Dua kombinasi yang pas. Cowok tuna netra dengan cewek tomboy yang galak.
Lelaki tuna netra dengan taburan kehidupan keluarga yang manis dan bahagia ini bernama Arkanaro Lexanders (Arkan). Namun terbalik. Justru Arkan memiliki hubungan sosial yang bu...
Kangen gak nih sama Arkan? Nih aku bawain part selanjutnya!
Jangan lupa follow, vote dan komen ya biar aku semangat ngetik cerita ini 🤩
Happy reading!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keesokan harinya.
Tok! Tok!
"Non! Non Ayesha! Bangun berangkat sekolah Non!" ucap Bi Ine bersama dengan ketukan pintu kamar.
Tok! Tok!
"No─"
"BI INE! ASTAGA BERISIK TAU! BISA DIEM GAK SIH?!"
"T-tapi Nyonya. Biasanya kan saya juga bangunin Non Ayesha setiap hari. Ini kan masih hari rabu. Non Ayesha harus berangkat sekolah," ucap Bi Ine.
"Udah deh nggak usah dibangunin. Biarin aja tuh anak. Soalnya kemarin saya hukum biar nggak sekolah," ucap Airi ketus.
"Apa? Kenapa Nyonya? Memangnya Non Ayesha salah apa?"
"Sok ikut campur segala! Pokoknya, Bi Ine jangan pernah bukain pintu kamar Ayesha! Dan jangan banyak tanya!" ucap Airi menentang keras Bi Ine.
Mendengar perdebatan Mamanya dengan Bi Ine. Ayesha geram, padahal jelas-jelas ia sudah berpakaian rapi dan siap berangkat sekolah. Tapi tak disangka, ancaman Airi semalam ternyata bukan main-main. Ayesha berusaha membuka gagang pintu kamarnya, tapi sialnya pintu kamar itu terkunci dari luar.
"Non! Non Ayesha udah bangun?" ucap Bi Ine berbisik melalui celah pintu kamar Ayesha.
"Udah Bi. Bi, aku pengen sekolah,"
"Bibi tau kalau Non pengen sekolah. Tapi kalau Nyonya sampai tau Non Ayesha nggak dikamar. Nyonya pasti marah besar," jawab Bi Ine.
Ayesha berpikir sejenak. Kemudian ia menemukan ide bagus.
"Bi! Masih disana kan? Tunggu bentar ya ..."
"Iya Non."
Airi yang melihat Bi Ine mencondongkan tubuhnya dan menempelkan daun telinga kirinya ke pintu kamar Ayesha. Kelihatan mencurigakan.
"Mau sampai kapan terus didepan pintu kamar Ayesha?" ucap Airi membuat Bi Ine berjingkrak kaget.
"M-maaf Nyonya. Saya cuma pengen memastikan Non Ayesha aja kok," ucap Bi Ine gugup, penuh keringat.
Airi menyipitkan matanya curiga dengan tindakan Bi Ine. Namun akhirnya, pikiran jahat Bi Ine akan membebaskan anaknya berhasil Airi tepis.
"Terserahlah! Tolong buatin saya kopi. Dan antar ke kamar cepat," ucap Airi masuk ke dalam kamarnya.
"Baik Nyonya!"
Akhirnya Bi Ine bisa bernafas lega. Setelah Airi masuk ke dalam kamarnya. Selanjutnya, bagaimana keadaan Ayesha didalam. Ayesha masih memikirkan ide. Lalu matanya mengarah ke luar jendela. Kenapa nggak kepikiran dari tadi ya!