PART 49

63 5 4
                                    

KEMUNCULAN Miro di Quoss segera disambut hangat oleh para karyawan Quoss termasuk Patas dan pastinya oleh Silas. Setelah melalui hari-hari yang berat dan absen sekian lama, akhirnya Miro kembali ke tempat yang beberapa waktu sempat menampungnya. Saat berpelukan dengan Silas, Miro merasa cukup emosional. Bagaimana pun Silas, baginya ia adalah kakak Miro.

Terlahir sebagai anak tunggal yang hanya mempunyai saudara sepupu yaitu Haga, membuat Miro merasa bersyukur bisa bertemu dengan Silas. Ya, meski awalnya sebal karena peraturan Silas yang melarangnya berbuat ini itu. Tetapi Miro sadar, larangan yang Silas buat untuknya adalah demi kebaikannya.

Dari Silas juga, Miro 'bisa' hidup dengan baik. Coba bayangkan, jika tidak ada Silas yang bersedia menampungnya, bukan tidak mungkin Miro akan benar-benar menjadi bagian dari Mantra yang menggantungkan hidupnya pada Mantra.

"Jadi, sekarang lo fix udah nggak tinggal sama Silas lagi?" tanya Patas.

"Oma minta gue stay di rumah."

Tangan Patas langsung mengacak kepala Miro. Yang untuk saat ini saja, Miro membiarkannya. "Mir, lo tuh anak orang kaya. Udah emang paling bener lo di rumah. Jangan ngebebanin Silas lagi. Gara-gara ngurusin lo, Silas jadi nggak kawin-kawin!"

"Oh, jadi gara-gara gue makanya lo ragu buat nikah?" satu alis Miro terangkat memperhatikan Silas.

"Salah satunya." Entah jujur atau tidak, Silas mengatakannya sambil terkekeh.

Miro pun berdecak. "Ya udah, sekarang gue udah nggak jadi beban lo lagi. Nikah gih, sekarang."

"Udah gue bilang kan, perkara nikah nggak segampang itu, Mir." Silas mengingatkan pada Miro atas apa yang sudah pernah ia katakan pada Miro sebelumnya.

"Namanya juga bocil. Mana paham, Las." Timpal Patas terkekeh.

Miro kembali berdecak. Lalu ia tenggak minuman bersodanya sambil matanya mengarah ke arena tempat biasa ia bermain billiard.

"Tuh, Bono galau saben hari nggak bisa tanding sama lo." Ujar Patas.

Setelah menghabiskan minumannya, Miro pun segera melangkah ke arena billiard. Menantang Bono yang sudah menunggunya. Dalam sekejap, arena billiard yang beberapa hari kemarin cukup sepi, kini kembali ramai dengan kehadiran Miro.

*

Selain gosip tentang Miro dan Josie yang makin sering terlihat bersama serta Haga dan Josie yang makin jarang terlihat bersama, bahasan tentang acara campfire yang akan segera diselenggarakan juga ikut menjadi perbincangan anak-anak SMA Prapanca. Acara tersebut merupakan acara yang telah OSIS susun jauh-jauh hari untuk memperingati HUT SMA Prapanca yang ke-28 tahun. Sengaja Haga membuat acara ini dengan tujuan agar acara bisa lebih khidmat. Daripada dengan prom atau party. Nantinya acara akan digelar di lapangan outdoor utama sekolah dengan api unggun yang megah. Karena temanya api unggun, para peserta yang hadir—yang pastinya adalah seluruh warga SMA Prapanca—tidak perlu menyiapkan kostum yang mahal yang malah ujung-ujungnya sering dijadikan acara adu kostum. Para peserta cukup menggunakan pakaian hangat dengan warna monochrome, nantinya akan ada penggalangan dana yang akan disalurkan ke daerah-daerah terpencil yang masih memerlukan bantuan sarana dan prasarana.

Berhubung waktu yang sudah semakin dekat, Haga pun jadi sibuk. Pun Zilo sebagai satu-satunya anggota OSIS yang masih bertahan menemani Haga, serta perwakilan beberapa kelas yang Haga tunjuk sebagai panitia campfire. Terpaksa Haga meng-hire perwakilan kelas karena project tersebut tidak mungkin terlaksana jika hanya ada ia dan Zilo saja. Namun akan berbeda jika ada Brian dan Dya seperti yang sudah-sudah.

"Dy, jadi status lo gimana sih? Lo masih OSIS apa bukan?" pertanyaan teman Dya membuat Dya meringis pilu sekaligus malu. Sejauh ini memang hanya Dya yang statusnya masih belum jelas. Dibilang anggota OSIS, tetapi ia tidak pernah muncul. Dibilang bukan, tetapi ia belum menyatakan mundur seperti Brian.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang