PART 20

80 6 2
                                    

"KEMAREN lo kemana?"

Tubuh Josie seketika berhenti bergerak ketika di hadapannya berdiri seorang Haga yang dengan kedua mata tajamnya, menatap Josie lurus-lurus. Kunci mobil yang sedari tadi ia mainkan di tangan, segera ia masukkan ke saku rok.

"Lo bawa mobil?" tanya Haga untuk kedua kalinya.

"Iya dong!" jawab Josie sombong sambil mengibas rambutnya ke belakang.

"Pertanyaan gue yang pertama?" Haga menuntut jawaban dari pertanyaan pertamanya.

"Ih, kepo lo!" cewek itu menyahut menyebalkan.

Haga berdecak. Berhadapan dengan Josie itu bisa melatih kesabaran loh. Bener deh! "Kemaren gue ke rumah lo."

"Ngapain?" tanya Josie cepat.

"Nyokap lo ngabarin Oma kalo pergi beberapa hari. Oma nyuruh gue nengokin lo." Jelas Haga.

"Waw! Baik sekali ya, Oma lo." Decak Josie. "Tapi serius deh, buat apa sih, nyuruh-nyuruh lo nengokin gue?" lanjutnya.

Josie ini memang bodoh apa tolol sih? Tentu saja tujuannya untuk memastikan keadaannya yang sedang ditinggal beberapa hari oleh ibunya. Eh, tapi saat Haga ke rumahnya, kata Bi Ndaru, Josie sedang pergi tidak tau kemana sejak jam 11 siang. Itu Haga datang sore ya.

"Terus gini deh, lo kenapa sih, nurut banget sama Oma? Nggak semua perintah Oma harus lo turutin, tau. Nih, dengerin. Bandel dikit nggak papa, Haga. Serius. Percaya sama gue. Gue juga nggak bakal cepu kok, kalo misal lo gimana-gimana." gadis itu berbicara dengan wajah serius. Seperti orang tua yang sedang menasehati putranya.

Bagi Josie, itu mungkin hal yang lumrah dan biasa. Tetapi bagi Haga, hal seperti itu tabu ia lakukan. Baginya, perintah Shila adalah mutlak. Apa pun harus ia jalani, meski tidak tau bagaimana akhirnya nanti. "Jangan samain otak lo sama otak gue. Beda mekanik." Kata cowok itu sambil menunjuk dahi Josie menggunakan jari telunjuknya.

Josie hanya memutar bola matanya.

"Pulang sekolah Oma nyuruh lo ke rumah. Pastiin lo dateng." Kata Haga selanjutnya sebelum pergi. Ia menekankan kalimat terakhirnya.

"HAH?!"

Ini adalah hal buruk! Padahal kan Josie sudah menyusun rencana akan langsung mampir ke Quoss sepulang sekolah, lalu nongkrong sepuasnya sampai malam juga boleh, mumpung Noncy masih belum pulang. Tetapi kalau tiba-tiba Shila menyuruhnya pergi ke rumah begini? Bagaimana?

"Argh! Nenek rempong!" gerutu Josie sebal sendiri.

Alhasil, di sepanjang pelajaran hari ini Josie tidak fokus sama sekali. Pikirannya hanya sibuk memikirkan bagaimana caranya mengingkari permintaan Shila yang menyuruhnya ke rumah Mahameru. Mau diiming-iming uang segepok juga Josie tidak mau. Ia tetap akan lebih memilih untuk pergi ke Quoss.

Yosh! Sudah Josie tetapkan. Setengah jam sebelum pelajaran terakhir, Josie akan memainkan sebuah sandiwara. Ia akan pura-pura sakit perut, lalu minta ijin pulang lebih cepat. Dan yeah, setelah diijinkan, ia akan segera meluncur ke Quoss.

Siapa sangka, rencananya yang ia pikir akan berjalan tidak mulus, ternyata terjadi begitu mulus. Bu Indyah selaku guru Seni Budaya, dengan ramah dan malah khawatir mengijinkan Josie pulang lebih awal.

Dengan begini, Haga tidak akan bisa menahannya. Terserah nanti Haga akan beralasan pada neneknya terkait Josie yang tidak muncul di rumahnya. Biar itu jadi urusan Haga saja!

*

Setibanya di Quoss yang lebih awal dari biasanya, Josie dibuat terkejut saat di ruang billiard dipenuhi oleh cewek-cewek yang sedang menonton sekalian tepe-tepe pada Miro yang sedang bermain billiard dengan lawannya. Josie benar-benar lupa kalau Silas pernah bilang padanya, kebanyakan cewek-cewek datang ke Quoss untuk melihat Miro.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang