"HAGA gila! Otaknya udah nggak waras! Setan apa yang udah ngerasukin dia, Zil? Bisa-bisanya dia belain cewek sialan itu?!" Brian masih marah pada Haga meskipun kejadian di UKS sudah berlalu. Saat ini, Brian dan Zilo sedang menuju kelasnya setelah keluar dari UKS dengan menahan amarah.
"Lo juga kelewatan, Yan. Masa lo mau main fisik sama cewek?" Zilo rupanya tidak sependapat dengan Brian.
Brian sontak melotot tajam, "Terus apa gunanya RA Kartini memperjuangkan emansipasi wanita?!"
"Yan, jangan malu-maluin OSIS. Semua orang tau kali, beda konteks." Ujar Zilo mengingatkan.
"Oh, jadi lo sama kayak Haga? Kerasukan setan dan lebih belain cewek sialan itu?!"
Zilo yang biasanya tidak bisa berpikir jernih dan suka berbicara apa adanya, kali ini ucapannya terdengar mind blowing. "Gue rasa Haga bukannya kerasukan setan. Haga cuma suka sama Josie. Makanya dia belain Josie, lindungin Josie dari lo."
Brian tidak sendiri. Ada juga sosok manusia lain yang terkejut mendengar ucapan Zilo. Yaitu Dya yang tanpa sengaja berpapasan dengan mereka dan sempat mendengar ucapan Zilo.
Perhatian Brian dan Zilo secara otomatis tertuju pada gadis itu. Gadis yang tampak terserang serangan mental.
*
Lain halnya Brian yang marah-marah, Josie justru disanjung-sanjung oleh Tira, Ibri dan beberapa anak lain yang sepulang sekolah ini berniat melakukan serangan balasan untuk Anan pada anak-anak SMA Madyatama. Awalnya para cowok keberatan melibatkan Josie, karena bagaimana pun Josie ini cewek. Terlebih ia tunangan Haga. Apa jadinya jika Haga tau soal ini?
Namun karena Josie diduga telah berjasa karena membela Ibri, makanya mereka memutuskan untuk membiarkan Josie bergabung. Ibri, Tira dan Savern berjanji akan menjamin keselamatan satu-satu cewek berharga yang mereka punya.
"Nih, Jo. Lo pake ini sebagai bentuk preventif dari serangan yang mungkin lo terima." Ibri memakaikan pelindung lutut, pelindung siku, lengkap dengan helm baseball di tubuh Josie.
"Nggak mau! Apaan sih? Gue tuh mau berjuang sama kalian, bukan main baseball!" tentu saja Josie menolak.
"Syarat lo ikutan, lo harus pake ini, Jo. Kita emang menjamin keselamatan lo. Tetapi kita tetep harus siap sedia untuk kemungkinan buruk." Penjelasan Savern yang bijak itu pun didengar Josie. Ya meski dengan kesal dan terpaksa.
Dan dengan dada yang membusung, mereka pun segera bertolak ke SMA Madyatama.
*
Haga berdecak kesal saat mendatangi kelas 12 IPS 1, namun salah seorang penghuninya mengatakan bahwa Josie tidak kembali sejak istirahat tadi. Alhasil, Haga hanya bisa membawa ransel Josie yang tertinggal. Tidak dengan orangnya.
Lalu tanpa pikir panjang, Haga pun segera meninggalkan sekolah. Ia tau, pasti saat ini cewek itu tengah berada di Quoss bersama Miro.
Tak sampai satu jam, Haga sudah sampai di tempat itu. Tanpa ragu, ia turun dari mobil dan memasuki café yang cukup ramai oleh para cewek. Karena kemunculannya, banyak cewek yang terpesona melihat wajahnya yang tampan.
"Miro ganteng, ini muncul lagi cowok ganteng. Nggak salah emang service Quoss Café. Bintang 5." Gumam seorang cewek yang tidak Haga gubris sama sekali.
Cowok itu terus memasuki café lebih dalam, dan berlabuh di ruang billiard di mana di sana cukup ramai oleh para remaja. Setelah ia menyeruak, rupanya sedang ada pertandingan billiard yang salah satu pemainnya adalah Miro.
Kening Haga mengerut. Miro ada di sini, tetapi ia tidak melihat Josie sama sekali meski pandangannya sudah ia edarkan. Apa mungkin Josie sudah tau kedatangannya, lalu bersembunyi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru is Mine
Teen Fiction(COMPLETE) Kemunculan gadis cantik bernama Josie sebagai siswa baru sukses membuat SMA Prapanca gempar! Bukan hanya karena tingkahnya yang tengil, menyebalkan serta meresahkan, tetapi juga karena ia dekat dengan dua Mahameru sekaligus. Satu Mahameru...