Masih di balik selimut lembut, seorang gadis bersurai hitam kelam bergerak meregangkan kedua tangannya keatas sembari mengerang.
Perlahan-lahan kelopak matanya terbuka memperlihatkan kedua manik berwarna coklat jernih. Matanya mengerjap beberapa kali guna membiasakan sinar matahari yang menyorot dari jendela. Gorden putih sudah tersibak, itu berarti ibunya sempat memasuki kamarnya lagi.Di hari libur ini, ia ingin sedikit bersantai setelah sedari kemarin ia melamar pekerjaan di manapun yang sekiranya masih bisa ia jangkau, hingga ia benar-benar di terima bekerja di sebuah supermarket yang jaraknya tak seberapa jauh. Mulai besok, ia akan bekerja setelah kelulusannya beberapa hari lalu.
Setelah pertemuannya dengan pria aneh yang terus menguntitnya beberapa bulan lalu, ia tak pernah bertemu atau merasa di ikuti lagi. Seusai percakapan singkat mereka, ia memutuskan untuk menolaknya untuk menjadi kekasih dan pergi begitu saja meninggalkannya di tengah gang sepi.
Pria yang tak dikenal itu tak pernah lagi menampakkan diri hingga sekarang. Entah karena tertolak dan berhenti mengejar, atau masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja setelah itu, pria itu lebih berhati-hati ketika menguntitnya hingga Viera tak merasakan keberadaan atau kecurigaan sedikit pun, mungkin.
Viera melirik jendela itu dengan tatapan datar. Merasa yakin di kemudian hari pria itu pasti kembali menampakkan diri. Selama ini, ketika tak merasakan atau mendapati secarik kertas lagi seperti sebelumnya, ia merasa aneh. Tanpa sadar ia merasa kesepian. Tak ada lagi perasaan curiga dan was-was. Dan tak ada lagi kalimat motivasi untuknya di secarik kertas bersama roti dan susu kotak yang menyambut paginya.
Sedikit ia menggelengkan kepalanya membuang pikiran konyol itu. Tak mungkin ia merasakan kesepian, mengingat tak ada seorang pun yang menemaninya di kesulitan hidup. Mengira selama ini ia selalu berdiri sendiri, dan tak ada seorang pun yang membantunya. Namun ternyata ia berdiri dengan tak kokoh, sosok misterius yang selama ini tak di ketahuinya menompang dirinya agar terus seimbang.
Entah itu setiap minggu, atau setiap ia mengalami kesulitan. Tanpa ia sadari, sosok yang baru di ketahuinya itu secara tidak langsung telah menuntunnya untuk terus berjalan maju. Dengan berbagai varian rasa roti dan sekotak susu, telah menguatkan tubuhnya. Dan dengan secarik kertas berisi rangkaian kata-kata indah, telah menguatkan hati dan batinnya. Membuatnya tanpa sadar bergantung dan tak merasa dirinya sendirian.
Apa dengan menghilangkan diri dari keseharian Viera adalah cara untuk membuat gadis itu sadar, bahwa selama ini ia juga ikut andil dalam setiap waktunya?. Jika benar, maka ia berhasil. Kali ini Viera benar-benar merasa sendirian. Memang sebelumnya ia selalu sendirian, dan karena keberadaan pria itu yang selalu membuatnya was-was dan terjaga sudah menjadi kebiasaan baginya. Kini ia tak merasakan perasaan apapun, dan tentu karena itu ia mulai tak terbiasa.
Thokkk..tok..
Bunyi ketukan dari balik pintu kayu membuyarkan lamunannya. Sontak Viera bangkit dan berjalan membuka pintu. kedua matanya mengerjap dua kali ketika mendapati Karin sudah berkacak pinggang sambil berdecak kesal. Sadar dengan kesalahannya, Viera langsung bangkit lalu merapikan tempat tidurnya. Sedikit ia menyengir ketika Karin masih dengan ekspresi galak menatapnya jengah.
"Tumben sekali bangun siang hem?. Ingin mati?." Celetuk Karin dengan nada yang tak bersahabat.
"Maaf-maaf, aku hanya sedikit lelah. Aku akan bantu ibu bersih-bersih rumah, tenang saja." Jelas Viera sambil menggaruk lehernya tak gatal.
"Cepat mandi, sarapanmu sudah mau dingin." Perintah Karin lalu melenggang pergi.
Masih sama seperti sebelumnya, kedua orang tuanya masih bersikap normal padanya. Tak ada perubahan kembali seperti melontarkan kata-kata tak senonoh dan menyiksanya seperti dulu. Morgan bekerja dengan normal seperti biasa, berangkat dari pagi dan pulang sore hari. Lalu Karin yang tak lagi pernah keluar untuk bekerja melayani pria hidung belang. Dan tak ada lagi pertengkaran yang dulunya menjadi rutinitas setiap saat. Tak ada yang berubah, hanya saja ketika mengomel terkadang ucapan yang di lontarkan ibunya terdengar mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Mystery / ThrillerMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...