"Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku akan terus membuatmu bahagia," ucap Davis dengan lirih."Kau tidak bisa melakukan apapun untukku, Davis. Kau terus membuatku bahagia, tapi kau tak bisa membuat semua ini nyata," jelas Viera.
"Sebenarnya, bukan kau yang membuatku bahagia, tetapi aku sendiri yang membahagiakan diriku sendiri. Aku sendiri yang membuat diriku yang menyedihkan ini bermimpi dan membahagiakan diri sendiri di dalamnya," lanjutnya dengan nada kecewa.
Entah mengapa suasana hati Viera hari ini sangat kacau. Selalu mengungkit-ungkit dan mengingat akan semua ini. Ingin sekali rasanya melupakan semuanya sejenak, namun tak bisa. Perhatiannya selalu tertuju pada kenyataan. Setiap sepasang matanya melihat Davis, ia akan teringat bahwa pria itu dan apapun yang ada sekarang tidaklah nyata.
Memang menyenangkan dan membahagiakan, namun entah berapa lama lagi ia bertahan. Terbesit di benaknya beberapa pertanyaan yang selalu berputar-putar. bagaimana jika ia terbangun? Memang dunia nyata sangat menyakitkan tapi itu jauh lebih baik daripada hanya sebuah mimpi saja. Apakah ada yang memikirkannya saat ini? Siapapun yang ada di dunia nyata?
Rindu, perasaan itu akhir-akhir ini menggeluti dirinya. Ingin rasanya ia bertemu dengan kedua orang tuanya, memeluk mereka. Walaupun begitu jahat dan sudah menjualnya, tetapi selama ini ia hidup bersama mereka. Ada saatnya ia merasa rindu. Tak hanya mereka, Mina, sahabat sekaligus saingannya di kelas itu terus membuat dirinya berpikir-pikir.
"Apa aku salah?." Viera bergumam sambil menatap kosong langit yang masih menitikkan air hujan.
"Apa maksudmu?" Davis mengerutkan keningnya. Pria itu merasa khawatir mendengar suara Viera yang tak seperti biasanya.
"Aku rindu temanku," tatapan gadis itu beralih pada Davis.
"Kau bisa bertemu dengan Albert jika kau mau,"
"Bukan! Albert bukan temanku, dia hanya seorang kasir supermarket di dunia nyata," nada bicaranya mulai tak tenang.
Davis bungkam. Lidahnya kelu. Ingin sekali ia membantah, namun karena semua yang di dunia ini berjalan sesuai dengan keinginan Viera, membuat dirinya tak bisa membantah karena gadis itu tak ingin terbantahkan.
"Dan juga, ayah dan ibuku,"
Hening, hujan tiba-tiba berhenti. Bahkan hembusan angin tidak terasa lagi. Waktu seperti berhenti dalam sekejap. Viera masih menatap langit. Pikirannya kacau dengan perasaan yang bercampur aduk. Bimbang dengan dirinya sendiri.
"Kelopak matanya bergerak!," Suara seorang wanita yang entah dari mana asalnya tiba-tiba terdengar sangat keras.
Seketika, Davis melebarkan matanya. Menatap gadis di hadapannya dengan panik. Tanpa di duga, Viera ingin bertemu kembali dengan orang-orang yang di rindukannya di duni nyata. Secara tidak langsung membuat dirinya terdorong untuk terbangun dari koma.
"Setiap pagi aku akan terbangun dan melakukan rutinitas hari-hariku. Membuat sarapan, mencuci pakaian, pergi ke sekolah dan bertemu Mina, mendapatkan omelan dari ibu, ayah yang pemarah.." dia mengingat-ingat dan mengatakannya dengan tatapan kosong.
"Berhenti memikirkan itu! Pikirkan saja aku, hanya aku," Senyum di bibir Davis sirna dan menatap Viera dengan tatapan mengintimidasi.
"Aku masih seorang pelajar, bukan karyawan. Aku seorang gadis remaja, bukan seorang wanita dewasa. Hidupku penuh dengan rasa pahit, bukan semanis ini. Dan walaupun begitu, aku gadis yang periang, bukan pemurung dan pengecut seperti ini. Aku sangat merindukan semua itu,"
Davis terdiam. Menatap Viera dengan lekat. Satu persatu apapun di sekitarnya menghilang. Ayunan, pohon, taman, jalanan hingga langit. Semua menghilang, menyisakan ruang kosong bernuasa putih. Sebuah buku bersampul merah muncul di hadapan mereka. Terbuka dengan sendirinya lalu menunjukkan lembaran-lembaran buku yang sudah kosong. Buku itu kembali tertutup dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝔱𝒂𝒚 𝒘𝔦𝔱𝔥 𝒎𝔢.
Mystery / ThrillerMemiliki seseorang yang selalu bersama mu tanpa mengetahui bentuk dan rupanya memang sedikit aneh. Hanya keberadaannya saja yang di rasakan namun tidak dengan wujudnya. Aku hanya seorang gadis remaja dengan sosok rahasia yang selalu mengikuti dan m...