PART 17

67 6 3
                                    

LANGKAH Josie segera terhenti saat ia berpapasan dengan pentolan SMA Madyatama di pintu Quoss. Josie baru banget tiba di tempat itu selagi si pentolan itu baru saja mau pergi. "Apa? Mau maksa gue ikut lo lagi? Gue teriak nih!" sentak Josie pada cowok yang terus memperhatikan dirinya itu.

Cowok itu hanya mendecih, lalu pergi begitu saja. Diiringi tatapan sinis dari Josie. Setelahnya benar-benar pergi bersama dengan motor sport berwarna merahnya, baru Josie kembali meneruskan langkah.

"Yang barusan itu sebenernya siapa sih? Temen lo? Atau musuh lo?" tanya Josie langsung pada Miro yang ia temui sedang duduk sambil minum kopi di depan meja bar ditemani Patas.

"Siapa?" Miro balas bertanya.

"Itu yang barusan, anak Madyatama."

Kening Miro mengerut, "Tau dari mana dia anak Madyatama?" wajah Miro bertanya, sebab seragam SMA Madyatama itu berbeda dengan seragam SMA Prapanca yang khas. Seragam SMA Madyatama itu sama seperti seragam SMA pada umumnya di Indonesia, putih abu-abu.

"Gue sama dia ketemu pas tawuran."

Miro maupun Patas yang juga mendengar kontan kaget. Kedua cowok itu sampai melotot. "Lo ikut tawuran, Jo?" Patas mewakili bertanya.

Josie berdehem. Lalu menaikkan dagunya. Padahal perkara tawuran, tapi cewek ini sombongnya bukan main. "Iya, gue ikut. Bukan sebagai beban atau tawanan. Tapi gue ikut andil dalam menghalau musuh-musuh SMA Prapanca."

"Bohong!" seru Miro dan Patas kompak.

"Kalo nggak percaya, kalian bisa tanya temen gue yang namanya Tira." Sengaja Josie menyebut nama Tira. Ia ingin melihat ekspresi Miro saat mendengar Josie menyebut nama itu. Sayangnya ekspresi Miro tidak bisa Josie baca. Cowok itu terlalu sempurna memainkan ekspresinya saat ini.

"Jadi lutut lo karena tawuran?" selanjutnya Miro bertanya sambil menunjuk lutut Josie yang kini ditempel kassa dan plester.

Josie menunduk, memperhatikan lututnya. "Oh, bukan. Ini beda kasus." Katanya kembali mengangkat wajah, memperhatikan Miro.

"Lo punya berapa kasus sih, Jo? Kayaknya banyak banget." sahut Patas.

Josie mengambil duduk di sebelah Miro. Gadis itu memajukan tubuhnya dengan wajah cerah dan mulai bercerita dengan antusias. Ia menceritakan pengalaman-pengalaman 'uniknya' selama bersekolah di SMA Prapanca. Mulai dari ia mengerjai Ades, ribut dengan Virgie, nge-prank di sekolah—yang ini sudah pernah Josie ceritakan, tetapi Josie ceritakan lagi—lalu tawuran, lompat pagar pas terlambat, pura-pura sakit di UKS.

Selama Josie bercerita pada Patas, Miro hanya diam sambil memperhatikan gadis itu dari samping.

"Lo gimana, Mir? Lo pernah bikin apa aja selama sekolah?" tanya Josie kemudian sambil menoleh pada Miro.

Pandangan Miro kembali ke depan.

"Ah, bentar. Lo tuh masih sekolah apa cuma pengangguran sih?" Josie menimpali pertanyaannya sendiri dengan pertanyaan yang lain.

Patas refleks tertawa mendengar pertanyaan Josie. Yang mana membuat Miro melotot dan membuat Josie melirik padanya. "Sori, gue ada order-an masuk." Laki-laki itu terpaksa balik badan saat ada pesanan dari customer dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.

"Tiap hari kerjaan lo tuh cuma nongkrong di sini? Emang lo nggak ada kesibukan lain?" kejar Josie. Sengaja Josie memborbardir Miro dengan banyak pertanyaan dengan tujuan untuk mendesaknya. Mendesak Miro apakah Miro akan memberi pengakuan bahwa ia adalah Miro yang Tira ceritakan, kalau ia adalah Miro si Mahameru, cucu Shila yang juga sepupu Haga.

"Biar apa lo tanya-tanya?" Miro balas bertanya sambil melirik cewek itu.

Satu ujung bibir Josie terangkat, "Biar bisa kenal lo lebih jauh."

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang