PART 06

91 5 5
                                    

"APA liat-liat?" tanya Josie pada Virgie yang tidak sengaja bertemu dengannya di koridor kelas. Saat ini Josie baru mau akan ke kelasnya. Sebelum sampai, lebih dulu ia melewati kelas Virgie dan kebetulan Virgie sedang berada di luar kelas bersama dengan gengnya.

Virgie mendecih sebal. Masih teringat jelas di kepalanya, bagaimana Josie mempermalukan dirinya saat itu. Membuatnya tak berdaya dan menghancurkan reputasinya. Sejujurnya Virgie sudah berniat akan melancarkan aksi balas dendam. Namun hal itu belum atau mungkin malah tidak bisa ia realisasikan sebab seperti yang diketahui, Josie merupakan tunangan Haga. Memberi pelajaran pada Josie, sama saja mencari masalah dengan Haga. Alhasil Virgie hanya bisa memupuk rasa sebal, benci sekaligus iri pada Josie tiap harinya.

Sampai di kelas, Josie pun segera duduk di bangkunya. Lalu ia mengambil ponsel dan menyalakan earpods di telinganya. Siap untuk mendengarkan musik. Hal itu sering Josie lakukan ketika berada di dalam kelas, jika ia tidak sibuk dengan kegiatan lain. Misalnya mengecat kuku.

Meski Josie langsung populer di SMA Prapanca, namun bukan berarti Josie mempunyai banyak teman. Bahkan sampai 15 hari setelah kepindahannya, tidak pernah terlihat pemandangan Josie mengobrol atau bergosip dengan teman-temannya. Josie lebih sering terlihat sendiri.

Kenapa bisa begitu? Tentu saja karena orang-orang yang ingin mendekatinya sudah ketakutan lebih dulu. Josie adalah orang yang mampu mengubah macan seperti Virgie menjadi seekor kucing hanya dalam pertemuan pertamanya. Josie juga adalah orang yang mampu memberi pelajaran dan mungkin trauma pada cowok brengsek sekelas Ades. Dua hal itu sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh orang lain selain Haga.

Selain karena faktor itu, dari diri Josie sendiri sepertinya memang tidak berniat untuk membuat ikatan pertemanan dengan orang lain. Padahal jika mau berusaha aktif sedikit saja, bisa dipastikan akan ada banyak orang yang mau berteman dengannya. Hey, Josie cantik!

Bel masuk pun berbunyi. Kelas yang semula belum penuh, perlahan mulai terisi oleh para siswa di kelas itu. Sampai yang terakhir mengisi ada Pak Edo, guru yang mengajar pelajaran Matematika di jam pertama hingga 3 jam ke depan. Atas instruksi ketua kelas, semua anggota kelas itu pun memberi salam secara serempak pada Pak Edo. Kemudian dilanjut dengan berdoa untuk memulai hari sekolah.

Namun ada satu siswa yang tidak mengikuti 2 rangkaian kegiatan itu. Yang kemudian disadari oleh Pak Edo. Dengan pelan, ia tegur siswa yang bukan lain adalah Josie. "Josie, bisa dilepas earpods-nya?"

Selain karena sekarang Josie tengah mengucir kuda rambut panjangnya sehingga earpods yang terpasang di telinganya terlihat, kepala Josie ikut mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang ia dengarkan.

Karena teguran Pak Edo, semua teman sekelas Josie pun menoleh padanya. Namun tampaknya Josie tidak sadar. Ia masih asyik mendengarkan musik sambil meng-scroll layar ponselnya.

Pak Edo pun berinisiatif mendekati siswanya. "Josie, tolong dilepas earpods-nya."

Josie sadar bukan karena ia mendengar teguran Pak Edo, melainkan ia melihat Pak Edo berdiri di sampingnya serong ke depan. Josie pun segera melepas earpods-nya, tetapi hanya satu. "Gimana, Pak?"

Mendengar pertanyaannya, semua anak langsung menelan ludah secara serempak. Bisa-bisanya setelah ditegur malah bertanya tanpa merasa bersalah seperti itu.

"Mendengarkan musiknya dilanjut nanti ya? Sekarang kita mulai pelajaran Matematika dulu." tegur Pak Edo untuk kesekian kali dengan nada bicara stabil. Tidak meninggi atau menurun. Tampaknya ia terlihat cukup bisa menguasai diri dan sabar menghadapi Josie.

"Oh, udah mulai ya? Bilang dong, Pak, dari tadi." Sahut Josie santai yang kali ini membuat teman sekelasnya melongo heran. Ia pun masih dengan santai melepas earpods satunya lalu mulai mengeluarkan perlengkapan belajarnya sambil bersenandung kecil menyanyikan lagu yang tadi ia dengar.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang