PART 11

81 5 4
                                    

SELURUH siswa SMA Prapanca yang terlibat dalam aksi tawuran tadi pagi, siang ini juga segera ditindak tegas. Tak terkecuali Josie. Meski Bu Ning awalnya sedikit ragu, tapi Haga tidak keberatan jika tunangannya itu ikut diberi tindakan tegas. Tujuannya agar Josie jera.

"Sekarang juga, kalian semua jalan jongkok mengelilingi lapangan sebanyak 7 kali." seru Bu Ning menyebutkan hukuman yang harus mereka terima.

"Kenapa nggak digenepin 10 sekalian, Bu?" celetuk Ibri sebal.

"Baik, khusus Ibri 10 putaran."

Ibri langsung panik. Padahal niatnya tidak begitu. "Bu, becanda, Bu. Nggak kuat Ibri kalo harus mengelilingi lapangan 10 kali."

Bu Ning tidak mendengarkan rengekan siswanya itu. Ia langsung bertepuk tangan 1X sebagai isyarat bahwa para siswa itu sudah harus mulai melaksanakan hukumannya. Diikuti dengan tepukan tangan riuh para siswa yang sedang istirahat, yang menonton pemandangan itu dari berbagai arah.

"Oh my God, nggak ada gunanya banget gue punya tunangan Mahameru!" maki Josie sebelum memulai hukumannya. Josie ini kan satu-satunya cewek di antara 18 anak itu, jadi sangat memungkinkan kalau gerakannya adalah gerakan terpelan dari total 19 anak yang sedang menjalani hukuman.

Dan di sinilah ke-18 cowok yang mendapat hukuman sama dengannya, ikut memelankan gerakan mereka. Demi menyeimbangkan gerakan Josie.

"Kok lo ikutan dihukum sih? Lo kan tunangannya cucu yang punya yayasan?" tanya Ibri, yang berada di samping kiri Josie. Ia bertanya sambil mengagumi kecantikan seorang Josie yang bisa dia perhatikan dari samping.

Josie berdecak, "Tau deh."

"Lo kayaknya kepayahan, lo yakin kuat 7 putaran?" kali ini pertanyaan datang dari Savern yang berada di samping kanan Josie. Savern ini adalah cowok yang berperan menjadi pentolan saat tawuran terjadi tadi pagi.

"Paling kalo nggak kuat ya pingsan." Sahut Josie enteng.

"Ya udah, tunggu apalagi. Lo pingsan aja sekarang. Ntar biar kita nolongin lo. Terus hukuman kita jadi selese deh." Celetuk Ibri dengan senyumnya yang lebar.

"Liat noh, di depan! Lakinya ngawasin!" ujar Tira yang berada di belakang Josie mengingatkan. Rupanya ia ikut menyimak obrolan orang-orang di depannya.

Benar kata Tira, rupanya Haga memang berdiri mengawasi di depan ruang OSIS sambil melipat tangan di depan dada. Di tempat yang sejuk, tidak kepanasan, tidak kelelahan. Memastikan anak-anak bermasalah itu, khususnya Josie agar tidak mencoba-coba untuk kabur.

Josie pun ikut melirik ke arah Haga berada. "Haga sial—OH, SHIT!" langkah Josie yang payah membuat keseimbangan Josie goyah hingga gadis itu pun jatuh terduduk. Karena Josie, ke-18 cowok itu pun berhenti serentak.

"Jo, lo beneran mau pingsan sekarang?" tanya Ibri heboh dan girang.

"Bu, Josie udah nggak kuat!" adu Tira pada Bu Ning dengan suara cukup lantang.

"Bu, Josie udah pucet banget tuh!"

Aduan-aduan lain dari para cowok itu pun segera menggema. Membuat para penonton berkasak-kusuk.

Bu Ning selaku pengawas mereka pun segera menghampiri Josie. Ia perhatikan baik-baik gadis yang terduduk lemah di atas lapangan itu. Wajahnya tampak pucat, keringat di pelipisnya mengalir deras hingga membuat beberapa helai rambutnya menempel di kulit. "Kamu baik-baik saja?"

Ingin Josie balas begini, 'baik-baik saja gimana? Lha wong udah jelas jatuh begini, masa Ibu nggak bisa liat?' tapi Josie tidak cukup punya banyak tenaga untuk berbicara sepanjang itu. Ia pun hanya membalas dengan gelengan kepala saja.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang