PART 52

76 4 5
                                    

JOSIE grogi bukan main duduk di hadapan Shila guna memenuhi panggilan Shila terkait apa yang sudah ia lakukan pada kedua cucunya. Josie yakin, Shila pasti akan marah padanya. Lihat saja, sejak Josie datang, Shila tidak berbicara apa-apa padanya. Ia hanya memperhatikan Josie saja dengan sorot yang Josie tau kalau sorot itu adalah sorot mata keecewaan.

"Maafin Josie, Oma." Akhirnya Josie lebih dulu berbicara. Ia menundukkan wajah sehingga ia bisa melihat buku-buku jarinya yang memutih karena ia tengah meremas roknya.

Saat itu Miro bilang, Miro akan menemaninya. Nyatanya apa? Miro tidak ada di sampingnya. Josie benar-benar sendirian. Sendirian bersama Shila di ruangan yang super dingin ini. Seperti di kutub selatan.

"Kamu mengaku salah?" Shila pun bersuara.

Josie mengangguk cepat. "Iya, Josie salah karena Josie udah nggak patuh sama kesepakatan kakek Josie dan suami Oma. Josie juga salah udah mutusin Haga. Josie salah, nggak bilang-bilang ke Oma. Josie salah, karena Josie pacaran sama Miro. Pokoknya, Josie banyak salahnya, Oma." Sungguh sangat bertentangan dengan apa yang ia katakan di depan Noncy bukan? Ini merupakan the power of Shila, yang bisa membuat Josie tidak bisa membual seperti biasa.

Hening. Shila tidak bersuara lagi. Josie jadi makin cemas sekaligus makin yakin. Saking marahnya, Shila sampai tidak mau atau malah tidak bisa berkata-kata padanya?

"Kesalahan Josie fatal banget ya, Oma?" Josie memberanikan diri untuk bertanya.

Namun lagi-lagi Shila diam.

"Kalo emang fatal, tolong tetep maafin Josie, Oma. Kalo kata maaf aja nggak cukup, tolong kasih tau Josie, apa yang harus Josie lakuin biar Oma maafin Josie. Tapi kalo Oma tetep nggak bisa maafin Josie juga, tolong jangan suruh Josie putus sama Miro. Josie suka sama Miro. Jadi kalo Josie boleh berargumen dan membela diri, sebenarnya Josie nggak melenceng sejauh itu kok. Karena Miro masih Mahameru juga, sama kayak Haga." Keputusasaan membuat otak Josie keruh. Sampai-sampai ucapannya jadi sefrontal itu.

Tapi karena ucapannya inilah, Shila tiba-tiba terkekeh.

Pastinya Josie melongo, kaget.

"Sepertinya kamu benar-benar suka sama Miro ya?"

Josie mengangguk mantap. "Iya, Oma!"

"Apa yang kamu suka dari Lamiro?"

"Kata orang, cinta nggak butuh alasan. Tapi kalo kata Josie, kenapa Josie suka sama Miro karena Miro nggak suka ngelarang Josie berbuat ini itu. Alih-alih itu bahaya buat Josie, Miro malah bakal ngelindungi Josie. Miro juga suka nurutin apa yang Josie bilang, apa yang Josie mau. Miro nggak pernah marah-marah sama Josie. Eh, pernah deng, sekali. Tapi habis itu, Josie ngambek balik lah ke Miro. Terus habisannya, Miro traktir Josie makan sama beli aksesoris lucu banget, Oma. Josie masih ada fotonya sama Miro pas pake bandana. Oma mau liat nggak? Nih, Josie kasih liat. Lucu banget pokoknya cucu Oma deh." Josie beranjak, lalu berjongkok di depan Shila sambil menunjukkan foto-foto yang ia maksud pada Shila dengan meletakkan ponselnya di paha Shila.

Tawa Shila pun makin lebar. Tidak menyangka seorang Miro mau diperlakukan seperti itu oleh seorang gadis. Entah ini hal yang bagus atau justru mengerikan, sebab sebesar itu impact Josie untuk Miro.

"Josie, Oma memang sempat kecewa sama kamu. Tapi Oma sama sekali tidak marah sama kamu, sama pilihan kamu. Karena pilihan kamu meski menyakiti satu cucu Oma, tetapi juga membuat cucu Oma yang lain bahagia. Terdengar miris dan keji bukan? Tapi, sekali lagi, Oma tidak marah sama kamu. Jadi tidak ada yang perlu Oma maafkan. Kamu pun tidak perlu meminta maaf pada Oma." Shila berbicara dengan nada bicara dan tatapan yang sangat teduh.

Sampai Josie tersentuh dan terharu. "Oma kenapa baik banget sih?"

Shila tersenyum, mengelus satu bahu Josie. "Orang baik, akan selalu ada di sekitar orang-orang baik."

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang