Bab 30.

115 12 2
                                    

"Apa? Sup ayam buatanku tak seburuk itu." Dengus Viera melihat Davis yang hanya diam menatap mangkuk sup itu dengan tatapan aneh.

"Apapun yang kau buat, aku menyukainya." Ucap David.

"Aku akan mengambil supku." Ucap Viera kemudian bangkit dari duduknya.

Jemari Davis meraih sendok tepat di samping mangkuk. Kedua matanya tak lepas dari punggung Viera. Sama seperti sebelumnya, gadis itu mengambil mangkuk dan menuangkan sup ayam ke mangkuk miliknya. Kemudian dengan sekejap mata sup yang di tuangkan akan hilang dan menyisakan mangkuk kosong.

Terlihat Viera tak henti-hentinya menuangkan sup ayam ke mangkuk miliknya. Jika saja sup ayam itu terlihat, sudah pasti sup itu sudah meluber dan tumpah karena penuh. Namun, karena tak terlihat, Davis tak tahu apakah Viera merasakan bahwa sup ayam itu tumpah walaupun tak terlihat.

Menangkup mangkuk dengan tangan kirinya. Davis memasukkan ibu jarinya ke dalam mangkuk miliknya. Memastikan bahwa apakah sup ayam yang tak terlihat ini masih bisa ia rasakan, namun tidak. Mangkuk itu benar-benar kosong tak terisi. Kembali ia melihat Viera yang masih setia menuangkan sup ke mangkuk miliknya. Sudah pasti gadis itu menyadari bahwa sup itu akan menghilangkan begitu memasuki mangkuk.

"Ini enak." Ucap Davis mencoba mengalihkan perhatiannya Viera.

Mendapatkan anggukan ringan dari Viera, namun gadis itu masih belum berbalik melihatnya. Ia terus menyendok sup dalam panci dan menuangkannya ke mangkuk berkali-kali. Berharap sup ayam buatannya itu mengisi mangkuknya. Namun nihil, berapapun dan hingga sup dalam panci habis, mangkuk itu sama sekali tak berisi walau hanya setetes saja.

"Davis." Panggil Viera dengan lirih.

"Hem?." Sahut Davis berpura-pura acuh seperti biasa.

"Ini semua terlalu aneh.." Lirih Viera dengan nada bergetar.

Sontak, dentingan suara sendok yang menggeser mangkuk terhenti. Mendengar suara yang sedikit serak dan bergetar itu membuat perhatian kembali teralih pada sosok gadis yang masih setia berdiri di depan kompor sembari membelakanginya. Terlihat jelas kedua bahu Viera bergetar menahan isak.

"Aku tak tahan lagi." Lanjut Viera kemudian berbalik.

Menatap Davis dengan nanar. Kedua matanya mulai berair dan berkaca-kaca. Menahan air mata di pelupuknya. Napasnya tersedat-sedat menahan isak yang akan membuat tangisnya pecah. Sedangkan, Davis hanya menatapnya dengan tatapan datar.

"Katakan padaku!." Isak Viera dengan bulir air mata di pipinya.

"Apa maksudmu?." Balas Davis bertanya dengan khawatir.

"Katakan bahwa kau juga tidak bisa melihat sup ini." Lanjut Viera.

"Aku tak paham dengan maksudmu. Tapi sup ayam ini sangat enak, aku ingin tambah." Sahut Davis berpura-pura.

"Kenapa?. Dari tatapanmu aku tahu kau menyembunyikan sesuatu. Aku tahu kau juga mengalami hal aneh sepertiku dan aku tahu kau juga tahu apa itu." Jelas Viera berjalan mendekat.

"Sepertinya kau sakit. Kemarilah!, biarku periksa suhu tubuhmu." Ucap Davis mengabaikan ucapan Viera.

"Kau benar. Aku sakit dan kau juga sakit. Sekarang kita sama-sama sakit." Desis Viera tak tahan dengan sikap Davis.

"Kau butuh istirahat." Ucap Davis membuang muka.

"Aku tak butuh istirahat. Aku butuh penjelasan darimu." Lirih Viera dengan penuh penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.

Viera menatap Davis dengan tatapan nanar. Air mata yang sedari tadi di tahannya terus meluruh membasahi kedua pipi, hingga menetes dan jatuh. Sedangkan, di sisi lain Davis masih membuang muka, menyibukkan diri dengan memutar-mutar sendok di sela jari-jari tangannya. Tak ingin menatap sepasang netra yang terus menatapnya dengan sendu. 

𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang