33. Egois

237 20 6
                                    

Hai semuanya😄

Hehehe, sekian lama purnama akhirnya aku update lagi! Apa kabar kalian? Sehat terus ya!

Apa kalian masih setia sama Arkan yang ganteng ini? 😗

Cus baca kelanjutan ceritanya'~

Happy reading☻️💗💗

(Berbohong cukup lama itu menyebalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Berbohong cukup lama itu menyebalkan. Coba untuk sedikit egois)

- Camellia -

Para kerabat dan anggota keluarga Ayesha mengantarkan nenek menuju peristirahatan terakhirnya dengan tenang. Meskipun telah mendapatkan pelukan yang sempat diragukan Ayesha, Airi mendampinginya sambil membawa foto sang nenek menuju pemakaman.

"Aku nggak ngerti sama sikap Mama. Aku ragu, tapi aku senang. Sekarang, Mama memegangi pundak ku saat berjalan sambil menangis."

Tanah kuburan yang berwarna coklat kemerahan itu pun mulai digali oleh tukang gali kubur. Di hari itu pemakaman seketika menjadi ramai, hari yang memperingati kematian ibu Arya. Rasa duka menyelimuti, rasa tangis tak terbendung bagai awan mendung yang tak mampu menahan tangisnya. Pakaian-pakaian berwarna hitam legam telah mengisi disekitaran kubur itu.

Kemudian beberapa menit kemudian, galian itu sudah selesai. Dengan hati-hati mereka yang diatas dan dibawah memasukkan peti yang berisikan mayat dengan penuh hati-hati. Yang membuat orang sekitar terkejut saat Ayesha berteriak dan menangis histeris.

"JANGAN MASUKIN NENEK KE DALAM!!! NENEK, TUNGGU AKU, AKU AKAN TEMANI NENEK DIBAWAH!!!"

Sambil berjalan tertatih, Ayesha hampir saja masuk ke liang lahat. Untung saja Bi Ine menarik dan mendekap Ayesha erat-erat dari belakang dan memeluknya hangat, Airi terlambat.

"Non bahaya!! Sudah Non, jangan ditangisi, ikhlaskan kepergian nenek dengan tenang," ucap Bi Ine, menenangkan Ayesha.

"Nggak Bi, aku mau nyusul nenek. A-aku nggak mau sendirian, aku yakin nenek kesepian disana. Iya kan, nek?" Menangis kencang.

"Non Ayesha, dengerin Bibi. Non Ayesha nggak mau bikin nenek kecewa, kan? Non Ayesha juga nggak mau bikin nenek sedih disana?" Ayesha mengangguk pelan, air matanya sudah membasahi tanah pemakaman itu.

"Nah maka dari itu Non Ayesha jangan kayak gini, nanti nenek nangis dan nggak jadi tidur dengan tenang. Non Ayesha kan tadi udah bilang nggak mau bikin nenek sedih, hm?"

"..."

Ayesha tidak menjawab perkataan Bibinya itu. Lalu Arya menyuruh mereka melakukan pekerjaanya, agar tidak terlalu lama juga acara pemakaman ini. Karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat lagi.

***

Setelah mengubur. Para kerabat, orang-orang sekitar termasuk Ayesha menaburi bunga-bunga untuk neneknya. Kemudian dilanjut dengan membaca doa-doa yang dipimpin oleh ustadz. Setelah selesai perlahan para kerabat-kerabat kembali ke rumah Ayesha, di sana masih terlihat ramai dengan orang-orang yang berbincang. Sedangkan Ayesha mengurung dirinya di kamar, beberapa kerabatnya mengetuk pintu mengajak Ayesha keluar. Namun tak ada jawaban dari gadis itu, ia benar-benar sedih.

DEAR ARKAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang