Rasa nyeri di punggung tangan masih membekas. Beberapa kali kedua manik matanya melihat punggung tangannya. Mencari luka sekecil apapun, namun nihil. Terlihat baik-baik saja tetapi rasa nyeri masih terasa. Menghela napas panjang, tak pernah sebelumnya ia merasa aneh seperti ini.
Seolah tahu apa yang terjadi pada gadisnya, sesekali Davis mengelus lembut tangan Viera. Hal itu membuat Viera sedikit tak nyaman. Terlebih lagi terkadang Davis merengkuh pinggang rampingnya dan menariknya untuk semakin berdekatan. Beberapa pasang mata yang tertuju pada mereka membuat Viera risih.
Setelah menghabiskan waktu hingga menjelang sore hari di taman hiburan, mereka mengunjungi tempat lain. Tempat di mana suasana tenang dan menyegarkan membuat siapa saja hanyut. Udara dan desiran angin berhembus melewati pepohonan membuat dedaunan kering terhempas ringan.
Kedua mata Viera terpejam sesaat. Kemudian kelopak mata itu terbuka, mengedarkan pandangannya melihat sekitarnya. Hanya sebuah taman di pinggiran hutan. Tak ramai, hanya beberapa orang yang sama-sama duduk sambil bercanda ria hingga suara tawa mereka terdengar di indra pendengaran Viera.
Tak seperti yang lainnya yang tengah berbincang dan sesekali tertawa, dirinya dan Davis tak ada yang berniat untuk membuka suara. Keduanya hanya diam memandangi langit, menikmati hembusan angin segar dan suara bisik-bisik dari orang di belakang sana.
"Berhenti menatapiku!." Ucap Viera.
Akhirnya, Viera membuka suara. Sudah hampir satu jam lamanya Davis terus memandanginya. Sorot matanya yang tajam menatap lekat dan tak berpaling darinya sedetikpun. Membuat dirinya yang ingin menikmati saat-saat seperti ini malah di buat risih dengan tatapan itu. Sedari tadi ia mencoba untuk mengabaikannya, namun tak bisa.
Merenggut kesal, ia melirik pria yang duduk dengan santai di sampingnya dan masih terus menatapnya. Kedua pasang manik mata itu bertemu. Berbeda dengan tatapan lekat yang Davis tujukan pada dirinya, ia membalasnya dengan lirikan sinis.
Mengingat umur Davis yang terlampau jauh darinya, membuatnya benar-benar merasa tengah di cabuli oleh pria tua. Guratan ketampanan itu benar-benar berhasil menipu setiap pasang netra yang melihatnya. Siapa yang akan menyangka bahwa wajah pria di sampingnya yang terlihat seperti teman sebaya tenyata umurnya jauh dengan dirinya.
"Kenapa? Mau melaporkanku ke polisi?." Tanya Davis menantang.
"Kau membuatku tak nyaman dan risih." Sahut Viera.
"Oke." Jawab Davis sembari mengedikkan bahu.
Berpaling menatap pepohonan, Davis mendekatkan diri pada Viera. Kemudian menarik kedua kaki Viera. Dengan cepat ia merebahkan diri, menggunakan kedua paha Viera sebagai bantal. Sontak, Viera mengerutkan keningnya lalu menghela nafas panjang. Seperti biasa, karena karakter dirinya yang tidak suka mempermasalahkan hal sepele, akhirnya ia membiarkannya saja.
Dengan posisi mereka saat ini, membuat kedua netra Davis semakin leluasa menatap wajah Viera dari bawah. Memperhatikan setiap gerak-gerik arah mata dan kelopak mata yang berkedip. Merasa tak puas dengan apa yang lakukan, ia meraih tangan Viera. Kemudian mengarahkannya untuk membelai kepalanya.
"Manja." Cibir Viera lalu mengelus kepala Davis dengan pasrah.
Memejamkan mata merasa nyaman dengan sentuhan gadisnya, Davis menghela napas panjang. Menyadari itu membuat Viera mencuri kesempatan dengan memandangi wajah tenang pria di pangkuannya. Sebagai gadis normal tentu ia tak bisa mengabaikan wajah tampan itu. Dalam hati, sedikit ia mengakui dan mengagumi ciptaan Tuhan yang menjamu matanya.
Belaian pada puncak kepala beralih menyentuh rahang. Jemarinya menjelajah setiap inci wajah itu. Sedangkan, Davis tak keberatan dengan apa yang tengah Viera lakukan padanya. Sebaliknya, ia semakin menikmatinya. Membiarkan Viera mengelus lembut sudut alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Misterio / SuspensoMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...