24

3.5K 343 13
                                    

It's amazing how the simplest thing of love can make your heart beats faster.

Mapple's POV

Sekarang sudah pukul 1 siang, dan kuliahku sudah selesai. Aku berjalan ke arah kantin kampus untuk bertemu dengan Jace dan teman-temannya.

Tidak sulit menemukan Jace dan teman-temannya, karena mereka selalu duduk di meja yang berada di tengah, agar mendapat perhatian. Boys.

"Hai." Sapaku.

"Hai!" Sapa mereka ceria, menarik perhatian beberapa orang, terutama para gadis. Mereka terkikik melihat perilaku Jace dan teman-temannya. Aku memutar mataku.

Karena tidak ada kursi yang kosong, aku mendorong Jace dari kursi hingga dia terjatuh, membuat teman-temannya tertawa, aku duduk di kursinya sambil menahan tawa.

"Ow! Untuk apa itu tadi?!" Aku meledekkan tawaku.

"Tidak ada kursi kosong." Ujarku di tengah-tengah tawaku.

"Terserah." Jace memutar matanya.

"Aw, jangan marah Jace. Kau seperti troll kalau cemberut." Kami tertawa.

"Terserah. Aku tidak mau pulang denganmu hari ini." Ujar Jace cemberut.

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa, boys." Ujarku, lalu bangkit dari duduk, menuju pintu keluar.

Aku berjalan ke arah pintu kampus. Begitu aku keluar, aku melihat Harry di dalam mobilnya. Aku mengernyit bingung, sambil berjalan menghampirinya.

Aku mengetuk pintu jendela mobilnya.

"Kenapa tidak pulang tadi?" Tanyaku.

"Aku menunggumu." Jawabnya tersenyum.

Aku tertegun. Jantungku berdetak kencang. Kupu-kupu berterbangan di dalam perutku. Aku tersenyum kecil.

"Ayo naik." Ujar Harry. Aku membuka pintu kursi penumpang dan masuk ke dalam mobilnya.

Harry mengendarai mobilnya dengan santai dari area kampus. Selama perjalanan kami bersenda gurau, saling mengejek, tertawa, bernyanyi bersama. Sangat menyenangkan. Kami juga memutar kenangan masa kecil kami. Ya, ternyata, Harry masih ingat bahwa kami bersahabat baik dulu.

(A/N: Puter lagu di media yaa)

Beberapa menit kemudian, kami sampai di rumahku. Kami sama-sama diam. Jika mungkin, aku ingin menghentikan waktu, dan tetap seperti ini, bersama Harry.

"Ingin mampir?" Tanyaku akhirnya.

"Tidak, aku masih ada urusan. Sampai jumpa Mapple." Jujur, aku kecewa, tapi siapa aku? Aku tersenyum dan mengangguk.

"Thanks Hazz." Ucapku pada Harry sambil membuka pintu mobil.

Baru saja aku bangun dari duduk, Harry menarik pergelangan tanganku. Aku yang terkaget tertarik kembali ke dalam mobil, aku menoleh untuk melihat Harry. Dan saat aku menoleh, ternyata jarak kami sangat dekat, membuatku menarik napas kaget.

Kami bertatapan, Harry pun sama kagetnya denganku, sepertinya dia juga tidak menduga wajah kami akan sedekat ini. Aku dapat mencium aroma mint dari napas Harry. Mata hijau emeraldnya menatapku dalam, membuatku meleleh, kupu-kupu kembali berterbangan di dalam perutku, dan jantungku berdebar kencang.

"Kau..." Ujar Harry sambil menarik napas.

"Kau cantik." Lanjutnya. Membuat detak jantungku semakin cepat, dan kupu-kupu semakin menggila di dalam perutku.

"A-aku," Aku tidak bisa berkata apa-apa, isi pikiranku berantakan.

Harry mendekatkan wajahnya, aku menggigit bibirku gugup, sambil menyelipkan helaian rambut yang menggangguku. Aku membasahi bibirku yang tiba-tiba saja kering. Aku tidak berani menatap mata Harry.

Harry kembali mendekatkan wajahnya, menyisakan beberapa inchi saja.

"Ha-Harry, a-aku.." Ujarku terbata-bata.

"Kau sangat cantik, Mapple." Aku kembali meleleh, dan detak jantungku semakin menggila.

"A-" Ucapanku terhenti begitu aku merasakan tangan Harry di wajahku. Mengelus pipiku dengan lembut.

"Mapple." Panggilnya. Aku memberanikan diriku untuk menatap matanya. Oh, Tuhan, sepasang mata itu begitu indah.

"Aku ingin menciummu." Mataku melebar, jantungku berhenti berdetak, dan bukan lagi kupu-kupu yang berada di perutku, melainkan seperti seluruh semesta alam berada di dalam perutku.

Sekeras apapun usahaku untuk bicara, aku tidak dapat bersuara, tenggorokanku kering. Harry mendekatkan wajahnya kembali, hingga hidung kami bersentuhan. Lalu Ia kembali mendekatkan wajahnya, dan bibirnya hampir menyentuh bibirku.

"Bolehkah?" Tanya Harry. Bibirku gemetar.

"Ha-Harry, tidak bisa." Ujarku akhirnya.

Harry menghela napas, dan seperti tersadar, matanya melebar. Ia perlahan menjauhkan wajahnya. Aku menghela napas yang tanpa sadar kutahan sejak tadi.

Kami terdiam beberapa saat. Aku masih terkaget akan kejadian barusan.

Aku memang sangat ingin menciumnya, bahkan sudah lama sekali aku menginginkan itu. Tapi apa daya, Harry memiliki kekasih, aku tidak bisa menciumnya. Seharusnya Cara yang berada di posisiku saat ini.

Ini salah, benar-benar salah. Tapi hatiku merasa ini benar.

Aku tidak tau harus bagaimana...

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang