SEORANG gadis tampak sedang menunggu kedatangan seseorang di lorong kodiror utama. Beberapa kali ia duduk dan berdiri, untuk memeriksa siswa-siswa yang datang pagi ini. Berharap salah satunya adalah orang yang sedang ia tunggu. Namun sayang, orang itu tak kunjung terlihat. Yang ia lihat malah siswa-siswa lain yang tidak ia tunggu. Dan salah satunya adalah Josie.
Josie mundur beberapa langkah setelah melewati gadis yang kembali duduk itu dan berhenti tepat di hadapannya. "Elo crush-nya Haga kan?"
Dya mengangkat wajah. Tidak terduga Josie akan menghampirinya.
Tanpa pikir panjang, Josie langsung duduk di sebelahnya. "Beneran lo nolak Haga?" tanya cewek itu dengan suara yang tidak lirih.
Asli, Dya panik banget. Bagaimana kalau sampai ada orang yang mendengarnya? Kan tidak ada yang tau soal itu selain... Hey, darimana Josie tau? Serta merta Dya melotot menyadari pertanyaan Josie. "Lo, lo?"
"Iya, gue tau kok." Sahut Josie seolah tau kemana arah pertanyaan Dya.
Dya langsung mengatupkan mulutnya rapat. Mendadak ia resah. Pasti Josie akan mengoloknya. Pasti Josie akan mempermalukan dirinya. Pasti Josie akan—
"Kenapa sih, kok lo nolak dia? Dia ganteng kok, kaya juga dan sama lo mungkin aja baik. Kurangnya dia cuma bosenin, ngeselin, nyebelin aja." Josie kembali berbicara meski respon Dya lambat. "Tau nggak, gara-gara lo nolak dia, dia ngamuk ke gue! Sialan banget tuh orang!"
Sungguh Dya sangat terkejut mendengar penuturan Josie. Kenapa Josie semudah itu berbicara? Apakah karena pertunangan mereka hanya karena paksaan? Atau agar mereka bisa segera menggugurkan kesepakatan kakek mereka?
"Ah, tuh. Panjang umur banget tuh orang. Baru digosipin udah nongol." Josie segera berdecak saat melihat Haga muncul. Kemudian gadis ber-choker hitam itu pun segera berdiri. "Pikirin lagi kata-kata gue barusan! Good luck!" setelah mengatakan kalimat itu secara singkat, Josie segera pergi dari hadapan Dya.
"Barusan Josie?" tanya Haga begitu sampai di tempat Dya. Cowok itu rupanya tadi sempat melihat Josie duduk bersama Dya sebelum akhirnya pergi.
Dya berdiri, lalu mengangguk.
"Habis ngapain dia?" tanya Haga lagi.
"Nggak ngapa-ngapain kok." Jawab Dya dengan hati yang menghangat. Pertanyaan Haga tadi seolah-olah mengisyaratkan kekhawatiran pada kemungkinan Dya yang bisa diapa-apain oleh Josie.
"Lo lagi ngapain di sini?" lagi-lagi Haga bertanya. Tidak biasanya Dya duduk di kursi di koridor utama sepagi ini.
"Haga, bisa kita bicara sebentar?"
*
"Mau ngomongin apa?" tanya Haga setelah sampai di ruang OSIS, sesuai ajakan Dya.
Dya tidak segera menjawab. Ia sedang memilih kalimat mana yang tepat, yang akan ia katakan pada cowok yang sedang menunggunya berbicara.
Sudah Dya putuskan. Hari ini ia akan menyampaikan perasaan yang sesungguhnya pada Haga. Terserah jika nanti dirinya benar-benar dicap sebagai pelakor atau apa pun itu, Dya hanya ingin dirinya bahagia. Dya hanya ingin Haga juga bahagia.
Apa yang membuatnya berubah pikiran? Rasa sesal yang mendera. Sejak Dya tau bagaimana perasaan Haga padanya, Dya senang. Karena ternyata selama ini perasaannya dan perasaan Haga sama. Tetapi pada saat yang sama, Dya juga tidak senang. Karena waktu Haga menyampaikan perasaan padanya, waktu Haga sudah berstatus sebagai tunangan orang. Meski pada akhirnya Dya tau kalau pertunangan itu hanya paksaan dari orang tua. Dan bahkan Haga menjelaskan bagaimana kesepakatan yang ia buat bersama Josie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru is Mine
Teen Fiction(COMPLETE) Kemunculan gadis cantik bernama Josie sebagai siswa baru sukses membuat SMA Prapanca gempar! Bukan hanya karena tingkahnya yang tengil, menyebalkan serta meresahkan, tetapi juga karena ia dekat dengan dua Mahameru sekaligus. Satu Mahameru...