba-tiba rasanya tenagaku habis, bahkan untuk berbicara aku tidak sanggup.

"Liz! Rumah siapa ini?"

"Louis, apa yang terjadi?"

"Liam, di mana Zayn?"

"Apa yang terjadi dengan Harry?"

"Siapa gadis itu?"

"Siapa kau?"

"Apa ini rumahmu?"

"Apa Harry berselingkuh denganmu di belakang Cara?"

Beribu pertanyaan dilemparkan pada kami, membuat kepalaku sakit, ditambah dengan flash kamera para paparazzi. Tim keamanan One Direction berusaha menghalangi mereka untuk memotret dan mendekat pada kami. Namun mereja tetap gigih.

"Jawablah pertanyaan kami, kau siapa?" Seorang paparazzi bertanya dan menarik tanganku dengan keras hingga aku kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh.

Kepalaku pusing, dan telingaku berdengung. Penglihatanku mulai memburam. Astaga, tidak sekarang, tidak di hadapan paparazzi.

"Hey! Sopanlah sedikit!" Teriak Liz sambil membantuku berdiri.

"Liz! Ayo!" Teriak Louis memanggil Liz. "Hey! Menjauh dari dua gadis itu!" Teriak Louis lagi saat melihatku yang sedang dibantu berdiri oleh Liz.

"Apa kau penyebab berakhirnya hubungan Harry dan Cara Delevigne?"

"Dia bukan pengganggu hubungan orang! Sekarang mundurlah, dan tolong hargai privasi kami!" Ucap Liz marah.

"Guys, tolong pergilah sebelum kami memanggil polisi atas pelanggaran privasi dan pencemaran nama baik, dan juga pelecehan. Thank you." Ucap salah seorang security One Direction.

"Guys, cepat, kita tidak punya banyak waktu!" Teriak Liam.

Liz segera membantuku masuk ke mobil, dan Niall yang baru muncul duduk di kursi penumpang. Liz menutup pintu mobil dan berlari ke mobil Harry bersama Louis.

Aku mengangkat kepala Harry dan menaruhnya di atas pahaku, sambil memegang kantung es di dahinya agar tidak jatuh. Suhu tubuhnya yang tinggi menyengat kulitku di balik sweatpants yang kukenakan, namun aku tidak peduli.

"Bertahanlah Harry, demi aku." Bisikku di telinga Harry.

Berkat keahlian mengemudi Liam, kami sampai di rumah sakit dalam beberapa menit. Niall segera keluar dari mobil, dan masuk ke dalam rumah sakit untuk meminta bantuan.

Aku menggigit bibirku gelisah. Untungnya tak lama kemudian, Niall berlari keluar dengan beberapa perawat. Aku segera memakai kembali kaca mata hitam milik Liz.

"Tolong cepatlah." Ujar Niall pada perawat rumah sakit saat ia membuka pintu mobil.

Para perawat segera mengangkat Harry dan membaringkannya di kasur, dan aku segera turun dari mobil. Liam kemudian melajukan mobilnya untuk mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.

"Kami mohon untuk kalian menunggu di luar." Ucap salah seorang perawat kepadaku dan Niall saat kami sampai di ruang UGD.

"Mapple!" Suara Liz menggema di lorong rumah sakit yang sepi, membuatku terperanjat.

"Liz," Liz segera berlari menelukku. "Aku- Aku takut." Isakku di pelukan Liz.

"Shhh... Harry akan baik-baik saja. Percayalah." Ucap Liz berusaha menenangkanku dan mengusap punggungku lembut.

"Jadilah kuat. Untuk Harry. Dia hanya demam." Liz berbisik di telingaku, mambuat isak tangisku terhenti seketika.

"Thanks, Liz." Aku berterimakasih kepada Liz, dan tersenyum kecil.

"Maps, kau pucat." Kata Liz khawatir.

"Uh, aku- aku hanya kelelahan." Jawabku meyakinkan Liz agar dia tidak khawatir.

"Benarkah? Kau yakin hanya kelelahan? Kau tampak..." Liz terdiam dengan raut wajah cemas, kemudia kembali melanjutkan, "Kau tampak berantakan."

Aku menghela napas. Aku tahu aku teelihat sangat berantakan. Wajah pucat, rambut yang berantakan, bibir kering, lingkar mata hitam, mata sayu. Aku seperti mayat hidup, aku tahu itu.

"Pulanglah dan istirahat Mapple. Louis bisa mengantarmu." Perintah Liz lembut.

"Ah, tidak usah. Aku akan pulang sendiri nanti saat aku tau Harry baik-baik saja." Tolakku meyakinkan Liz.

"Keluarga Harry Styles?" Seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana keadaan Harry, dok?" Liam segera berdiri, diikuti dengan yang lainnya, sementara aku dan Liz tetap duduk.

"Tidak ada hal yang serius pada Mr. Styles. Namun, hasil pemeriksaan mengatakan bahwa Mr. Styles terkena vertigo. Selain itu, Mr. Styles baik-baik saja." Aku menghela napas lega yang daritadi kutahan atas berita dari dokter.

Beberapa detik kemudian, semuanya berubah gelap.

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang