Duduk di ruang tamu rumahku tidak pernah terasa secanggung ini sebelumnya. Liam, Niall, dan Louis terus melirikku, atau lebih tepatnya wajah memarku. Aku memutar bola mata. Yeah, tentunya. Dan Liz bahkan hanya duduk sambil memakan kue kering yang kubuat. Sudah cukup. Aku menepuk kedua tanganku untuk mendapatkan perhatian keempat orang di hadapanku.
"Baik! Kurasa sudah saatnya kita memikirkan hal yang lebih penting daripada wajahku dan kue kering, benar?"
Mendengar itu, Liz langsung menutup toples kue dan meletakkannya di meja kopi, sedangkan Liam, Niall, dan Louis merona dengan Liam berpura-pura batuk untuk menyamarkan rasa malunya.
"Ya, kau benar." Gumam Liam.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Louis penasaran. Ini saatnya. Aku melihat ke arah Liz dan ia mengangguk dan tersenyum menyemangati.
"Well, kalian sudah tahu apa yang Harry lakukan padaku semalam," aku menarik napas pelan.
"Oh... Soal itu, kami minta maaf atas perbuatannya kepadamu semalam." Ucap Liam menggaruk kepalanya. Aku mengabaikannya, sejujurnya, aku tidak ingin membicarakan tentang hal itu lagi.
"Yah, ngomong-ngomong, kurasa ada yang salah dengan Harry akhir-akhir ini. Kalian lihat sendiri akhir-akhir ini kan? Dia terkena vertigo, dia juga sangat pendiam akhir-akhir ini, dan semalam dia lepas kontrol, dan kemudian bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Tidakkah itu sedikit... Aneh?" Mereka mengerutkan dahi berpikir. Aku menatap mereka menunggu.
"Jika dipikir-pikir, memang aneh. Tapi kurasa itu wajar. Akhir-akhir ini memang sangat membuat stress," Ucap Niall. "Terutama bagi Harry." Tambahnya lagi. Aku mengernyit bingung.
"Apa maksudmu?" Bagaimana Harry bisa menjadi orang yang paling tertekan? Ya, mungkin salah satunya karena hubungannya dengan Cara kandas, aku tahu Harry mencintai gadis itu lebih dari apapun, dan kenyataan bahwa Cara menyembunyikan rahasia sebesar itu— bahwa dia bisexual, dan memanfaatkan Harry memang keterlaluan dan cukup membuat stress, tapi tidak mungkin hal itu membuatnya stress hingga terkena vertigo kan?
"Beberapa minggu terakhir ini sangat berat bagi Harry, masalahnya dengan Cara, lalu pengunduran diri Zayn-" Aku menatap Liam kaget. Zayn? Dia mengundurkan diri dari band? Sejak kapan? Jika dipikir-pikir benar juga, aku tidak pernah melihat Zayn bersama yang lainnya lagi akhir-akhir ini... Tapi, bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?
"Tunggu, apa? Zayn mengundurkan diri? Kapan? Liz, kenapa kau tidak memberitahuku? Kau pasti tahu kan?" Tanyaku kaget bertubi-tubi. Bagaimana bisa hanya aku seorang yang tidak tahu tentang berita ini? Mengingat sahabatku berkencan dengan seorang Louis Tomlinson, rasanya salah.
"A-aku, aku memang ingin memberitahumu tentang hal itu, tapi kemudian banyak hal terjadi di antara kau dan Harry, a-aku lupa..." Jelas Liz. Aku sungguh tidak dapat mempercayai ini.
"Beberapa minggu lalu, Zayn dengan tiba-tiba mengundurkan diri. Semua stasiun televisi heboh memberitakannya. Kau tidak tahu?" Ya, mungkin sebagian memang salahku karena aku jarang menonton televisi, tapi ayolah! Mereka pasti tidak serius ingin membiarkanku tahu tentang hal ini lewat televisi kan? Maksudku, kami sudah menjadi teman akhir-akhir ini, dan aku yakin berita tentang pengunduran diri Zayn bukanlah semacam rahasia yang tidak boleh kuketahui.
"Terserah, itu tidak penting. Apa hubungannya dengan Harry kalau begitu?" Untuk sekarang, kami harus fokus kepada Harry.
"Well, kau tahu, Zayn adalah orang yang paling dekat dengan Harry, dan beberapa tahun lalu Zayn pernah bercanda bahwa dia akan keluar, jelas hal ini membuatnya terpukul." Aku mengangguk mengerti.
"Tapi ini semua bukan tentang itu. Kurasa Harry butuh terapi," Itu dia. Aku sudah mengatakannya, sekarang, hanya perlu menunggu apa mereka menganggapku gila atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck | H.S [INA]
FanfictionMapple mencintai sahabat masa kecilnya, Harry, sejak ia duduk di bangku SMP, dan sampai sekarang, ia tidak bisa melupakan perasaannya. Saat Mapple akhirnya bertemu dengan Harry yang sekarang telah terkenal, kenyataan pahit datang dan meruntuhkan ras...