PART 14

76 6 3
                                    

JOSIE sedang menunggu jemputan Pak Loko saat tiba-tiba sebuah motor sport berhenti di depannya. Josie mengernyit, sebab ia tidak kenal siapa penunggang motor yang asing baginya itu. Ketika si penunggang turun dari motor dan berjalan mendekati Josie, Josie refleks mundur. Lewat ekor mata, Josie memeriksa sekitar. Ramai. Masih banyak anak SMA Prapanca yang belum dijemput sepertinya. Jadi Josie yakin, kalau ia sampai diapa-apakan oleh strangers ini, pasti mereka akan mendengarnya. Tidak, Josie tidak berharap ditolong oleh mereka yang sudah pasti tidak akan sudi menolongnya jika terjadi sesuatu padanya. Tetapi paling tidak, mereka bisa dijadikan saksi. Mungkin.

Begitu jaraknya dengan penunggang motor itu hanya tersisa kurang lebih 1 meter, cowok itu segera membuka kaca helm-nya. Hanya kaca ya, bukan helm.

Semula Josie masih tidak tau, tapi setelah ia perhatikan baik-baik mata di balik helm full face itu, Josie jadi tau. Ia adalah pentolan SMA Madyatama. "Apa lo? Berani-beraninya lo nongol sendirian di sekolah gue? Mau cari perkara?" tanya Josie cepat.

"Ikut gue." kata cowok itu tanpa menjawab pertanyaan Josie.

Josie kembali mundur, "Nggak mau!"

Cowok itu berdecak, "Cepetan ikut gue!"

"Gue bilang nggak mau! Lo ada masalah sama pendengaran?"

Cowok itu pun celingukan. Memastikan keadaan sekitar. Bagaimana pun Josie benar. Ini adalah kandang musuh. Jika sampai ada anak SMA Prapanca—anak yang biasa tawuran—menyadari penyamarannya, pasti ia akan langsung dikeroyok dan itu tentu bukan hal yang baik. Setelah merasa yakin aman, dengan seenak jidat, cowok itu meraih lengan Josie, lalu menyeretnya ke motor.

"PENCULIK! ADA PENCULIK! ADA PENCULIK DARI MADYATAMA!" tanpa babibu, Josie segera berteriak. Kontan mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya.

Cowok itu panik dan makin mengerahkan tenaganya untuk cepat-cepat bisa membawa Josie ke atas motornya.

"OI, ADA ANAK MADYATAMA!" salah seorang siswa yang sering terlibat tawuran, rupanya mendengar teriakan Josie. Ia langsung berteriak, menyambungkan pesan Josie pada anak-anak lain yang ada di belakangnya.

Savern, Tira dan Ibri yang kebetulan ada di sekitar tempat itu pun mendengarnya. Mereka bertiga dengan matanya yang awas, langsung bisa melihat Josie sedang ditarik oleh seorang cowok. Tanpa menunggu apa pun lagi, mereka segera berlari ke tempat Josie.

"Shit!" umpat cowok itu dengan terpaksa akhirnya meninggalkan Josie dan segera lari dari SMA Prapanca sebelum Savern dan kedua temannya sampai di tempatnya dan Josie.

"CEMEN LO, ANJING! BERANINYA KABUR!" teriak Ibri begitu tiba di tempat Josie.

Dugaan Josie meleset. Josie pikir tidak akan ada orang yang berlari menolongnya. Tetapi ketiga cowok ini dengan cepat merespon signal pertolongan darinya. Hal ini lagi-lagi membuat Josie terkejut.

"Are you okay, Jo?" tanya Tira memastikan keadaan Josie.

"Kok kalian mau nolongin gue sih?" tanya Josie tanpa menjawab Tira.

Tira, Savern dan Ibri langsung saling tatap heran.

"Emang kenapa? Ada larangan kita nolongin orang?" Savern bertanya bingung.

"Emang kalian nggak takut, nggak benci sama gue? Gue Josie loh, yang lagi jadi sasaran empuk hujatan nitizen Prapanca."

Tira mendengus, "Bangga banget lo jadi sasaran empuk hujatan nitizen Prapanca?"

"Dengerin, Jo. Sebagai pahlawan SMA Prapanca, sudah sewajarnya kita melindungi warga SMA tercinta kita dari marabahaya ancaman sekolah luar. Apalagi lo udah mereka tandain." Jelas Ibri sambil membusungkan dada.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang