PART 43

64 5 0
                                    

"GUE tanya sekali lagi. Lo yakin?" tanya Davis.

Josie yang duduk di sebelahnya mengangguk.

Davis menghembuskan nafasnya pelan. "Kalo Miro tau, dia pasti bakal marah besar sama gue."

Josie meringis, "Dia udah tau kok. Cuma karena dia masih cedera aja, makanya nggak nyamperin lo."

Davis tidak segera merespon. Ia hanya memperhatikan Josie dari samping dengan mata menerawang. "Andai aja gue seberani Miro sama lo, mungkin sekarang gue nggak harus kehilangan dia."

Josie segera menoleh, "Ng? Apa?"

Davis segera membuang wajah sambil menggelengkan kepala. "Ready?"

Sesuai rencana yang sudah mereka susun, Davis dan Josie mulai menjalankannya. Rencana mereka terbilang beresiko. Karena mereka berdua harus masuk ke dalam ladang yang sudah dipenuhi ranjau. Salah langkah sedikit saja, maka ranjau akan meledak dan menghancurkan mereka.

"Apa lo masih dipercaya sama Trevor?" tanya Josie dengan wajah serius.

"Sejauh ini Trevor nggak curiga sama gue."

"Gue punya rencana."

"Rencana gimana, Jo?" sela Tira.

"Gue mau lo manfaatin kepercayaan Trevor, Vis." Kata Josie pada Davis.

"Maksudnya?" Davis mengerutkan kening.

"Lo culik gue. Bawa gue ke tempat Trevor."

"Jangan!"

"Jo!"

"Heh?!"

Silas, Savern dan Ibri bersamaan melontarkan kekagetannya dengan pernyataan Josie barusan. Hanya Davis dan Tira yang tidak terlihat kaget, hanya sedikit terkejut.

Josie melempar tatapannya pada Silas, Savern, Ibri dan Tira bergantian. Lalu berakhir di Davis. "Dengerin gue dulu. Gue belum selese nih. Jadi gini, lo pura-pura culik gue, bawa gue ke tempat Trevor. Di saat yang bersamaan, gue bakal minta tolong sama Oma buat ngelacak dan ngikutin kita. Gue yakin, dengan bantuan Oma, pasti Trevor dan Mantra bakal bisa teratasi."

"Lo pikir Trevor sebego itu bisa lo kerjain?" satu alis Davis terangkat. Ia menyangsikan usulan Josie.

"Bener. Untuk geng sebesar Mantra, pasti mereka bakal udah mengantisipasi itu. Dan kalo mereka sampe tau, lo bakal gimana? Jangan, Jo. Terlalu beresiko." Silas tidak setuju. 

"If we never try, we'll never know. Gitu kalo kata Coldplay." Josie berujar enteng sambil mengedikkan bahu.

"Jangan terlalu nekat deh. Masalah gede kayak begini nggak bisa diselesein oleh anak-anak kayak kita." Timpal Ibri.

Mata Josie pun berputar. "Ibri, jangan lemot deh! Kan gue bilang tadi, gue mau minta tolong sama Oma. Gue juga tau kok, kita yang cuma anak-anak nggak bakal bisa nanganin masalah ini sendiri. Kita butuh orang dewasa."

Di saat seperti inilah Silas merasa bodoh dan menyesal. "Sori."

"Kenapa bilang sori, Kak? Lo nggak ada salah."

"Gue udah gagal jagain Miro. Bahkan gue juga harus ngandelin lo buat masalah ini."

Josie pun menelan ludahnya. Ia sama sekali tidak bermaksud membuat Silas berada dalam posisi seperti ini. "Kak, bukannya gue mau ngeremehin lo. Sesuatu yang besar, cuma bisa diatasin sama sesuatu yang besar pula. Sori gue bukannya mau bilang lo nggak berguna, tapi saat ini cuma keluarga Mahameru yang bisa nanganin ini."

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang