7

5K 421 5
                                    

Aku berjalan ke dapur untuk mengambil susu coklat. Dan begitu sampai di dapur, aku agak terkejut karena hampir menabrak orang lain di depanku.

"Ah!" Aku memekik pelan begitu pria bertubuh tegap itu hampir menabrakku.

"Astaga. Kau mengagetkanku!" Kata pria itu sambil mengeratkan pegangannya pada gelas kaca di tangannya.

"Harusnya aku yang bilang begitu." Kataku sambil mengelus dadaku dan mendongak melihat si pria itu.

Aku terpaku. Mata pria itu, begitu indah. Warna matanya coklat menenangkan, bulu matanya lentik dan panjang, alisnya tebal, rahangnya yang agak tirus namun terlihat sempurna, wajahnya yang ditumbuhi rambut-rambut halus di bagian rahang dan bawah hidungnya, bibirnya yang tebal dan terkesan penuh berwarna pink pucat, hidung mancung, dan rambutnya yang sehitam malam bersinar dengan lembut di bawah sinar lampu. Astaga, dia tampan.

"Uhm. Maaf." Suaranya yang lembut dan berat dengan aksen inggris yang kental menarikku dari lautan pesonanya dan membuatku sadar bahwa pria di depanku ini adalah Zayn.

"Uh-oh, uhm, kau tidak bergabung dengan yang lainnya?" Tanyaku menunduk sambil menyelipkan beberapa helai rambutku ke belakang telinga dengan gugup.

"Aku baru akan bergabung." Zayn sedikit mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Y-ya, baiklah." Aku menggeser tubuhku ke kanan dan Zayn berjalan ke ruang tamu.

Astaga. Apa itu tadi? Matanya tadi, ya Tuhan, matanya benar-benar indah! Jangan salah paham, tapi sebagai wanita normal aku pasti akan terpesona. Hell, mata coklatnya sangat indah. Tapi, sepertinya mata hijau milik Harry lebih indah, well, aku memang belum pernah bertatap muka sedekat itu dengan Harry, tapi- oh astaga, apa yang aku pikirkan? Sekarang aku malah membandingkan Zayn dengan Harry. Aku benar-benar harus menjernihkan pikiranku. Aku butuh air dingin. Jadi, aku mengurungkan niatku untuk minum susu coklat dan mengambil gelas dan menuangkan air dingin dari kulkas ke dalam gelasku, lalu aku meminumnya.

Setelah selesai minum, aku menaruh gelas kosong di wastafel dan berjalan ke kamar untuk mengambil laptop.

"Whoa!" Saat aku berjalan dan sampai di pintu dapur, aku kembali kaget karena hampir menabrak orang lain. Lagi. Astaga ini sudah yang kedua kalinya!

"Maaf aku- Oh, Harry." Ya, orang itu adalah Harry Styles.

Dia memutar bola matanya.

"Harry, we need to talk." Aku menatap wajahnya yang seketika terlihat jengkel.

"Aku tidak punya waktu untuk bicara denganmu." Dia berbalik pergi dan aku menahan tangannya.

"Ada apa lagi?" Dia menyentak tangannya kasar dan mendengus kesal.

"Kau ini kenapa sih? Kau berubah. Dulu kau tidak sedingin ini padaku. Kau berubah banyak, sangat banyak." Dia memutar bola matanya lagi.

"Dengar ya, jangan berbicara dan bertingkah seperti kau pernah mengenalku. Aku tidak pernah mengenalmu oke?" Aku tercengang. Apa dia bilang? Aku bertingkah seperti pernah mengenalnya? Oh Tuhan! Aku memang mengenalnya!

"Apa kau bilang? Aku memang mengenalmu sebelumnya! Kita saling kenal sebelumnya. Bahkan sangat dekat!" Aku meninggikan suraku.

"Oh, aku tau. Kau itu fans fanatikku kan? Kau pasti sedang mencoba menarik perhatianku. Kau pikir aku akan tergoda? Maaf ya, aku tidak akan tergoda." Ucapnya dengan santai. Aku ulang, "Dengan santai" Dia pikir aku ini apa?!

"Jesus! Hey! Jangan bicara seakan-akan aku adalah jalang murahan! Ada apa sih denganmu?! Aku tidak sedang menggodamu dan aku tidak pernah berpikir untuk menggodamu like hell!" Dia benar-benar membuatku kesal sekarang. Astaga, rasanya aku ingin menendangnya sampai dia masuk rumah sakit!

Stuck | H.S [INA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang