PART 19

75 6 6
                                    

HARI yang menyenangkan bagi Josie kembali datang! Karena di hari Minggu ini, Noncy sudah pergi ke Manado sejak subuh tadi dan baru akan kembali besok lusa untuk urusan pekerjaan. Jam 11 siang tepat, gadis itu pun keluar dengan gaya cewek mamba. Kulitnya yang putih mulus terlihat sangat kontras dengan warna outfit gelap yang membalut tubuh.

"Non, perlu Bapak anter?" tanya Pak Loko yang tidak sengaja berpapasan di depan garasi mobil.

"No, sir. Biar Josie pergi sendiri. Silakan Pak Loko istirahat dan nikmati liburan Pak Loko." Jawab Josie sambil menurunkan kacamata hitamnya. Lalu gadis itu kembali berjalan bak model professional ke arah mobilnya yang sudah terlalu lama menganggur.

"Hi, baby. I miss you so much!" sebelum masuk ke dalam mobil, Josie memeluk mobilnya lebih dulu. Setelahnya, baru ia masuk dan segera melesat pergi, membawa mobil kesayangannya.

Kemana tujuannya? Tentu saja Quoss! Tujuan Josie itu tidak pernah berubah. Entah kenapa ia suka sekali berada di tempat itu. Mungkin peletnya kuat, hehe.

"Hai, Jo! Wah, jarang banget gue liat lo nggak pake seragam sekolah." sapa Patas, orang yang pertama Josie temui di Quoss.

"Ya kali, Bang, hari Minggu, libur, gue nongkrong pake seragam sekolah? Kayak nggak punya baju aja." Jawaban Josie membuat Patas tertawa. Lalu Josie pun melongok ke arah ruang billiard. Seperti sedang mencari-cari seseorang.

"Nyari Miro ya?" tebak Patas.

"Eh, ketahuan." Ujar Josie meringis tanpa menutupi. Terbiasa bersama Miro di tempat ini, membuat Josie merasa aneh jika tiba-tiba cowok itu tidak ada. Seperti kemarin. "Dia kemana sih, Bang? Mana kemaren nggak ada juga." tanya Josie kemudian.

"Dia di rumah, masih tidur." Terdengar sahutan dari Silas yang muncul dari ruang di balik bar. Rupanya Silas mendengarkan obrolan singkat Josie dengan Patas.

Mata Josie membulat, "Rumah? Rumah Mah—"

"Rumah gue."

Mata Josie jadi makin membulat.

"Miro tinggal di rumah Silas, Jo." Penjelasan Patas kali ini membuat Josie melongo seperti orang bodoh.

Silas mengangguk, membenarkan penjelasan Patas. "Dia kemaren sakit tenggorokan, makanya nggak keluar. Tidur terus sampe sekarang."

Josie menggigit bibir. Ia tampak ragu sekaligus malu ingin bertanya sesuatu pada Silas. "Anu, Kak."

"Kenapa, Jo?"

"Rumah lo di mana?"

*

Di depan kamar apartment nomor 181 yang cukup mewah kini Josie berada. Memencet bel berulang kali agar dibukakan pintu, namun pintu itu tak bergerak sama sekali. Josie sempat berpikir, jangan-jangan Silas memberi alamat yang salah padanya. Josie segera menepis pikiran itu. Ia percaya Silas bukan orang seceroboh itu. Ini pasti karena Miro masih asyik bermimpi saja, makanya pintu tak kunjung terbuka. Baiklah, Josie tidak menyerah. Ia akan terus memencet bel sampai pintu di hadapannya terbuka.

Usaha Josie berhasil. Pintu di hadapannya bergerak, menandakan ada seseorang yang membukanya dari dalam. Sudah pasti itu Miro! Karena tidak ada penghuni lain di sini selain Miro dan Silas kan?

"Ha—"

"Berisik! Lo lupa kode pintu rumah lo sendiri?!"

Josie terdiam seketika. Niatnya menyapa Miro, malah mendapat hujatan. "Gue nggak tau kode pintu rumah ini, Mir."

Saat itulah mata Miro terbuka lebar, selebar-lebarnya. Ia pikir yang datang itu Silas. Ternyata... "Lo?!"

Josie meringis, "Hai! Gue boleh masuk kan?"

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang