Detak jantung masih berdebar kencang. Tengkuk leher Viera meremang. Bergidik ngeri mengingat kejadian tadi yang masih membekas. Ia duduk diam sambil melipat kedua tangan. Selepas menaiki roller coaster, ia berusaha untuk menenangkan diri. Ketinggian dan rel yang curam tadi, membuat angin yang berhembus kencang seolah ingin melayangkan nyawanya.
Seperti apa yang ia kira sebelumnya. Wahana itu memang sangat menyeramkan. Seharusnya, ia menolak ajakan Davis. Pria itu memaksanya untuk mencoba beberapa wahana di sini. Dan sebagai pemanasan, roller coaster di tunjuknya. Beruntung ia sudah melalui itu. Jika tidak, mungkin nantinya ia akan mati jantungan karena terus khawatir menaiki roller coaster nantinya.
Duduk sembari memperhatikan sekelilingnya. Benar seperti apa yang Mina katakan. Sangat ramai dan banyak sekali macam wahana. Tidak seperti apa yang ia bayangkan selama ini, membayangkan keramaian yang tidak bisa di cerai beraikan hingga membuat orang-orang berdesakan. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri, bayangan yang buruk itu sirna. Memang ramai, tetapi tidak sampai berdesakan hingga terjebak di tengah kerumunan.
Tak ingin menghabiskan waktunya dengan menunggu Davis hingga kembali, Viera memutuskan untuk berkeliling. Di tempat yang luas ini, ia berniat untuk berkeliling di sekitarnya saja. Khawatir jika nantinya ia akan tersesat dan membuat Davis kerepotan karena harus mencarinya di antara ribuan orang.
Belum sempat ia melangkahkan kakinya, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Menyentak pelan hingga membuatnya berbalik. Davis mengangkat tangan kanannya, menunjukkan permen gulali berbentuk hati pada gadis yang di gandengnya. Dengan ragu Viera meraih permen itu. Lalu beralih menatap sepasang manik Davis sembari tersenyum kikuk.
"Terimakasih." Ucapnya.
Menanggapinya dengan senyum tipis. Davis kembali berjalan dengan tangan yang masih bertautan dengan tangan kecil milik Viera. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia ingin menaiki bianglala tinggi di sana. Kemudian rencana setelahnya, mereka akan mencoba memasuki rumah hantu. Semua itu bukan untuk dirinya sendiri. Semua yang ia lakukan hanya untuk mewujudkan apa yang selama ini gadisnya inginkan.
Sejak dulu, masa kecil Viera yang seharusnya merasakan kebahagiaan seperti anak-anak lainnya, harus terlewatkan karena hidupnya yang sulit. Hingga membuat gadis itu kebal dan terbiasa menderita. Membuatnya tak pernah lagi menangis dan bersedih. Hanya tersenyum dan bersemangat menjalani kesehariannya. Memanipulasi diri untuk merubah kesedihan menjadi sebuah kesenangan kecil.
Sepasang bak kekasih itu akhirnya menaiki wahana besar yang berputar. Sama halnya dengan Davis, Viera tersenyum tipis melihat orang-orang di bawah sana yang terlihat seperti semut. Dari atas sini, kedua manik matanya melihat seisi taman hiburan yang sangat ramai. Samar-samar suara teriakan dari wahana sebelah terdengar hingga ke gendang telinganya.
Bergidik ngeri membayangkan betapa menyeramkannya roller coaster yang masih melesat cepat menuruni rel yang curam. Menghela napas panjang. Merasa bersyukur wahana itu sudah di laluinya. Dan saat ini, ia bisa menikmati waktunya dengan sedikit tenang, walaupun baginya ini terlalu tinggi.
"Kenapa kau melakukan semua ini? Aku merasa seperti anak kecil saja." Ucap Viera memecahkan keheningan di antara keduanya.
Penasaran dengan alasan apa Davis lakukan melakukan semua ini bersamanya. Walaupun otak kecilnya sudah berkesimpulan bahwa semua yang di lakukan Davis semata-mata karena menyukainya, tetap membuatnya bertanya-tanya. Hanya ingin mendengar jawaban dan alasan secara langsung.
"Hanya mewujudkan apa yang kau inginkan." Jawab Davis sembari mengedikkan bahu.
"Memangnya umurmu berapa?. Kau memang masih anak kecil." Imbuhnya membuat Viera menatapnya jengah.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Misterio / SuspensoMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...