PART 40

71 5 0
                                    

Sambil mengunyah permen karet dan mendengarkan lagu Oasis yang berjudul Don't Look Back in Anger, Josie mengendarai mobilnya di hari menyenangkan ini. Apa? Iya! Hari di mana ia libur sekolah dan Noncy sedang dinas di luar kota. Sesekali Josie ikut menyanyikan lirik lagu tersebut dengan suaranya yang tidak merdu-merdu amat.

"And so Sally can wait, she knows it's too late, as we're walking on by. Her soul slides away, but don't look back in anger, I heard you say."

Karena lampu merah, mobil pun berhenti. Dengan jari lentik mengetuk-etuk setir mobil dan kepala mengangguk-angguk, ia melihat sebuah plang hijau di jalan. Ia ingat jika belok ke kiri, maka jalan itu bisa mengantarnya ke sekolah lamanya, SMA Tantular. Namun jika lurus, maka jalan itu yang akan mengantarnya ke tujuan yaitu Quoss Café. Sudah berapa hari hey, Josie tidak mendatangi tempat itu? Karena apa? Ya tentu karena Haga yang selalu mengantar jemputnya tiap hari, tidak memberikan kesempatan bagi Josie untuk menginjakkan kaki ke tempat itu.

Josie melirik jam di pergelangan tangannya. Masih pukul 2 siang. Baik, Josie menyalakan lampu sein kiri, dan berbelok begitu lampu hijau menyala. Dan di depan SMA Tantular inilah Josie berhenti.

Gadis itu keluar dari mobil lalu memperhatikan bangunan sekolah lamanya yang sepi. Ya, wajar sih, hari Minggu, sekolah libur. Tapi memang tujuan Josie bukan untuk bertemu dengan penghuni SMA mantan ini sih. Tujuannya hanya ingin membuat sebuah karya seni. Dengan menggunakan liptint berwarna pink, ia mencorat-coret pagar dinding berwarna putih SMA Tantular. Di karya seninya, ia menggambar sebuah gambar 4 poop disertai tulisan JENA, LIRA, AMANDA & MILI by JOSIE.

Setelah puas mencorat-coret sebagian dinding pagar sekolah lamanya hingga menghabiskan liptint miliknya, Josie tersenyum. Kemudian ia pun kembali masuk ke mobil dan pergi meninggalkan SMA Tantular dengan santai.

Tak begitu lama, ia pun sudah tiba di Quoss Café. Begitu ia turun dan hendak memasuki café yang sudah ramai itu, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan Miro yang baru saja keluar dari café. Untung saja Josie tidak sampai jatuh. Tapi kaget juga. "Eh, Mir. Buru-buru amat?"

Miro yang sedang buru-buru, tidak membalas pertanyaan Josie. Ia hanya melihat Josie sekilas, kemudian pergi begitu saja.

"Mir, Mir! Tunggu! Oi!" Seperti biasa, ketika melihat Miro, Josie tidak akan membiarkannya pergi. Josie pun segera mengejar Miro. Dan masih seperti kebiasaan Josie, Josie segera ikut masuk ke dalam mobil Miro melalui pintu mobil satunya.

"Jo, get out!" usir Miro langsung.

"Jalan!" bukannya mendengarkan Miro, Josie malah memasang seatbelt dan menyuruh Miro menjalankan mobil.

Tau Miro akan kalah dari Josie, Miro pun terpaksa menjalankan mobil. Membiarkan Josie berada bersamanya.

Dalam perjalanannya, Miro melirik celana hotpants yang Josie kenakan, yang lagi-lagi mengekspos pahanya yang putih mulus. Masih sambil menyetir, Miro meraih jaket yang ada di sandaran kursi lalu melemparnya ke atas pangkuan Josie.

Josie heran dengan perbuatan Miro, "Kenapa? Lo nafsu liat paha gue?"

"Kalo gue nafsu, udah dari dulu gue serang." Kata Miro tanpa menoleh pada Josie.

Iya juga sih. Ini bukan pertama kalinya Miro melihat Josie berpakaian mini seperti ini.

"Mir, kita mau kemana?" tanya Josie pelan.

Miro tidak menjawab. Berbicara juga tidak. Setidaknya saat sebelum mobil berhenti di depan sebuah jalan yang sepi, di bawah jembatan yang gelap. Miro buka kaca mobil di sampingnya sehingga memperlihatkan sosok Gunar.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang