"JO, kamu lagi ada masalah sama Haga?" pertanyaan Noncy yang tiba-tiba membuat Josie nyaris saja tersedak pagi ini.
"Kenapa emangnya, Ma?" sebisanya, Josie membuat wajah yang 'biasa'.
"Kok sejak kita jenguk Miro waktu itu, Haga nggak pernah lagi jemput anter kamu ke sekolah, ke rumah?" ternyata Noncy mulai menyadari perbedaan itu.
"Itu..." Josie ragu. Apakah ia harus jujur pada Noncy tentang apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Haga atau tidak. Apakah Noncy akan kecewa dan marah? Atau Noncy akan menerima? Sepertinya lebih masuk akal jika Noncy kecewa dan marah sih.
"Itu apa?" kejar Noncy.
Josie menghirup nafas dalam-dalam. Masih belum bisa memutuskan antara memberi tahu Noncy yang sebenarnya atau tidak.
"Jocelyn?" kejar Noncy.
Tiba-tiba Josie meletakkan sendok dan garpunya di atas meja. Pertanyaan Noncy membuat selera makan Josie hilang. "Ma, Josie baru inget! Hari ini Josie ada ulangan. Josie kudu cepet-cepet ke sekolah nih, mau belajar persiapan dulu!" Sebelum Noncy sempat bertanya lagi, Josie lebih dulu kabur. Josie tidak siap untuk mendengar pertanyaan Noncy lainnya.
*
Di dalam mobil dengan Pak Loko kembali menjadi supir, Josie termenung. Tentunya bukan untuk menyesali keputusan yang telah ia ambil. Ia begitu karena sedang kalut dan berpikir, bagaimana ia akan memberi tahu Noncy tentang hubungannya dengan Haga yang telah ia akhiri secara sepihak. Serta bagaimana hubungannya berkembang bersama dengan Miro.
"Non Jo kenapa? Lagi banyak masalah ya?" rupanya Pak Loko menyadari sikap Josie yang jadi lebih banyak diam di dalam mobil. Pak Loko melirik Josie lewat spion di atasnya.
"Emang keliatan banget kalo Josie lagi ada masalah?" Kedua mata Josie sedikit melebar.
"Keliatan, Non. Cuma nggak banget. Masalah apa, Non? Barangkali Bapak bisa bantu. Bantu doa, misalnya."
"Yeee, Bapak kocak! Bantu doa doang mah, Josie juga bisa sendiri!" Josie segera menyesal. Padahal ia sudah berekspektasi, barangkali Pak Loko bisa menyumbang ide untuk berbicara pada Noncy tentang apa masalahnya.
Tak lama kemudian, Josie pun sampai di sekolah. Hari ini tidak seperti kemarin di mana ia datang terlambat. Hari ini Josie sampai terlalu pagi. Saking paginya, hanya baru ada segelintir orang saja yang sampai. Salah satunya adalah Haga.
Haga berjalan di depan Josie, dengan jarak kira-kira 5 sampai 6 meter. Josie tidak berniat untuk menyapanya, apalagi mengajaknya berbicara. Yang Josie lakukan hanya memperhatikan punggung cowok itu, hingga tanpa sadar langkahnya mengikuti langkah Haga. Dan ketika Haga tiba-tiba berhenti, secara otomatis langkah kaki Josie ikut terhenti.
Detik itu juga Josie baru menyadari apa yang ia lakukan. Mengekori Haga tanpa tujuan, tanpa kejelasan dan tanpa alasan.
"Apa?" Haga membalikkan badan dan langsung bertanya pada Josie perihal kenapa Josie mengikutinya. Meski terkesan cuek, rupanya sedari tadi Haga sadar.
"Nggak ada apa-apa. Gue cuma lagi jalan aja. Kebetulan lo jalan di depan gue." kata Josie tidak berbohong.
Haga diam. Cowok itu malah memperhatikan Josie dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Membuat Josie risi saja, "Apa? Mau negur gue? Rok gue kependekan? Rambut gue terlalu terang? Choker gue terlalu mencolok? Atau apalagi nih, hm?" tanya Josie nyolot.
"Lo udah ngasih nyokap soal hubungan kita?" sangat jauh dari dugaan Josie, justru cowok itu menanyakan hal lain yang memang sedang Josie pikirkan.
"Itu..." kalimat Josie menggantung. Dilanjut dengan gelengan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru is Mine
Teen Fiction(COMPLETE) Kemunculan gadis cantik bernama Josie sebagai siswa baru sukses membuat SMA Prapanca gempar! Bukan hanya karena tingkahnya yang tengil, menyebalkan serta meresahkan, tetapi juga karena ia dekat dengan dua Mahameru sekaligus. Satu Mahameru...