NONCY kepo bukan main. Rasanya ingin sekali ia menguping pembicaraan Shila, Haga dan Miro yang meminta waktu untuk berbicara 6 pasang mata di ruang tamunya. Sementara Noncy dan Josie jadi terpaksa menyingkir, pergi ke ruang tengah padahal itu rumahnya sendiri. "Jadi cowok yang namanya Miro itu beneran sodara Haga?"
Kalau keponya Noncy sampai tidak bisa duduk, Josie malah asyik duduk di sofa sambil meluruskan kaki. "Iya, Nyonya Noncy. Miro itu sepupuan sama Haga. Cucunya nenek Shila."
"Kok kamu kenal sama dia? Kenal dimana?"
Josie tersenyum sombong, "Iya kenal dong."
"Kok waktu kita pertama ke rumah, waktu kamu tunangan, Mama nggak pernah liat dia?" tanya Noncy heran.
"Itu karena dia lagi nggak di rumah." Jawaban Josie tidak sepenuhnya berbohong kan? Kabur sama saja dengan tidak di rumah kan?
"Bisa-bisanya di hari penting sodaranya dia nggak di rumah." Noncy menggelengkan kepala, tidak habis pikir.
"Mama juga pernah, pas Josie nerima raport SMP dulu, Mama nggak di rumah. Nggak dateng ke sekolah, sampe Josie kudu nerima raport sendiri."
"Itu beda, Josie. Itu kan Mama lagi kerja." Noncy membela diri.
"Ya mungkin sama, Ma. Miro nggak di rumah karena suatu hal yang nggak bisa ditinggal. Toh, yang tunangan sama Josie kan Haga. Kalo Haga yang nggak ada, itu baru masalah, Ma."
Iya juga sih. Ya sudahlah, Noncy terima saja alasan masuk akal itu.
"Dia anaknya kayak apa?" karena penampilan Miro lumrah, maksudnya hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans basic yang bolong di salah satu lutut, Noncy jadi tidak bisa menilai. Belakangan, jeans belel kan nge-trend di kalangan anak muda. Jadi Noncy tidak bisa langsung men-judge Miro sebagai anak nakal atau cowok urakan.
"Mama mau tau?" wajah Josie berubah sumringah. "Miro tuh beda sama Haga, Ma! Haga kan nyebelin, ngeselin, ngebosenin—"
"Kok penilaian kamu sama Haga jelek banget sih?" sela Noncy mengerutkan kening.
"Fakta, Ma. Ini fakta! Coba aja Mama seharian sama Haga, Mama langsung hipertensi."
Oke, oke, Noncy tidak mau dengar lagi Josie menjelek-jelekkan tunangannya sendiri. "Terus kalo Miro? Kayak apa dia?"
Josie langsung bersemangat. "Miro seru, asyik. Dia juga yang ngajarin Josie bi—" Terlalu bersemangat, sampai Josie nyaris saja keceplosan kalau Miro yang mengajarkannya bermain billiard. Bukan bagaimana-bagaimana, tetapi menurut Josie, Noncy akan menilai billiard sebagai sesuatu yang kurang baik untuk Josie lakukan.
"Bi apa?" selidik Noncy.
"Bisa belajar dengan benar!" lanjut Josie mantap.
Kening Noncy berkerut.
"Jadi, Miro ini, Ma, yang sering belajar bareng Josie tiap pulang sekolah!" makin mantap Josie berbohong pada Noncy.
Noncy hanya bisa ber-oh saja. Tampaknya ia termakan kebohongan Josie.
Segera Josie alihkan pembahasan itu. Bisa bahaya, takut lidah salah bicara. "Terus tau nggak, Ma? Miro juga sering loh, nurutin kemauan Josie! Ya, walaupun agak susah juga bujuknya."
"Masa sih?" Noncy sangsi. Apa iya?
Josie menganggukkan kepalanya cepat. "Serius, Mama! Tadi aja Josie minta ditraktir makan, dia nurut. Minta dibeliin bandana, dia nurut."
"Itu kamu minta apa morotin?"
Tawa Josie pun pecah.
*
"Kamu sehat?" tanya Shila pada Miro tanpa mengalihkan tatapannya pada sang cucu sama sekali.
Miro hanya mengangguk sekilas. Lalu ia balas bertanya, "Dia jagain Oma dengan baik kan?" dagunya ia kedikkan ke arah Haga yang duduk di sebelah Shila.
Baru Shila menoleh, memperhatikan Haga sambil tersenyum. "Haga menjaga Oma dengan baik. Tapi akan lebih baik jika kamu juga ada menjaga Oma. Kamu kapan mau pulang? Apa kamu tega, membuat orang tua ini menderita lebih lama karena menahan rindu?" Shila kembali bertanya dan memperhatikan Miro.
"Nggak tau." Jawab Miro terkesan cuek.
"Kamu juga kapan ke sekolah?"
"Nggak tau."
Shila menghembuskan nafasnya pelan sembari tersenyum sendu, "Sepertinya Oma harus menunggu lagi ya?"
"Haga rasa Oma nggak perlu nunggu. Ikhlasin aja." Haga menyahut dingin.
Miro hanya diam. Santai. Haga memang seperti ini sejak terakhir bertemu dengannya.
"Haga, kamu nggak boleh berbicara seperti itu pada saudaramu." Tegur Shila pelan.
"Lo bener tunangan sama Josie?" Miro balas menyahut dengan topik yang berbeda.
Shila cukup terkejut karena tidak menduga Miro akan bertanya seperti itu. Sedangkan Haga hanya diam sambil menatap lurus kedua mata Miro.
"Kamu sudah tau?" tanya Shila pelan.
"Josie udah ngasih tau."
Alis Haga sedikit berkedut. Jadi mereka dekat? Sampai Josie memberi tahu tentang pertunangan itu?
"Jadi kamu beneran sudah kenal dengan Josie ya?" tanya Shila.
"Kenapa Haga?" Miro balas bertanya, yang mana pertanyaannya membuat Shila cukup terkejut. Miro bertanya seperti itu seolah-olah ia iri, kenapa bukan dirinya yang dijodohkan dengan Josie.
"Itu—"
"Kenapa kalo gue?" Haga memotong ucapan Shila.
Mendengar perkataan Haga, membuat satu ujung bibir Miro terangkat. Bagi Miro, kata-kata Haga bukanlah sebuah kata-kata biasa. Kata-kata itu terkesan seperti sebuah tantangan. Yang membuat Miro ingin mengambilnya.
Shila yang mulai menyadari ada sebuah ketegangan di antara kedua cucunya, segera mengambil alih. "Lamiro, karena Josie ada tunangan Haga, itu artinya Josie juga bagian dari keluarga kita. Dia juga saudara ka—"
"Oma," kini gantian Miro yang memotong perkataan Shila.
"Iya?"
"Kalo Miro deket sama Josie, nggak masalah kan?"
Miro telah mengambil tantangannya. Haga tau itu.
*
Haga dan Shila sama-sama diam di dalam mobil mereka setelah pertemuan mereka dengan Miro di rumah Noncy beberapa saat tadi. Bagi Shila, itu adalah pertemuannya yang pertama dengan sang cucu kedua Mahameru. Namun ia tidak menduga, pertemuan pertama dengan Miro malah berakhir seperti ini. Membuatnya tidak bisa berpikir.
"Maksud Miro deket sama Josie itu sebagai saudara kan, Haga?" tanya Shila pada Haga. Pada akhirnya ia tidak bisa memendam apa yang menjadi pikirannya. Pada akhirnya Shila pun menanyakannya pada Haga. Berharap Haga akan mengiyakannya. Jika jawaban Haga tidak seperti yang Shila harapkan, akan timbul ketakutan serta kekhawatiran dalam diri Shila.
Bagaimana pun, Shila mengerti sekali saat ini hubungan Haga dan Miro sedang tidak baik-baik saja. Dan Shila tidak mau, jika sampai hubungan kedua cucunya makin tidak baik-baik saja karena ini.
"Haga akan pastiin Josie bakal selalu ada di dekat Haga." Tandas Haga dengan kedua mata menatap lurus ke depan dengan setir yang mengerat.
*
"Lagi ngapain, Mir?" Pulang dari Quoss malam-malam, Silas heran melihat kamar Miro yang terbuka dengan lampu yang masih menyala. Biasanya, Silas akan baru pulang dari Quoss itu maksimal jam 12 dini hari. Dan kondisi kamar Miro pasti sudah tertutup rapat dan gelap. Untuk itu, Silas pun menghampiri anak itu.
Miro tidak menjawab. Sepertinya Silas akan tau sendiri, apa yang sedang Miro lakukan malam-malam begini di kamarnya dengan barang-barang di atas ranjang. Barang-barang itu antara lain ada ransel, sepatu, kaos kaki, satu setel kemeja dan celana.
Mata Silas pun melebar, langsung ia masuki ruangan itu. Ia ambil kemeja yang warnanya mirip dengan kemeja yang sering Josie pakai tiap sepulang sekolah ke Quoss. "Mir, are you serious?"
"Ya, gue mau berhenti jadi pengangguran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahameru is Mine
Teen Fiction(COMPLETE) Kemunculan gadis cantik bernama Josie sebagai siswa baru sukses membuat SMA Prapanca gempar! Bukan hanya karena tingkahnya yang tengil, menyebalkan serta meresahkan, tetapi juga karena ia dekat dengan dua Mahameru sekaligus. Satu Mahameru...