Bantal dan guling tergeletak di lantai. Selimut tebal tak lagi terlipat rapi. Beberapa buku novel juga menumpuk di sisi meja bersama buku tulis lainnya. Tak hanya itu, beberapa pintu laci lemari di biarkan terbuka. Lampu tidur yang berada di atas meja laci bergeser tempat hingga hampir jatuh.
Masih bergulat dengan rak buku koleksinya, Viera kembali meneliti buku-bukunya. Ia mencari buku yang hilang. Baru saja sepulang tadi, tiba-tiba ia teringat buku yang selalu mengisi waktu luangnya. Seingatnya, terakhir ia meletakkan buku itu di atas meja laci setelah membacanya sebelum tidur beberapa bulan lalu. Dan setelah itu ia fokus pada kelulusannya hingga melupakan buku itu.
Aneh sekali. Buku itu tak ada di manapun. Ia hanya menyimpannya di bawah bantal, tetapi setiap hari saat ia membersihkan tempat tidur dan kamarnya tak melihat buku itu. Lama tak melihat bukunya di bawah bantal dan meja, hingga membuatnya lupa.
Ia berdiam sejenak, berusaha mengingat sesuatu yang mungkin saja terlupakan. Ingatannya terakhir membaca buku itu masih membekas. Tetapi buku itu tak ada di tempat biasanya. Kembali ia melihat tempat tidur. Nihil, buku itu benar-benar tak ada. Tak mungkin buku itu menghilang dengan sendirinya.
Karena tak menemukannya, ia menata kembali buku-bukunya dan membersihkan kamarnya. Jika Karin melihat ini, mungkin tak ada lagi pengampunan baginya. Melihat lampu tidur yang sudah di ujung meja, dengan cepat ia menggesernya agar tak jatuh. Ia juga menutup pintu lemari lacinya yang terbuka lebar. Sebelum itu, ia menata lembaran kertas pesan yang selalu di simpannya dan memasukkannya ke dalam kotak kayu.
Setelah semua rapi, ia merebahkan tubuhnya. Bunyi tulang punggungnya terdengar begitu melegakan, mengingatkan betapa lelahnya ia sepulang lembur kerja, lalu mengacaukan seisi kamarnya dan menatanya kembali. Tak ingin makan malam, ia menutup kedua kelopak matanya. Rasa lelah di tubuhnya mengalahkan rasa lapar. Tak apa jika ia melewatkan makan malam hari ini. Hanya sedikit lapar saja masih bisa di tahan.
Hari ini sangat melelahkan. Setelah lembur bekerja tadi ia langsung mengobrak-abrik seisi kamarnya lalu menatanya kembali. Ia benar-benar membuat tubuhnya kelelahan hanya karena sebuah buku lama. Entah mengapa tiba-tiba ia teringat pada buku itu. Sebenarnya ia tak mempermasalahkannya jika hilang. Tetapi rasa ingin membaca cerita yang pernah di karangnya membuatnya rela mengabaikan rasa lelah di tubuhnya.
Kedua matanya melirik arah pintu ketika mendengar suara ketukan. Detik selanjutnya handle pintu bergerak. Pintu terbuka memperlihatkan Karin yang sedang membawa nampan. Wanita paruh baya itu berjalan masuk dan meletakkan nampan ke atas meja laci samping lampu tidur.
"Kenapa tadi gaduh sekali?." Tanya Karin.
"Aku mencari buku tulis yang selalu ku simpan di bawah bantal." Jawab Viera.
"Tidurlah, besok kau harus pulang cepat. Untuk bersiap-siap." Ucap Karin membuat Viera menatapnya antusias.
"Bersiap-siap untuk apa?." Tanya Viera penasaran.
"Berapa umurmu? Tak selamanya kau terus seperti ini." Jengah Karin.
Viera terdiam sejenak. Ia memikirkan alasan mengapa besok ia harus bersiap-siap. Kedua bola matanya melebar ketika mengingat sesuatu. Besok adalah hari ulang tahunnya. Apa ayah dan ibunya ingin merayakan ulang tahunnya?. Pantas saja Karin memberinya pancake dan segelas susu coklat di malam hari.
"Sudah ketemu bukunya?." Tanya Karin lalu duduk di bibir tempat tidur.
"Tidak." Jawab Viera dengan cemberut.
"Jangan cengeng, buku itu tak akan hilang selamanya. Tidurlah." Sahut Karin sambil menggelengkan kepalanya jengah.
"Apa maksud ibu?." Tanya Viera bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Misterio / SuspensoMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...