PART 24

67 4 3
                                    

SYARATNYA adalah menraktir Josie makan. Rupanya terlalu asyik bermain dart, membuat Josie lupa pada perutnya. Makanya ia baru merasakan lapar setelah selesai. Dan ia yang uang bulanannya sedang tipis karena belum mendapat transferan dari Noncy, menggunakan cara licik untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

Sementara menemani Josie makan, Miro hanya memesan minuman serta camilan ringan untuknya sendiri. Perutnya masih kenyang terisi makanan di Quoss tadi.

"Lo yakin nggak mau makan juga? Dari tadi lo liatin gue mulu, guenya yang nggak enak. Takut dikira cewek nggak tau diri." kata Josie menjeda makannya.

Miro menggeleng. "Gue masih kenyang dan tambah kenyang liat lo makan."

Cewek itu mendecak, "Ya udah, kalo gitu gue habisin!"

"Dari tadi juga udah lagi lo habisin." Kata Miro lirih.

Josie ini biar kata cantik, tetapi soal makan ia tidak ada jaim-jaimnya. Cewek itu masa bodo makan dalam porsi cukup banyak dengan cara makan yang tidak elegan sama sekali. Kalau kata Josie mah, laper ya laper aja, makan ya makan aja. Begitu.

"Lo gini juga kalo makan sama Haga?" tanya Miro.

Josie menggeleng cepat. "Gue belum pernah makan berdua sama Haga. Kalo kita makan bareng, pasti ada nyokap gue atau nggak nenek lo." Waktu itu pernah sih, Haga menemaninya makan di kantin. Itu tuh, insiden itu yang Josie mengerjai teman sekelasnya untuk menghabiskan bubur ayam. Ingat tidak? Nah, oleh Josie, itu tidak dihitung sebagai makan berdua dengan Haga.

Satu alis Miro terangkat, "Kenapa nggak pernah?"

"Lamiro, please deh. Gue udah bilang kan? Kita itu tunangan karena dijodohin, bukan karena cinta. Jadi ngapain juga kita kudu makan berdua? Dinner romantis kayak pasangan normal?"

"Jadi lo ngapain aja selama pura-pura tunangan sama Haga?"

"Emang apa yang lo harapin dari 2 manusia yang nggak saling suka, tetapi dipaksa buat tunangan? Pacaran? Cuddle? Kissing? Atau belajar cara bereproduksi?" Josie memajukan kepalanya ke arah Miro.

Ini adalah Josie. Jadi Miro tidak begitu terkejut saat Josie menyebut apa saja yang barusan ia sebut. Tetapi jujur, Miro suka mendengar jawaban gamblang dari Josie. Rasanya lega.

"Mir, lo kenapa sih, kabur dari rumah?" kini gantian Josie yang menanyai Miro. Cewek itu bertanya saat makanan di meja sudah ia habiskan semua. Ia juga bertanya dengan pelan dan hati-hati. Mengingat saat ia bertanya pada Haga, respon Haga sangat dingin. Jadi Josie yakin, masalah ini pasti se-sensitif itu!

"Gue nggak betah di rumah." Jawab Miro sambil memalingkan wajah.

Tentu saja Josie tidak percaya begitu saja. "Masa sih? Ya gue tau sih, dengan kekayaan yang ada di rumah Oma lo, dengan semua fasilitasnya yang serba ada, justru malah bikin bosen, tapi apa iya, cuma karena itu doang lo kabur? Lo juga kabur dari sekolah loh."

"Gue juga nggak betah di sekolah."

Josie memutar kedua bola matanya. Dalam hal berbelit-belit seperti ini, rupanya menjadikan Miro lebih menyebalkan dari Haga. "Mir, gue cubit nih lama-lama!"

"Makannya udah kan? Kita pulang." Miro berdiri. Mengajak gadis itu pulang.

*

"Stop!" tiba-tiba Josie meminta Miro menghentikan mobilnya.

Miro yang kaget, refleks menginjak rem, mobil pun berhenti secara mendadak dan sedikit berbahaya tadi. "Lo ngapain tiba-tiba minta stop? Kalo mau stop, lo bisa bilang beberapa meter sebelumnya!" omel Miro.

Josie hanya meringis. Lalu dengan jari telunjuknya, ia menunjuk sebuah toko tak jauh di samping mobil berhenti. Tepatnya di seberang jalan.

Setelah meminta Miro menraktirnya makan, cewek itu kembali meminta pada Miro. Kali ini minta dibelikan aksesoris. Bukan aksesoris yang mahal-mahal kok, Josie hanya minta Miro membelikannya aksesoris-aksesoris cewek yang imut, lucu, kawai dan kyeopta. Seperti bandana, jepit rambut dan teman-temannya.

Mahameru is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang