DISINI Josie berada. Di Quoss. Sedang bercerita dengan riang dan bangga tentang apa yang sudah ia lakukan di sekolah pada Patas dan Silas. Jadi di tengah keributan saat semua siswa diminta untuk kembali ke kelas masing-masing dan membereskannya, Josie malah melipir, kabur ke Quoss.
"Lain kali jangan lo ulangi, Jo. Yang kayak gitu nggak pantes dibecandain." Ujar Silas sambil menggelengkan kepala.
Tawa Josie dan Patas mendadak redup. Josie sedikit terkejut sekaligus kecewa mendapati respon Silas yang tidak sesuai dengan yang ia ingin. Sedangkan Patas seolah baru saja diingatkan kalau Silas bukanlah orang yang gemar dengan hal-hal seperti itu.
"Nggak asik lo, Kak." Dengus Josie tidak bisa menutupi kekecewaannya.
"Begini, Jo, Kalo sekolah tau itu perbuatan lo, ujung-ujungnya lo juga yang rugi kan? Lo bisa dihukum. Lo mau?" jelas Silas berusaha menyadarkan anak itu agar bisa tertolong.
Dengan dagu yang sedikit terangkat, Josie berkata, "Mereka nggak bakal hukum gue kok. Nggak bisa."
Patas dan Silas hanya saling tatap. Mereka heran, darimana datangnya rasa percaya diri itu?
"Oi, Mir!" sapa Patas kemudian saat melihat Miro baru saja memasuki Quoss.
Miro tidak membalas sapaan itu, hanya melambaikan tangan sekilas sambil melenggang begitu saja.
Rupanya Josie menoleh, melihat ke arah cowok yang memasuki area billiard. "Tuh cowok emang sering kesini ya?"
"Tiap hari, Jo." Sahut Silas.
"Mau tanding lagi tuh. Mau nonton lagi?" sela Patas.
Nonton! Tetapi sekarang Josie tidak menonton pertandingan dari lantai 2. Ia menonton di lantai 1, tepat di barisan depan sehingga ia bisa dengan lebih jelas menyaksikan pertandingan billiard yang tidak ia ketahui seperti apa ketentuan maupun peraturannya itu. Yang Josie tau ya asal memasukkan bola saja. Hehe.
Sama seperti malam itu, dalam sekejap kerumunan penonton segera tercipta. Bisikan hingga teriakan dukungan untuk Miro segera terdengar di sekitar Josie. "Waw, berasa lagi nonton konser idol." Komentar Josie.
Tanpa banyak waktu, pertandingan billiard antara Miro melawan Seto pun berlangsung. Meski para penonton sangat berisik, tetapi tampaknya hal itu tidak berpengaruh banyak bagi mereka berdua yang bertading. Baik Miro maupun Seto sama-sama fokus dengan pertandingan yang mereka hadapi.
"Ini tuh kejuaraan atau apa sih?" tanya Josie pada Silas yang menemaninya menonton.
"Bukan. Ini cuma pertandingan buat nunjukin pride doang." Jawaban Silas membuat Josie melongo.
Jadi mereka bertanding hanya demi harga diri? Seperlu itukah?
Beberapa saat kemudian, pertandingan usai. Untuk kedua kali sejak pertama Josie menonton pertandingan billiard, Miro kembali keluar sebagai pemenang. Sorakan serta jeritan makin terdengar berisik. Beberapa cowok yang menjagokan Miro pun langsung sesumbar, meng-klaim bahwa Miro adalah pemain billiard terbaik di Quoss saat ini. Di Quoss ya gaes.
Mendengar Miro begitu dielu-elukan, membuat Josie berdecak tanpa sadar. Ya elah, ini kan baru tingkat Quoss, belum tingkat apa-apa yang patut dibanggakan. Tapi sesumbarnya sudah berlebihan, sombong sekali.
"Ya elah, cuma masukin bola doang mah gampang!"
Keramaian itu mendadak senyap saat Josie dengan lantang meremehkan permaianan itu. Semua orang menoleh, memperhatikan dirinya dengan kaget. Untuk para cowok yang sedari tadi hanya fokus menonton pertandingan, juga dibuat terkesima. Ternyata di antara kerumunan manusia, terdapat seorang gadis belia yang cantik bukan main!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru is Mine
Teen Fiction(COMPLETE) Kemunculan gadis cantik bernama Josie sebagai siswa baru sukses membuat SMA Prapanca gempar! Bukan hanya karena tingkahnya yang tengil, menyebalkan serta meresahkan, tetapi juga karena ia dekat dengan dua Mahameru sekaligus. Satu Mahameru...