Dua kombinasi yang pas. Cowok tuna netra dengan cewek tomboy yang galak.
Lelaki tuna netra dengan taburan kehidupan keluarga yang manis dan bahagia ini bernama Arkanaro Lexanders (Arkan). Namun terbalik. Justru Arkan memiliki hubungan sosial yang bu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . .
Seperti dihantam ombak besar, hatinya benar-benar sakit saat mendengar kata-kata Arkan hanya tipuan belaka. Gadis itu menundukkan wajahnya, air matanya mengalir deras, sambil tersenyum.
Ia beberapa kali melontarkan kata-kata yang menghardik dirinya sendiri, itu seperti dentuman besar bagi dirinya. Ayesha duduk di bangkunya sambil menghadap ke luar jendela, angin berhembus, meniup air matanya yang basah menjadi dingin dan mengering, semilir angin juga meniup poni rambut panjangnya.
"Ternyata..., itu cuma boongan, gue kira itu beneran." Buliran air matanya kembali menetes, saat ia mengingat kembali kejadian tadi.
"Gue kenapa sih! Padahal jelas-jelas itu boongan, tapi bisa-bisanya gue percaya!" Ucapnya sambil mengucek air matanya.
***
Waktu berlalu begitu saja, jam dinding kelas mengarah pada pukul 3 sore, suasana kelas juga berubah. Sinar senja yang hangat dan menyilaukan masuk ke dalam kelas. Namun Ayesha masih duduk, cukup lama. Ia kembali menghembuskan nafas panjang mengambil ransel tasnya dan pergi menuju parkiran motor, pulang.
Dengan langkah kakinya yang lesu, masih ada bekas air mata yang masih tersisa, raut wajahnya yang datar, Ayesha berjalan sambil sesekali menendang bebatuan kecil dihadapannya. Kemudian tiba-tiba ia berteriak keras.
"HUAAAAHH!!!"
Cukup keras Ayesha berteriak pada sore hari itu, hingga suaranya menggema ke seluruh lorong, meskipun ia sudah berada diluar gedung sekolah. Anak-anak yang sedang bermain basket ikut terkejut mendengar suara itu, tapi kemudian mereka melanjutkan aktivitas mereka bermain basket, karena mungkin itu suara bayi menangis. Hah? Bayi, iya, bayi besar yang cantik habis menangis dan berteriak.
Namun di sisi lain, Ayesha cukup lega setelah ia berteriak seperti orang gila kehilangan semangat hidup. Ah, dasar anak muda zaman sekarang, tapi kalau tidak begitu, tidak ada kenangan terindah masa-masa SMA apa lagi untuk anak tomboy yang sukanya cari gara-gara tidak pernah mengicipi rasa manisnya menyukai seseorang. Bahkan rumus fisika dan kimia tidak bisa menjawab pertanyaannya, bagaimana rasa sukanya muncul, ini bukan reaksi gunung saat erupsi, ya.
Masih dengan menendang-nendang kerikil kecil sampai berbunyi: SREKKK! Akibat gesekan sepatunya, itu juga hampir membuatnya terjungkal alias hampir nyosop mencium tanah. Ia masih bergumam sendiri, sambil mengomel, kemudian ia sadar ada seseorang seperti laki-laki, cukup tinggi memakai seragam SMA yang sama dengannya sedang menunggu berdiri menatap lurus ke depan. Ayesha tidak bisa memastikan siapa orang itu karena memakai masker diwajahnya.