Memperhatikan setiap gerakan yang Davis lakukan. Kedua lengan sweater polos di lingkis hingga siku. Peluh membasahi sisi pelipisnya. Suara dentingan spatula terdengar, di susul dengan aroma yang menyeruak. Membuat perut bergemuruh. Sesekali ia menyendok sedikit untuk mencecap rasa masakannya.
Sedangkan, Viera duduk diam memperhatikan punggung lebar itu. Rasa tak nyaman menyelimuti begitu melihat gerakan Davis yang cekatan dan lihai dalam memasak. Di tambah dengan aroma wangi makanan yang menusuk indra penciumannya. Membuatnya iri karena bakat masak dirinya yang selama ini ia pelajari hanya memasak makanan biasa.
Tak ingin membuat gadisnya menganggur, sebuah buku di letakkannya di meja. Kemudian kembali ia melanjutkan kegiatannya. Melihat buku yang sangat familiar di netranya, sontak kedua mata Viera membulat sempurna. Melihat buku itu dengan tak percaya.
Selama ini, buku miliknya itu menghilang dan tak di temukan di manapun. Ternyata, buku itu sudah lama berada di Davis. Entah sejak kapan dan alasan apa hingga pria itu mengambil buku yang tidak bernilai ini. Tatapan matanya beralih menatap punggung lebar Davis. Pria itu menoleh padanya sekilas, lalu memberinya isyarat dengan mengangkat kedua alisnya.
Tak sama seperti sebelumnya, beberapa lembar di bagian awal terdapat sebuah robekan kecil menghilangkan nomor halaman. Dan halaman-halaman itu sudah di bacanya sebelumnya. Karena hal itu, memudahkannya untuk mencari dimana terakhir kali halaman yang ia baca. Hanya membukanya sekali, langsung terbuka di halaman yang terpisah karena sobekan itu.
Tak ingin mempermasalahkannya, Viera membolak-balik halaman bukunya. Memeriksa bahwa semua halaman masihlah lengkap. Walaupun hanya beberapa penomoran halaman yang sobek saja. Lagipula, buku ini tak berarti apa-apa baginya. Hanya buku biasa yang di tumpahkan imajinasi belaka. Bukan hal penting. Dan sebaliknya, sebelumnya ia menganggap buku ini sudah hilang.
"Kenapa kau mengambilnya?." Tanya Viera sambil membolak-balik lembaran buku miliknya.
"Bacalah!." Perintah Davis menggubris pertanyaan gadis yang masih kebingungan.
"Tidak. Aku yang menulis buku ini. Aku sudah tahu semua yang ku tulis." Jawab Viera dengan malas.
"Baca di mana terakhir kali kau membacanya!." Ucap Davis.
Tak ingin terus berdebat, akhirnya Viera membalik halaman buku itu kembali. Kemudian membaca deretan tulisannya. Seperti sebelumnya, ia mendapati beberapa kata-kata yang tidak nyambung. Ingin sekali rasanya ia mencoret kata-kata itu kemudian menggantinya dengan benar.
"Apa kau sudah membaca semua?." Tanya Viera dengan serius.
Hanya untuk memastikan Davis tak membaca buku ini. Semua tulisan yang di guratkan dengan asal-asalan dan tidak rapi, akan sangat memalukan jika orang lain mengetahuinya. Apalagi dengan banyaknya kesalahan pada cerita karangannya sendiri. Walaupun, ia menulis semua itu hanya untuk menghabiskan waktu luangnya dan menjadikannya sebuah hobi baru. Tetapi, ia melakukan itu hanya untuk memuaskan diri. Bukan untuk orang lain.
"Yah, cepat baca satu halaman saja!." Jawab Davis membuat Viera membuang muka.
"Sudah." Lirih Viera lalu menutup buku dengan gambar kucing di sampulnya.
Meletakkan piring di meja. Di bantu oleh Viera dengan mengambil air minum dan menata semua hingga rapi. Setelah itu, ia duduk diam menatap steak daging dan sandwich kentang dengan tatapan kosong. Makanan yang di buat oleh Davis terlalu berkelas bagi dirinya yang hanya seorang gadis dari kalangan biasa.
Awalnya, ia mengira Davis hanya menggoreng ayam dan membuat roti isi biasa. Dan ketika piring di letakkan di depan mata kepalanya, seketika membuyarkan lamunannya. Bukan karena tak ingin. Tetapi, tak pernah sekalipun terbesit makanan sejenis ini di benaknya. Selain itu, belum pernah juga ada yang membuatkan khusus untuk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Mistero / ThrillerMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...