PART 33

63 4 0
                                    

"TEMPAT apa ini, Mir?" bulu kuduk Josie sontak meremang saat mobil yang ia naiki bersama Miro sudah sampai di sebuah tempat terbengkalai. Gedung setengah jadi, tumbuhan ilalang yang tinggi, semak belukar. Belum lagi suasana yang sunyi dan mencekam. Persis seperti setting tempat film-film horor.

Miro memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah cewek yang tampak ketakutan itu, "Jangan kemana-mana. Jangan keluar. Kunci mobilnya." Miro memberikan kunci mobil padanya.

Tentu saja Josie heran. Kenapa Miro memberikan kunci mobil padanya?

"Kalo dalam waktu 10 menit gue nggak keluar, lo cepetan pergi dari sini." Kedua mata Miro menatap lurus-lurus kedua mata Josie.

"Mir—"

Miro segera keluar dari mobil. Bahkan sebelum Josie selesai dengan kalimatnya.

Josie hanya bisa diam dengan perasaan campur aduk. Mendengar Miro berbicara seperti itu, membuatnya overthinking.

Lima menit berlalu setelah Miro memasuki gedung terbengkalai itu. Josie menuruti apa perintah Miro. Tidak kemana-mana, tidak keluar dari mobil dan mengunci mobil. Hal itu Josie yakini, agar dirinya terlindungi selagi Miro melakukan entah apa di dalam sana. Namun tetap saja, Josie merasa takut dan khawatir. Bagaimana jika dalam waktu 10 menit, Miro benar-benar tidak keluar? Apa yang harus Josie lakukan? Apakah harus menuruti kata Miro juga untuk pergi dari sini dengan mobil Miro? Atau—

Drrrt... drrrt... drrrt...

Terdengar bunyi ponsel yang bergetar. Josie segera mencari-cari sumber suara itu yang rupanya berasal dari atas jok tempat Miro duduk tadi. Ah, itu rupanya ponsel Miro. Mendadak Josie senewen. Sial! Ternyata ponsel Miro aktif, tapi kenapa sekali saja Miro tidak pernah menjawab panggilannya dan tidak membaca pesannya?

Mungkin ini kesannya lancang, tetapi melihat nama Davis terpampang di layar ponsel Miro, membuat Josie penasaran bukan main. Untuk apa Davis menelepon Miro? Lebih dari itu, sebenarnya hubungan pertemanan apa yang Miro jalani bersama Davis? Apakah pertemanan itu seperti yang Miro jalani bersama Tira dan yang lainnya? Atau jangan-jangan Davis ada hubungannya dengan apa yang Miro lakukan saat ini. Ah, sepertinya iya. Pasalnya Davis ini kan juga mengenal Gunar yang tadi mencegat Miro di jalan. Baiklah, Josie pun mengangkat panggilan itu.

"Mir, di mana? Lo udah selese? Cepetan ke sini, Mir! Si Bangsat itu nyuruh kita ngurus maninan barunya yang baru dihabisin."

Mata Josie seketika membelalak. Saking kagetnya, ponsel Miro langsung ia jatuhkan.

"Mir! Oi, Mir! Cepetan! Mir!"

Josie hanya diam, memperhatikan layar ponsel yang redup itu dengan panggilan dari seberang. Sampai akhirnya panggilan itu berhenti. Tepat bersamaan dengan Miro yang mengetuk kaca mobil, minta dibukakan pintu.

Josie berjingkat kaget. Lalu ia pun membukakan pintu mobil dengan cepat untuk cowok itu.

"Lo baik-baik aja?" tanya Miro begitu duduk kembali di samping Josie.

Josie tidak menjawab. Gadis itu hanya menipiskan bibir.

Miro pun segera meraba-raba seragam sekolahnya. Seperti mencari-cari sesuatu. Josie yang tau apa yang Miro cari pun menunjuk benda itu. Benda yang tergeletak di bawah jok, tepat di samping pedal. Miro heran, kenapa ponselnya bisa ada di sana. Tetapi tidak mau memikirkannya lebih lanjut, ia langsung menyentuh-sentuh layar ponselnya. Dan ia pun langsung menyadari kalau ada panggilan masuk selama kurang lebih 2 menit dari Davis. Mata Miro dengan pelan beralih pada Josie yang masih memperhatikan dirinya. "Lo angkat?" tanyanya sambil menunjukkan layar ponsel yang menunjukkan log telepon.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang